Masjid Awal Peradaban Pendidikan Islam
Peradaban dan Budaya mengalami lahir, tumbuh berkembang, atau mungkin kematian sebagaimana halnya organisasi atau mahluk hidup lainnya. Lahirnya peradaban dan kebudayaan adalah hasil dari proses yang panjang dan melalui pembiasaan yang terus menerus. Dibalik lahirnya suatu budaya pasti ada penggagas dan pencetus sehingga menjadi kebiasaan milik bersama suatu komunitas atau bangsa.
Budaya dan peradaban Islam lahir dari sosok manusia mulia yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW. Proses lahirnya budaya dan peradaban Islam bermula dari pribadi agung Rosulullah. Sejak masih remaja Beliau dikenal sebagai sosok yang dapat dipercaya (al-Amin). Pengaruh Beliau semakin lama semakin menguat dikalangan bangsa Arab sehingga kehawatiran terjadinya budaya hidup model Rosulullah di tengah bangsa Arab mulai ditakuti oleh penguasa dan pimpinan suku Quraesy pada khususnya.
Untuk mensosialisasikan ideologi dan paham Islam kepada masyarakat, Rosulullah melakukan pembinaan dan pendidikan yang dimulai di lingkungan keluarga terdekat. Tercatat dalam sejarah beberapa pengikut pertama Beliau yaitu Sayidina Ali KW dan Khadizah IstriNya. Sedangkan penyebaran Islam pada lingkungan masyarakat dimulai dengan melakukan majlis majlis yang diawali oleh majlis Darul Arqom.
Dalam Kitab Dirasatun Muqooranatun fit Tarbiyatil Islamiyah karangan Ali al Jumbulati dan Abdul Futuh at Tuwaanisi dijelaskan bahwa lembaga pendidikan Islam terdiri dari Masjid, al Kuttab, madrasah, Zawiyyah, dan al Maristan.
Masjid Lembaga Pertama Peletak Peradaban Islam
Dar al Arqom merupakan tempat berkumpulkan kaum Muslimin dan tempat belajar dengan Rosulullah. Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah beliau mendirikan Masjid Quba yang jaraknya 2 mil dari kota Madinah. Sejarah pendirian Masjid ini direkam dalam al Qur’an surat at-Taubah ayat 108.
Masjid berikutnya yang didirikan Nabi adalah Masjid Nabawi didirikan pada tahun pertama hijriah (662 M). Luas Masjid sekitar 35 x 30 meter sedangkan tinggi atapnya kurang lebih 2,5 m. Bangunan pertama yang didirikan Rosulullah bukanlah tempat pemerintahan atau bangunan lain. Beliau menetapkan Masjid sebagai pusat segala kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan.
Pada abad ke 7 Hijriyah Rosulullah memperluas Masjid. Perluasan Masjid terjadi setelah perang Khaibar. Luas Masjid bertambah menjadi 50 x 50 m tingginya menjadi 3,5 m. Bangunan Masjid dilengkapi oleh tempat tinggal para pelajar yang ingin memperdalam ilmu agama. Tempat tinggal dan tempat belajar ini diadakan karena para pelajar biasanya tinggal di tempat yang jauh dari Madinah. Tempat tinggal dan tempat belajar Islam pada masa itu disebut al Shuffah.
Seorang ilmuan Nickolson mengatakan bahwa Basrah telah menjadi pusat intelektual Islam dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan yang berbasis di Masjid. Masjid Kufah dan Basrah menjadi sentranya. Para penduduk Irak mulai muak dengan kehidupan politik yang kotor sehingga mereka bertekad untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan.
Masjid Basrah dan Kufah telah menjadi peletak dasar-dasar Ushul Fiqh, lughoh, dan Nahwu. Masjid menjadi pusat pendidikan Islam hingga pada masa pendidikan perguruan tinggi di al Azhar Kairo. Disamping Masjid al Azhar ada Masjid al Qurawiyin di Fez Maroko yang dibangun sekitar abad ketiga Hijriyah. Masjid berikutnya didirikan Masjid Zaetunah di Tunis. Pada lembaga pendidikan Masjid juga berkembang berbagai macam metode-metode dan teknik mengajar, serta lahir istilah jabatan guru besar, ijazah-ijazah doktor, perpustakaan, dan tempat tinggal dosen dan mahasiswa.
Lembaga pendidikan Islam berawal dan berkembang dari Masjid. Hampir setiap lembaga pendidikan Islam seperti Hauzah, Pesantren, Zawiyyah, atau lembaga lain seperti Madrasah, pasti memiliki Masjid sebagai sentra penggemblengan dan latihan spiritual umat islam.
Fungsi Masjid bagi Umat Islam
Fungsi Masjid utama adalah tempat sholat wajib berjama’ah dan ibadah seperti i’tikaf, pengajian, sholat sunah,dan lain-lain. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat untuk menuntut ilmu, pusat dakwah dan pembinaan umat Islam, dan sebagai pusat perkembangan budaya dan peradaban umat Islam. Dapat juga dikatakan bahwa fungsi masjid adalah sebagai tempat untuk mendekatkan manusia dengan Allah SWT.
Masjid secara etimologi dipahami sebagai tempat sujud namun secara terminologi Masjid dapat diartikan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya bagi kaum Muslimin. Fungsi dan peran Masjid dapat dihubungkan dengan tujuan penciptaan manusia yaitu mencapai tarap kesempurnaan baik ruhani maupun jasmani. Arti masjid dapat meluas artinya yaitu tempat sujud umat manusia yang tidak terikat oleh bangunan sedangkan arti secara sempit dapat dipahami hanya pada bangunan tertentu yang dikhususkan untuk ibadah.
Perkembangan Fungsi dan Peran Masjid
Semakin bertambahnya jumlah dan aktivitas umat Islam di Masjid, kemudian fungsi Masjid mulai bergeser dan mengalami perkembangan sehingga di hawatirkan fungsi Masjid sebagai tempat untuk beribadah pada Allah SWT berubah hanya sebagai tempat penginapan, tempat diskusi, tempat belajar dan tempat budaya.
Pemisahan fungsi masjid dan dari masa ke masa mengalami perkembangan sehingga diperlukan pembangunan tempat belajar lainnya seperti lembaga pendidikan al Kuttab. Lembaga pendidikan ini berawal dari tuntutan masyarakat Islam pada masa itu untuk belajar tulis menulis tentang al Qur’an. Al Kuttab yang terkenal adalah Kuttab Abi Qasim al Balchi.
Lembaga pendidikan Islam berikutnya adalah Madrasah yang pertama didirikan di Iran daerah Naisabur yaitu Madrasah al Bachaqiyyah sekitar abad lima Hijriah. Alasan pendiriannya karena pada masa itu Masjid sudah dipenuhi oleh halaqoh-halaqoh para guru dan murid yang saling berdesakan sehingga mengganggu orang-orang yang mau shalat. Dari Madrasah ini kemudian lahirlah ilmu-ilmu umum seperti kedokteran dan lain-lain.