Persatuan Umat Islam; Sisi Terpenting Dalam Haji Ibrahimi
Oleh : Muhammad Ridha Baqiri*
Bila kita mencermati dan merenungkan ayat-ayat al-Qur’an terkait haji, kita dapat memahami bahwa Allah swt tidak menjadikan ibadah haji
sebagai upacara ritual semata. Dalam ayat-ayat tersebut, di samping perintah untuk mengambil bekal, bertakwa, dan berzikir kepada-Nya pada hari-hari musim haji, juga disebutkan tentang berbagai manfaat sosial-politik yang dapat diambil dalam ibadah agung ini. “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al-Hajj [22]: 28) Allah swt memilih hari-hari musim haji untuk menyatakan pemutusan hubungan dan berlepas diri dari orang-orang musyrik dan musuh-musuh umat Islam: “Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu ; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At- Taubah [9]: 1.Di dalam ayat di atas, Allah swt memperingatkan kaum musyrikinbahwa bila mereka tidak bertaubat maka mereka tidak akan mampubertahan melawan Islam dan azab yang pedih akan menunggu mereka Dari sisi lain, kita juga mengetahui bahwa janji-janji Allah swt akan terwujud di dunia ini melalui perantara hamba-hamba-Nya yang saleh. Pertolongan Allah akan datang bila kaum mukminin menjalankan tugas dan kewajiban mereka masing-masing serta mencurahkan segala daya dan upaya untuk menolong agama-Nya. Dengan memperhatikan poin ini dapat dikatakan bahwa pada hari-hari musim haji kaum mukminin memiliki tugas lebih dari hanya sekedar menjalankan amalan dan manasik haji semata, namun harus memaksimalkan manfaat-manfaat dari haji. Adapun manfaat terbesar yang dapat dipetik dari haji adalah memperkuat barisan
umat Islam dan menemukan solusi permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia Islam dengan cara memutus tangan dan kekuatan penindas dan kolonialis dan mengusir mereka dari sekitar umat Islam. Dengan kata lain, manfaat-manfaat haji adalah sisi-sisi sosial-politiknya yang telah diingatkan oleh Allah swt dalam ayat-ayat
di atas. Namun demikian, kita juga mengetahui manfaat-manfaat itu tidak mungkin kita rasakan bila kita bercerai-berai. Kita harus memahami bahwa setiap umat yang bersatu dan menjauhi perpecahan akan memiliki kekuatan dan keagungan yang layak untuk diperhitungkan. Dengan kesadaran terhadap realita inilah, Imam Khomeini selalu menegaskan dan memberikan perhatian khusus terhadap persatuan umat Islam. Menurut beliau, persatuan merupakan perintah Islam dan kunci pembuka dalam penyelesaian berbagai permasalahan kaum muslimin. Karena itu, yang harus menjadi poros persatuan ini adalah Islam itu sendiri. Seruan persatuan di dalam ucapan-ucapan Imam Khomeini tidak hanya sebatas teori. Untuk mewujudkan persatuan, Imam Khomeini menunjukkan beberapa jalannya yang seluruhnya bersandar kepada teks-teks agama dan ajaran-ajaran al-Qur’an al- Karim serta riwayat-riwayat. Sebagaimana ibadah-ibadah lain yang disyariatkan untuk umat manusia, haji pun memiliki keuntungan duniawi dan ukhrawi. Pemahaman yang tidak benar terhadap ritual ibadah-politik ini akan menghalangi masyarakat dari berkah-berkahnya. Sebagian kaum muslimin hanya memerhatikan sisi lahiriah ibadah Ilahi ini dan melalaikan tujuan-tujuan tingginya. Sebagian mereka hadir dalam perkumpulan dan pertemuan besar yang diselenggarakan atas perintah Ilahi ini dalam keadaan masing-masing tidak mau saling
mengenal, merasa asing satu sama lain, serta saling berpecah-belah. Dengan melihat kepada kekurangan dan kelemahan inilah, Imam Khomeini menamakan upacara ibadah haji sebagai “Muktamar Agung” dan menyatakan bahwa ritual ibadah haji ini merupakan
kesempatan dan anugerah Ilahi yang diberikan kepada kaum muslimin untuk menjalin persatuan dan mencari jalan dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi.
Rintangan Persatuan
Setelah menyatakan ritual haji sebagai kesempatan dan anugerah Ilahi untuk menciptakan persatuan umat Islam, Imam Khomeini mengidentifikasi rintangan-rintangan yang dihadapai kaum muslimin dalam mewujudkan persatuan ini, di antaranya sebagai berikut.
