Karomah Ummu Abdillah Ibu Imam Baqir
Di ruang kajian sejarah yang amat luas, terlihat tak banyak halaman-halaman tentang para tokoh wanita sejarah Islam. Tak diragukan bahwa mereka memiliki peran besar di tengah sejarah para nabi dan imam, para sahabat mereka dan ulama besar. Semua pasti sepakat, bahwa tanpa mereka takkan lahir manusia-manusia besar dalam sejarah.
Alquran pun tak “kikir” membicarakan mereka, dan terdapat di dalamnya atas nama mereka seperti surat an-Nisa dan surat Maryam. Banyak yang Alqurkan kisahkan tentang mereka, tentang isteri-isteri dan putri-putri para nabi serta ibu-ibu mereka.
Sebagai contoh, di dalam Alquran dikisahkan tentang ibu dan saudari nabi Musa dalam QS: al-Qashash 7 dan 12, Allah berfirman: Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”
Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara perempuan Musa, “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”
Imam Hasan Mujtaba
Siapa yang tak kenal dengan Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Putra Fatimah Zahra ini, adalah cucu kecintaan Rasulullah saw yang beliau sendiri memanggilnya dengan kata, “putraku”. Bentuk raga dan jiwanya disifati oleh Nabi saw dalam sabdanya: “Engkau menyerupai bentuk lahir dan batinku.”
Ibunya, Fatimah puteri Nabi saw, pun mengungkapkan tentang putranya ini: “Adapun Hasan, ia memiliki sifat wibawa dan ilmuku.” Sampai dikatakan, bahwa bila Imam Hasan datang dan duduk, maka jalan (seakan) menjadi terhambat. Ia dimuliakan oleh siapapun yang melewatinya. Diungkapkan kepadanya bahwa: “Sesungguhnya dalam diri Anda terdapat suatu keagungan”
Beliau menjawab, “Bahkan (diriku) dalam kemuliaan! Sesungguhnya Allah berfirman: “..kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin.” (QS: al-Munafiqun 8)
Anak-anak Imam Hasan
Dikatakan oleh Syahr Asyub bahwa beliau mempunyai empat belas anak. Tetapi Syekh Mufid menerangkan dalam kitabnya “Al-Irsyad fi Ma’rifati Hujajillah ‘ala al-‘Ibad”, bahwa Imam Hasan mempunyai lima belas anak:
-Zaid bin Hasan dan kedua saudarinya Ummul Hasan dan Ummul Husein, ibu mereka adalah Ummu Basyir binti Abu Mas’ud bin ‘Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah al-Khazrajiyah.
-Hasan bin Hasan, ibunya adalah Khaulah binti Manzhur al-Fazariyah.
-‘Amr dua saudaranya, Qasim dan Abdullah bin Hasan, ibu mereka adalah ummu walad (seorang isteri Imam Hasan).
-Abdurrahman bin Hasan, ibunya adalah ummu walad (seorang isteri Imam Hasan).
-Hasan bin Hasan yang dijuluki al-Atsram (artinya: yang tanggal giginya), Thalhah, Fatimah binti Hasan, ibu mereka adalah Ummu Ishaq binti Thalhah bin Ubaidillah at-Taimi.
-Ummu Abdillah, Fatimah, Ummu Salamah dan Ruqayah, dari isteri-isteri Imam lainnya.
Fatimah Ummu Abdillah
Salah satu putri Imam Hasan Mujtaba ialah Fatimah Ummu Abdillah. Ia sepupu Imam Ali Sajjad dan menjadi isteri beliau, yang kemudian melahirkan seorang imam dari Ahlulbait Nabi, bernama Muhammad Baqir.
Madrasah Ahlulbait telah mencetak dirinya menjadi seorang wanita yang layak menerima gelar “ash-Shiddiqah” dari cucunya, Imam Ja’far Shadiq, yang berkata: “Seorang wanita jujur, terpecaya dan pemihak kebenaran, yang tiada duanya di kalangan keluarga Imam Hasan.”
Kendati tak tersampaikan dalam tulisan sejarah tentang kehadirannya di Karbala, diyakini bahwa turut bersama Abu Abdillah as, menjadi saksi pengorbanan syuhada dan menjadi tawanan bersama Sayidah Zainab as. Hal yang meyakinkan demikian, ialah sejarah yang mengatakan bahwa Muhammad Baqir as yang saat itu berusia dua tahun ikut bersama ayahnya, Imam Sajjad di Karbala. Tak wajar jika sang bayi terpisah dari ibunya, Imam Sajjad meninggalkannya di Madinah atau Mekah pergi ke Karbala.
Di Karbala, ia menyaksikan kesyahidan saudara-saudara kandungnya, yang menjadi para pembela Imam Husein. Mereka yang adalah putra-putra Imam Hasan Mujtaba, antara lain Abu Bakr, Abdullah dan Qasim. Kemudian bersama para wanita keluarga syuhada ditawan dan digiring ke Kufah kemudian ke Syam. Ummu Abdillah menjalani semua cobaan yang berat itu dengan baik, dengan kesabaran dan menyerahkan semua urusan kepada Allah swt.
Bukan tidak mungkin, banyak karomah yang dimiliki ibu Sang Pembelah Ilmu ini, dan salah satunya diceritakan oleh putranya sendiri, Imam Baqir, dalam sebuah riwayat bahwa: “Ibuku sedang duduk di dekat dinding. Saat itu dinding meretak (akan roboh). Kami dengar suara retak dinding, yang cukup keras. Lalu beliau berucap sambil mengisyaratkan tangannya (kepadaku): “Tidak! Demi kebenaran al-Mustafa (saw), Allah tidak mengizinkan dinding itu roboh karenamu!”.
Maka dinding itu masih tergantung di hawa (tidak jatuh) sampai beliau melewatinya. Kemudian ayahku bersedekah untuknya, seratus dinar.”(al-Kafi 1/390)