Mendedah Makna Hoaks dan Solusi Mengatasinya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘hoaks’ adalah ‘berita bohong.’ Dalam Oxford English dictionary, ‘hoax’ didefinisikan sebagai ‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’
Dalam bahasa Arab kebohongan disebut dengan کذب (kidzib) yang bermakna ketidaksesuaian dengan hakikat atau realita. Sebagaimana pembicaraan bisa dinisbatkan kepada kebohongan demikian juga keyakinan dan amal, sehingga keyakinan yang tidak sesuai dengan realita adalah kebohongan. Sebagaimana perbuatan yang bertentangan dengan pembicaraan dan janji juga disebut hoax.
‘Hoax’ atau ‘fake news’ bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman internet, ‘hoax’ bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena sulit untuk diverifikasi.[1]
Salah satu wadah dan tempat yang paling nyaman untuk penyebaran hoax adalah dunia maya alias internet. Kementerian Komunikasi dan Informasi mencatat jumlah pengguna di Indonesia telah mencapai sekitar 132,7 juta orang. Dan data Kemenkominfo menyebutkan bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu.”[2]
Yang memprihatinkan lagi, saat terjadi musibah gempa bumi di Palu pun tidak luput dari praktik hoax. Sehingga seolah-olah wabah hoax menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sendi kehidupan masyarakat. Jumlah situs penyebar hoax cukup tinggi dan apakah berlebihan bila sebagian kalangan menganggap Indonesia sebagai darurat hoax?
Hoax Dalam Akhlak
Hoax termasuk dosa terburuk yang dapat memicu timbulnya banyak kejahatan dan kerusakan dan terbiasa melakukan hal ini akan menimbulkan akhlak yang buruk dan dosa besar. Hoax akan menyebabkan manusia jauh dari Rahmat Ilahi di dunia dan akhirat dan menjatuhkan status sosial seseorang di masyarakat serta menghilangkan kepercayaan orang padanya dan bisa menyeret masyarakat kepada penyakit kemunafikan.
Kebohongan dalam pandangan Ayat dan Riwayat
إِنَّما يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِآياتِ اللَّهِ وَ أُولئِكَ هُمُ الْكاذِبُون»
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (QS.an Nahl: 105)
Banyak ayat dan riwayat yang menyinggung masalah kebohongan, bahkan ada ayat yang cukup keras yang menggolongkan pembohong dalam kelompok orang-orang kafir.
Islam sangat menekankan masalah kejujuran dan upaya untuk mengurangi kebohongan.
Sayidina Ali berkata:
« الصدق يهدى الى البر، و البر يهدى الى الجنة»
Kejujuran membimbing kepada kebaikan dan kebaikan menuntun kepada surga.
Sayyidina Muhammad al-Baqir berkata:
ان اللَّه عز و جل جعل للشر اقفالا، و جعل مفاتيح تلك الاقفال الشراب، و الكذب شر من الشراب»
Sesungguhnya Allah SWT menjadikan bagi keburukan gembok-gembok pengunci dan menjadikan kunci dari gembok-gembok tersebut adalah minuman keras, dan kebohongan lebih buruk daripada minuman keras.
Sayidina Hasan Askari berkata:
«جعلت الخبائث كلها فى بيت و جعل مفتاحها الكذب»
Sesungguhnya di jadikan berbagai keburukan di satu rumah dan dan dijadikan kuncinya adalah kebohongan.
Sumber Hoax
1-Faktor utama yang memicu hoax/kebohongan adalah kehinaan diri sikap pesimisme. Pelaku hoax adalah orang yang hina diri, rendah akhlak dan tidak optimis menerima kenyataan hidup, sehingga dengan berbohong, terkadang ia berupaya menutupi kesalahan/dosa dirinya atau ingin menjatuhkan lawan/orang yang dibencinya.
2-Kebohongan juga bersumber dari rasa takut kepada kemiskinan. Terkadang orang berbohong supaya aset dan usahanya selamat dan ia tidak jatuh menjadi miskin.
3-Kehilangan pendukung. Penyebar hoax berupaya meraih sebanyak mungkin dukungan dan simpati orang-orang yang mempercayai berita yang disampaikannya.
4-Kehilangan jabatan publik. Kadang-kadang pelaku hoax menyebar kebohongan baik ia sadari maupun tidak karena dengan tujuan untuk mendapatkan kedudukan dan ketakutan akan kehilangan kekuasaan.
Ya, banyak dosa yang dipicu oleh hoax. Seseorang yang berbohong cenderung bersikap pesimis dan berprasangka buruk terhadap segala sesuatu dan setiap orang. Dengan kebohongan, ia menampakkan sesuatu yang kecil seolah-olah besar dan dengan kebohongan pula ia gampang menjilat.
Motif Hoax
Banyak motif di balik penyebaran hoax, di antaranya:
- Sekedar guyon/lelucon
- Cuma iseng
- Guna mendapatkan kepuasan psikologis
- Ingin memperoleh popularitas
- Penyaluran hobi/kesenangan
- Untuk mendapatkan imbalan materi/uang
- Menjatuhkan lawan/pesaing bisnis/politik dll.
- Bagian dari upaya pengalihan isu/perhatian
- Penggiringan opini public
Solusi Mengatasi Hoax
1, Upaya deklarasi gerakan masyarakat melawan hoax tidak cukup, tapi juga harus disertai pendidikan rasional serta respek terhadap sesama manusia. Respek terhadap manusia ini bisa dilakukan degan cara mengajarkan kedudukan dan kemuliaan manusia dalam tinjauan pelbagai agama, khususnya Islam.
2. Mengingat bahwa sesuai laporan DailySocial,[3] informasi hoax paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%), WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%) dan sebagian besar responden (44,19%) tidak yakin memiliki kepiawaian dalam mendeteksi berita hoax maka masyarakat—setiap menerima berita yang menghebohkan—harus diedukasi untuk melakukan proses tabayun ( konfirmasi, klarifikasi dan verifikasi), meskipunsumber beritanya dari kawan dekat dan orang yang dipercaya.
3. Yang berlaku di alam wujud adalah aturan kejujuran dan kebenaran, dan kebohongan dan pengkhianatan tidak punya tempat di alam wujud. Dan secara fitri, manusia selalu mencari kebenaran. Maka kemampuan membungkus kebohongan dan menutupinya sehebat dan sedahsyat apapun pada akhirnya pasti akan terbongkar kedoknya, dan orang yang berbohong dan menyebarkan hoax itu ibarat orang yang menggunakan baju yang transparan sehingga “aurat”nya pasti akan kelihatan.
Dari ketiga solusi tersebut,perlu ada penekanan pada urgensi pendidikan rasional yang bisa diadakan dan dimulai dari pendidikan dasar sehingga anak-anak didik kita tidak gampang percaya terhadap berita yang belum terkonfirmasi kebenarannya dan supaya mereka terlatih untuk berpikir rasional dari usia dini.
[1] (www.rappler.com) tanggal akses 20/10/2018.
[2] https://kominfo.go.id/content/detail/12008/ada-800000-situs-penyebar-hoax-di-indonesia/0/sorotan_media
[3] https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-distribusi-hoax-di-media-sosial-2018