Jangan Pernah Lelah Belajar dari Alquran! (1)
Alquran adalah kitab hidayah juga mukjizat Nabi Muhammad Saw. Kitab ini berisikan ajaran dan tuntunan bagi umat Islam sampai akhir zaman. Ada kajian teologi, hukum, bimbingan akhlak, kisah-kisah dan yang lainnya.
Banyak kisah yang kita dapatkan dari kitab suci Alquran. Namun perlu diketahui, kisah-kisah tersebut bukan hanya dongeng-dongeng belaka seperti dalam buku-buku cerita, yang tujuannya menghibur. Akan tetapi cerita-cerita dalam Alquran juga bertujuan agar manusia bisa mengambil pelajaran dari cerita tersebut; jika ada hal yang baik, Allah menginginkan kita bisa mengambil dan menirunya dan sebaliknya jika ada yang buruk Dia menginginkan kita menjauh dan meninggalkan hal tersebut.
Salah satu kisah menarik dan sarat pelajaran tersebut adalah kisah Nabi Musa as yang terdapat dalam surah An-Naziat, ayat ke 15 sampai 20. Allah Swt berfirman:
هَلْ أَتاكَ حَديثُ مُوسى .إِذْ ناداهُ رَبُّهُ بِالْوادِ الْمُقَدَّسِ طُوىً اذْهَبْ إِلى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغى فَقل هَلْ لَكَ إِلى أَنْ تَزَكَّى وَ أَهْدِيَكَ إِلى رَبِّكَ فَتَخْشى فَأَراهُ الْآيَةَ الْكُبْرى
Sudahkah sampai kepadamu (wahai Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci, Lembah Thuwa;” Pergilah kamu kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Firaun):” Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)” Dan kamu akan ku pimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada- Nya” Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.
Dalam ayat-ayat ini Allah ingin bercerita tentang kisah Nabi Musa kepada Nabi Muhammad Saw. Kita melihat Allah memulainya dengan sebuah pertanyaan. “Sudahkah sampai kepadamu kisah Musa”. Bisa jadi hal ini untuk menambah daya tarik dan perhatian dari para pendengarnya.
Tanpa diragukan lagi, ini menjadi pelajaran tersendiri bagi kita untuk memulai kisah, kajian dan pembahasan atau pengajaran dengan sebuah pertanyaan, sebagaimana disebutkan oleh pakar pendidikan dalam metode pengajaran. Metode penyampaian soal / pertanyaan di awal pelajaran memiliki manfaat yang banyak; di antaranya meningkatkan tingkat berpikir siswa, mengecek pemahaman, dan meningkatkan partisipasi belajar mereka.
Kisah tentang Nabi Musa as dan Fir’aun adalah kisah yang sangat populer. Namun bisa jadi kita lupa dan lalai terhadap pelajaran yang tersirat di dalamnya. Jika kita mengkaji lagi ayat-ayatnya yang berkenaan dengan kisah tersebut, sebenarnya ada 5 pelajaran yang dapat kita, antara lain:
- Berkenaan dengan ayat ke 17 yang mengatakan:” Pergilah kamu kepada Fir’aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas.” Ayat ini menunjukkan bahwa pemimpin memiliki tugas untuk memberantas keburukan. Sebagian dari kita mungkin beranggapan saya bukan pemimpin dan tidak memiliki tugas untuk memberantas keburukan. Hal ini tidak benar, karena perlu diingat bahwa setiap manusia setidaknya dia adalah pemimpin buat dirinya sendiri; setiap manusia memiliki tugas memberantas keburukan baik yang ada pada dirinya ataupun pada orang lain.
- Berkenaan dengan ayat ke 18 yang berbunyi: “Dan katakanlah (kepada Firaun) : “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)?” Dalam ayat ini sama sekali Allah tidak mengajarkan kepada nabi Musa untuk memaksa Fir’un untuk menjadi baik, bahkan ajakannya pun terkesan lembut. Kalau ingin mengajak Fir’un pada kebaikan yang mengaku sebagai tuhan saja dibutuhkan kelemahlembutan apalagi pada selain Fir’aun yang mungkin lebih baik darinya. Berarti untuk mengajak siapapun kepada kebaikan langkah pertama yang harus kita lakukan adalah melakukannya dengan lemah lembut dan sama sekali tidak boleh ada paksaan.
- Pada ayat ke 18 dan 19: dan katakanlah (kepada Fir’aun) :” Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan aku bimbing ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya..” Allah menyuruh Nabi Musa agar Fir’aun terlebih dahulu membersihkan dirinya lalu Musa bisa memberinya hidayah atau petunjuk. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa seseorang tidak akan pernah bisa mendapat hidayah sebelum membersihkan dan mengosongkan dirinya dari hal-hal yang buruk. Kita bisa mengibaratkannya dengan sebuah lapangan terbang, pesawat akan bisa turun dan landing ke landasan pacu jika sudah steril kosong dari pesawat dan hal-hal yang lain.
- Masih di ayat ke-19: “Dan kamu akan aku bimbing ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada- Nya“. Ayat ini menunjukkan bahwa buah dari hidayah atau petunjuk adalah takwa, ketika seseorang sudah mampu menerima hidayah maka hasil yang akan didapatkannya adalah pribadi yang lebih baik dan lebih bertakwa.
- Berkenaan dengan ayat ke-20: “Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar” Fir’aun masih tidak menggubris seruan / nasihat Nabi Musa as, sehingga langkah terakhir yang dilakukan oleh Nabi Musa adalah menunjukkan mukjizatnya. Hal ini dilakukan oleh Nabi Musa agar Fir’aun lebih meyakini kenabiannya dan kebenaran apa yang dibawa oleh beliau. Kita juga membutuhkan sesuatu untuk meyakinkan orang lain atas kebenaran apa yang kita lakukan atau yang kita katakan walaupun tentunya tidak dengan mukjizat, tapi bisa dengan dalil akal misalnya atau dalil Alquran dan hadis atau riwayat.