1. Penetrasi para penindas, kekuatan kolonial, dan kekuatan asing
Pengaruh para tiran dan kolonial di barisan kaum muslimin semakin melebar. Dengan memanfaatkan industri majunya yang juga diperoleh dari merampas sumber-sumber alam dan kekayaan anugerah Ilahi dari negara-negara tidak berdaya dan mazlum, mereka menipu sebagian umat Islam dan menyatakan bahwa kemunduran, keterbelakangan, dan ketertinggalan dunia Islam terkadang disebabkan dari diri mereka sendiri dan terkadang dari konsekwensi keberagamaan mereka. Dengan metode ini, mereka berhasil melenyapkan kepercayaan diri dari sebagian kaum muslimin dan mengokohkan ketergantungan umat Islam kepada mereka.
2. Propaganda musuh-musuh Islam
Rintangan persatuan yang kedua adalah propaganda buruk musuh-musuh Islam. Orang-orang yang mengingkari dan membenci Islam sangat paham bahwa propaganda, perang psikologis atau yang dikenal dengan ‘perang urat syaraf ’ merupakan senjata paling ampuh untuk memukul kaum Muslimin. Dan hari ini, karena melihat kegigihan dan perjuangan bangsa Islam Iran dalam menghadapi kesewenang-wenangan dan keserakahan musuh Islam, di samping Islamofobia yang telah dilancarkan sejak bertahun-tahun, mereka juga melancarkan Syiah-fobia dan “Iranofobia”. Mereka menghembuskan topan dahsyat berbagai propaganda negatif melalui media masa cetak atau non-cetak, dunia maya atau dunia nyata.
3. Memandang hanya kepada kulit luar
Di antara penyakit masyarakat Islam adalah memandang ajaranajaran dan doktrin-doktrin agama hanya sebatas kulit luar dan lahir saja, sehingga melalaikan batin dan hakekatnya. Padahal, kaum muslim seharusnya menyadari bahwa doktrin-doktrin agama pastilah memiliki kandungan hakikat yang sangat dalam dan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Tentu saja, sisi lahiriah dan batiniah dari doktrin agama masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak dapat saling bertukar tempat. Hanya memegang sisi lahiriah saja, atau sisi batiniah saja, tidak akan menggenapi upaya kita dalam menyembah-Nya. Akan tetapi, sayangnya sebagian kaum muslimin hanya disibukkan oleh hal-hal lahiriah semata dan melupakan sisi batin dari aturan aturan agama. Hal ini pun terjadi pada kasus haji dan manasiknya. Ruh dari ibadah haji adalah persatuan, persaudaraan, persahabatan dan penentangan terhadap kezaliman. Namun, ruh (sisi batin) manasik haji ini masih belum diperhatikan dengan semestinya.
4. Kesalahan dalam menjelaskan hukum-hukum Islam
Musuh-musuh Islam dalam berbagai propaganda mereka senantiasa memberikan penafsiran yang salah dalam hukum dan aturan Islam. Mereka mengelabui sebagian kaum muslimin, terutama para pemuda yang tidak begitu mengenal hakekat Islam. Mereka mencitrakan ide-ide cemerlang Islam sebagai hal yang buruk dan kuno. Mereka berusaha menggoyahkan keyakinan kaum muslimin melalui usaha penulisan buku-buku, memanfaatkan berbagai media massa, dan pendidikan di universitas-universitas Barat. Oleh karena itu, sudah semestinya kaum muslimin menciptakan sebuah kebangkitan pemikiran dan kesadaran. Kebangkitan ini salah satunya harus diupayakan melalui pelaksanaan ritual haji Ibrahimi.
Metode untuk Meraih Persatuan
Karena keterbatasan ruang dan waktu, kami akan menyebutkan poin-poin yang perlu dilakukan untuk mewujudkan persatuan, yaitu sebagai berikut.
1. Menjelaskan dan memahamkan urgensitas dan kedudukanpersatuan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan duniaIslam.
2. Menyampaikan hakekat-hakekat Islam kepada seluruh kaum Muslimin di dunia.
3. Menciptakan satu kamp (kubu) dalam menghadapi kaum kolonialis.
4. Mengikuti langkah para penyeru Islam sejati yang dalam sepanjang sejarah khususnya 100 tahun terakhir menjadi penafsir ayat-ayat Ilahi dan hadis-hadis Nabi saw yang paling kompeten.
Bila keempat poin ini bisa kita wujudkan, musuh-musuh Islambukan hanya tidak berani menodai Nabi Islam dan al-Qur’an, namun kemungkinan kita juga akan kembali kepada diri sendiri dan mampu meraih kekuatan, keagungan, serta kemuliaan Islam dan
kaum Muslimin. “Sesungguhnya mereka memandang itu jauh. Sedangkan Kami memandangnya dekat.”
DISKUSI: