Fatimah Zahra Pramusiwi Abadi Hasan dan Husein
Membangun Karakter Anak
Dalam kehidupan wanita karir banyak persoalan yang dihadapi dalam membangun karakter anak. Mereka lebih memilih pendidikan anaknya diserahkan kepada pramusiwi atau dititipkan di playgroup. Hal seperti ini terjadi karena banyak faktor, selain disebabkan orang tua yang bekerja diluar, tidak sedikit pula karena mereka tidak mempunyai pendidikan untuk mendidik anaknya dengan baik. Oleh karena itu, karakter anak tidak terbentuk dengan baik dan lebih banyak mengadopsi pelajaran dari luar yang tidak sejalan dengan keinginan orang tuanya. Akibatnya, setelah anak tersebut mulai beranjak dewasa, anak lebih memilih mencari kehidupan di luar karena tidak terbiasa dengan kehangatan orang tuanya.
Dalam kehidupan sehari-hari Fatimah Zahra sa selalu memperhatikan karakter anak dan membangun kepercayaan diri dengan penuh kasih sayang. Termasuk hal-hal yang menginspirasi kepercayaan terhadap anti-semitisme. Sejak kecil dalam jiwa anak-anaknya sudah dihidupkan dengan suatu hal yang kompetitif dan konstruktif.
Dalam meningkatkan rasa percaya diri anak mereka dihadapkan dengan masalah dengan cara kompetisi yang mudah bagi mereka. Hal ini sangat penting dan menentukan, dengan demikian orang tua harus membuat rencana dalam membangun karakternya.
Sayidah Fatimah sa dalam membangun kepercayaan diri pada anaknya menginduksi dan mendorong mereka dengan berlomba dan berolahraga. Diantara contoh lainnya; mereka diberikan motivasi vitalitas, suka cita dan kasih sayang dalam keluarga.
Manusia yang lemah jiwanya tidak dapat memiliki hasrat untuk memacu usahanya lebih baik yang dapat bermanfaat dari segi ekonomi maupun sosial. Dengan kekuatan jiwa dan karakter yang bagus akan meningkatkan kinerja usaha, mereduksi pengeluaran dan dapat meningkatkan keuntungan serta efisiensi ekonomi yang lebih besar.
Di dalam Islam, memperoleh keuntungan sendiri dan utilitas individu tidak dianjurkan. Namun, andil dari setiap masing-masing orang mempunyai dampak atas kerugian dan manfaat bagi seluruh masyarakat. Pengorbanan, komitmen, setia, kesederhanaan, kewibawaan dan kejujuran serta nilai-nilai kebajikan pribadi lainnya membentuk komunitas yang sehat dan produktif [1].
Cinta dan Kasih Sayang Kepada Anak
Ilmuwan pakar pendidikan anak mengatakan; anak pada masa kecil membutuhkan cinta dan perhatian. Anak menginginkan ayah dan ibunya mencintainya. Berhubungan dengan itu anak ingin kecintaan orang tuanya dinyatakan kepada mereka. Anak tidak mempunyai perhatian terhadap bagaimana ia berpakaian, makanan maupun tempat tinggalnya, akan tetapi dalam kecintaan orang tua terhadapnya akan selalu dipersoalkan.
Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada tahun 2015 kekerasan terhadap anak mencapai 105 kasus. Dalam 5 tahun terakhir kita sering mendengar berita mengenai kekerasan terhadap anak. Tidak hanya kekerasan, namun anak juga dieksploitasi oleh orang tuanya untuk mencari rejeki. Tindakan orang tua seperti ini tidak dapat memberikan anak kebahagiaan dan mengganggu proses kedewasaannya.
Dalam sebagian masyarakat terdapat tradisi mendidik anak dengan cara kasar. Semisal membentak, memukul dan memberikan pekerjaan yang tidak setimpal. Alasan orangtuanya, dengan mendidik anak seperti itu dapat membuatnya tahan banting dikemudian hari. Didikan seperti ini biasanya disebabkan karena orangtuanya mendapatkan pendidikan yang serupa dari orang tua sebelumnya. Sebenarnya hal ini yang akan membuat mental dan akal anak mengalami degradasi. Dengan begitu akan membentuk karakter anak tidak baik dan mendendam ketika mereka mempunyai anak. Namun, karakter anak yang seperti ini dapat diobati melalui terapis psikologi.
Berbeda dengan adab Fatimah Az-Zahra dalam memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Sayyidah Fatimah sa menerapkan pendidikan kasih sayang dalam keluarganya secara totalitas. Ia sendiri dibesarkan dari sumber mata cinta kasih sayang dan kelembutan Rasulallah Saw. Dengan sikap yang sama, cinta kasih sayang dan kelembutannya diberikan kepada suami dan anak-anaknya. Dengan demikian, ia melaksanakan kewajiban keibuannya kepada mereka dengan memberikan yang terbaik.
Salam Farsi mengatakan; suatu hari melihat Sayyidah Fatima Az-Zahra sa sibuk menggiling biji gandum. Anaknya Husein as sedang menangis dengan tidak sadar. Salman melihat hal itu bertanya kepada Fatimah sa; untuk membantumu saya akan menggiling gandum atau menenangkan bayi itu? Lalu Fatimah menjawab; pertama saya akan menggendong dan menenangkannya, silahkan anda menggiling biji gandum itu [2].
Bagi Fatimah Zahra merawat dan memberikan kasih sayang kepada anak bukan hanya sewaktu bayi saja, namun baginya anak tetap membutuhkan kasih sayang ibunya hingga umur yang memisahkan. Dari beberapa perhatian yang diperlukan anaknya seperti, gizi dan kesehatan, moral dan pendidikan, pertikaian dengan musuh, membela diri dan pertahanan, serta perasaan dan emosionalnya [3].
Ibu adalah lautan kasih sayang dan emosional yang merupakan salah satu tanggung jawab utamanya adalah mengimplementasikan seluruh perhatiannya kepada anaknya. Menurut bukti sejarah, Fatimah Az-Zahra adalah ibu terbaik yang pernah ada dalam merawat anaknya. Di dalam buku sanad-sanad Fatimah Zahra terdapat 59 riwayat yang menjelaskan bagaimana ia merawat anaknya dari bayi hingga menjadi anak dewasa yang berkarakter [4]. Kita bisa melihat dalam sejarah bagaimana Imam Hasan as dan Imam Husein as menjadi sosok manusia tangguh yang berkarakter dalam hidupnya.
Oleh: H. A. Shahab
Sumber:
[1] Nahjul Hayat, hal. 45
[2] Husainy Sharevady, Sayid Muhammad, ulghuha-i raftar-i Hazrat Zahra sa, Tarbiate Farzand, hal. 14
[3] http://sedighe.ir/category/
[4] Ibid