Pertemuan Ulama Ahli Filsafat Islam dan Barat dengan Menteri Agama Republik Indonesia
Selasa, 29 Oktober 2019, Menteri Agama Republik Indonesia Bapak Jendral (Purn) Fakhrul Razi menerima kunjungan seorang ulama pakar Filsafat Islam dan Barat dari Iran. Beliau adalah Profesor Ayatullah Ali Reza A’rafi yang ditemani oleh wakil Duta Besar Republik Islam Iran di Indonesia, Direktur Islamic Cultural Center, Dr Abdul Majid Hakim Elahi dan Dr. Hossein Muttaqi, Direktur Perwakilan Jamiah Al Musthafa di Jakarta.
Dalam pertemuan kurang lebih tiga puluh menit itu, Bapak Menteri menyampaikan apresiasinya atas kunjungan tamu besar dari Iran yang merupakan tamu pertama sejak beliau menjabat sebagai Menteri Agama.
Sang Ayatullah yang juga khatib dan imam shalat jumat kota Qom, Iran menyebutkan bahwa:
“Saat ini terdapat tiga perspektif dalam memahami Islam. Sekelompok kaum muslimin memiliki pendekatan liberalisme dan sekularisme yang meyakini agama adalah urusan personal dan pribadi antara seorang manusia dengan Tuhannya dan tidak ada hubungannya dengan masalah sosial, keadilan, HAM dan kehidupan dunia. Sebaliknya terdapat sekelompok kaum muslimin yang memiliki pendekatan dan cara pandang puritan dan jumud terhadap Islam. Mereka meyakini bahwa Islam adalah agama yang berwajah keras dan menegasikan hubungan harmonis dengan mereka yang berbeda pandangan dengannya atas nama jihad dan ajaran agama.”
“Adapun kami di Republik Islam Iran”, sambung Ayatullah. “Menganut prespektif ketiga yang meyakini, bahwa Islam sebagaimana mengatur hubungan personal seorang hamba dengan Tuhannya, juga memiliki berbagai nilai dan ajaran suci yang mengatur hubungan manusia dengan sesama secara sosial baik sesama pemeluk agama yang satu serta pemeluk agama lainnya. Namun wajah Islam kami adalah wajah moderat dan ramah yang membuka pintu dialog untuk semua aliran, madzhab dan agama. Pada saat yang sama kami meyakini ajaran suci jihad adalah dalam rangka melakukan perlawanan dengan ketidak adilan dan hegemoni musuh-musuh Islam yang dipaksakan ke atas negara-negara Islam.”
“Kami juga selalu menekankan kewajiban menjaga persatuan dan kedaulatan setiap bangsa dan negara kepada 12 ribu mahasiswa asing yang menempuh studi S1, S2 dan S3 di Universitas Internasional terbesar di Iran, bernama “Jamiah Al Musthafa”. Tidak boleh perdamaian, persatuan dan kedaulatan setiap negara menjadi korban”, tegasnya mengakhiri penjelasan tiga prespektif itu.
Sang Ayatullah yang telah menulis sekitar 70 buku dan makalah di bidang fikih, ushul fikih, pendidikan, filsafat dan hermeneutika ini mengundang Bapak Menteri untuk berkunjung ke Republik Islam Iran demi melihat dari dekat berbagai kemajuan di berbagai bidang, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta mempererat hubungan dan kerjasama keilmuan dan budaya antar kedua negara demi kemaslahatan dua bangsa besar Iran dan Indonesia yang memiliki banyak kesamaan budaya, penghormatan akan nilai-nilai agama dan lainnya. [AB]