Nashr bin Muzahim: Generasi Tabi’in Sejarawan Syiah
Abul Fadhl, Nashr bin Muzahim bin Sayyar al-Minqari, salah seorang sejarawan tersohor Syi’ah lahir di kota Kufah. Akan tetapi, sejarah tidak mencatat tanggal kelahirannya secara pasti. Sebagian sejarawan menganggap ia hidup dalam kurun waktu dimana Abu Mikhnaf hidup. Mengingat Abu Nashr memiliki usia yang cukup panjang dan Abu Mikhnaf meninggal dunia sebelum tahun 170 H., ada kemungkinan ia dilahirkan pada tahun 120 H.
Tempat Tinggal
Nashr bin Muzahim lebih banyak menghabiskan usianya di Baghdad. Pada waktu itu, Baghdad adalah sebuah kota yang baru dibangun. Akan tetapi, karena kota ini adalah ibu kota dan pusat kekhalifahan pada masa itu, ia mampu menarik para ilmuwan tersohor untuk berdomisili di sana. Al-Khathib al-Baghdadi di dalam buku sejarahnya menyebut Nashr bin Muzahim sebagai salah seorang tokoh ilmuwan Baghdad.
Keterpercayaan
Para sejarawan berbeda pendapat tentang ke-tsiqah-an Nashr bin Muzahim. Sepertinya, perbedaan pendapat ini disebabkan oleh karena ia adalah seorang pengikut mazhab Syi’ah.
Ibn Hibban menyebut ia sebagai salah seorang tokoh yang tsiqah dan dapat dipercaya. Tentang tokoh yang satu ini, Ibn Abil Hadid berkomentar, “Nashr bin Muzahim adalah seorang tokoh yang tsiqah, dapat dipercaya, dan teguh. Segala ucapan dan penukilan-penukilannya adalah absah. Ia tidak pernah mengucapkan sesuatu karena didorong oleh hawa nafsu dan niat berbohong. Ia adalah salah seorang tokoh perawi hadis.”
Berbeda dengan seluruh pendapat tersebut, ‘Uqaili berpendapat, “Nashr bin Muzahim adalah seorang pengikut mazhab Syi’ah. Hadis dan pendapatnya banyak mengalami pertentangan, karena ucapannya tidak memiliki keserasian antara yang satu dengan lainnya.” Abu Hatim juga berkomentar, “Hadis-hadis Nashr bin Muzahim mengalami penyelewengan dan tidak dapat diamalkan.”
Guru
Ia banyak menimba ilmu di kota Baghdad dari beberapa guru berikut ini:
1. Sufyan ats-Tsauri.
2. Syu’bah bin Hajjaj.
3. Hubaib bin Hassan.
4. Abdul Aziz bin Sayyah.
5. Yazid bin Ibrahim asy-Syusytari.
6. Abul Jarud.
7. Ziyad bin Mundzir.
Murid
Banyak murid yang telah menimba ilmu darinya. Sebagian dari mereka dapat kita lihat berikut ini:
a. Husain bin Nashr, putranya.
b. Nuh bin Hubaib al-Qaumasi.
c. Abu Shalt al-Hirawi.
d. Abu Sa’id al-Asyja’.
e. Ali bin Mundzir ath-Thariqi, dan sebagian tokoh-tokoh kota Kufah.
Karya Tulis
Nashr bin Muzahim memiliki banyak karya tulis. Sebagianya dapat kita lihat di bawah ini:
a. Waq’ah ash-Shiffîn.
b. Al-Jamâl.
c. Al-Ghârât.
d. Maqtal Hujr bin ‘Adi.
e. Maqtal Husain bin Ali as.
f. ‘Ain al-Wardah.
g. Akhbâr al-Mukhtar.
h. Al-Manâqib.
Wafat
Dengan segenap prestasi, dedikasi dan kontribusi ilmiah dan keperadabannya, Nashr bin Muzahim patut dibanggakan sebagai salah satu tokoh dunia Islam dan patut dijadikan sebagai referensi untuk generasi umat Islam. Ketiadaannya tentu saja meninggalkan kekosongan yang amat terasa. Ya, Nashr bin Muzahim meninggal dunia pada tahun 212 H. Selanjutnya, generasi peneruslah yang mengemban tugas-tugas keperadaban yang diamanatkan oleh pendahulu. (AFH)