Polemik Pendidikan Seksual di Sekolah (Bagian Kedua)
Sumber image: http://voicewaves.org
Dengan mempertimbangkan bahwa anak-anak perempuan dan laki-laki mencapai balig syar’i dalam usia yang berbeda, maka seyogianya para wali siswa dan para guru mengajarkan—dengan memperhatikan perbedaan gender remaja pada setiap jenjang pendidikan—hukum (fikih) dan masalah-masalah yang terkait dengan masa remaja dengan cara/metode yang benar.
Pada jenjang sekolah dasar dengan mempertimbangkan tingkat pemahaman dan usia anak-anak perempuan dan laki-laki maka tepat bila tema-tema di bawah ini diajarkan kepada mereka:
*Pembahasan terkait dengan masa pubertas (balig) dan tanda-tandanya, khususnya bagi perempuan.
*Hukum-hukum bersuci (thaharah), tanpa menyebutkan sunah-sunah dan makruh-makruhnya.
*Ringkasan hukum-hukum tentang mandi dan macam-macamnya.
*Hukum-hukum tentang wudu (dengan memanfaatkan gambar/visual, tanpa menyebut sunah-sunahnya).
*Hukum-hukum tayamum seperlunya saja.
*Ringkasan masalah yang terkait dengan pembahasan muhrim/non-muhrim.
*Masalah yang terkait dengan hijab (menutup aurat) dan urgensi menjaga hijab, khususnya bagi kaum hawa.
*Pengetahuan tentang peran seksual sehingga anak perempuan bangga dengan kewanitananya dan begitu juga anak laki-laki bangga dengan kelelakiannya.
*Pengetahuan ringkas dari struktur dan alat reproduksi tanaman dan binatang.
Pada jenjang menengah (SMP) mengingat bahwa anak-anak laki-laki pun telah mencapai usia balig, di samping diajarkan masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas, hendaklah masalah-masalah berikut ini juga diajarkan kepada anak-anak perempuan dan laki-laki:
*Masalah yang terkait dengan hukum-hukum melihat non-muhrim
*Masalah terkait dengan kebiasaan bulanan (haid) bagi anak perempuan
*Hukum-hukum yang terkait dengan mimpi bagi anak laki-laki
*Pengetahuan lebih lengkap tentang perubahan-perubahan fisik dan rohani/psikologis di masa remaja yang muncul pada seseorang
*Pendidikan terkait dengan pergaulan dengan lawan jenis (bersentuhan, berduaan dll).
Pendidikan moral untuk menjaga kemuliaan dan kehormatan diri
*Cara mengkontrol dan menetralisir tekanan naluri seksual
*Pengenalan terhadap hikmah di balik keberadaan kecenderungan seksual pada manusia
Pada jenjang atas (SMA), mengingat bahwa anak-anak laki-laki dan perempuan telah mencapai usia balig secara sempurna maka seluruh pelajaran yang mereka dapatkan di jenjang SMP hendaklah disampaikan kembali di sini secara lebih luas. Karena itu, menurut hemat kami sangat tepat bila tema-tema di bawah ini diajarkan kepada mereka:
-Menjelaskan sebagian dosa-dosa besar yang terkait dengan masa remaja
-Memberikan pengertian bahwa tujuan naluri seksual bukan hanya sekadar kenikmatan seksual, tetapi ada tujuan yang lebih tinggi.
-Pengetahuan yang cukup tentang kesehatan alat reproduksi dan cara-cara pencegahan dari terjangkit penyakit-penyakit seksual (pengetahuan akan bahaya pelbagai penyakit seksual)
-Peringatan yang tepat untuk mencegah kemungkinan gangguan atau kejahatan seksual yang dilakukan oleh orang-orang jahat dan bodoh
-Bimbingan dan cara-cara yang diperkenalkan Islam untuk mengkontrol naluri seksual
-Mempersiapkan remaja putra dan putri untuk menjalankan kehidupan di masa yang akan datang dan memainan peranan dan tanggung jawab yang berbeda
Seorang guru pendidik (BP) di sekolah hendaklah hendaklah mampu menjawab persoalan-persoalan seksual para pelajar dimana ia harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1-Memiliki kesehatan hati dan akal serta tazkiah nafs (kebeningan jiwa) dan ketulusan niat. Ia harus melaksanakan tugas ini dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mempunyai pengetahuan yang cukup di bidang ini dan serta dapat menjalankan kewajibannya dengan sepenuh hati sehingga ia mampu mengarahkan para remaja ke arah kesucian diri dan kemuliaan jiwa
2-Ia harus mewaspadai dirinya sendiri dan hendaklah ia memohon pertolongan kepada Allah dan bertawakal pada-Nya. Sebab, mungkin saja dalam melaksanakan tugas ini, ia dihantui waswas setan dan godaan hawa nafsu.
3-Hendaklah ia memiliki jarak usia yang cukup jauh dengan anak-anak remaja sehingga tidak terjadi keserupaan pemikiran yang akan menyeret pada imajinasi dan kecenderungan seksual. karena itu, pembelajaran/pendidikan seksual kepada kalangan yang dilakukan oleh remaja yang lain yang usianya terpaut satu atau dua tahun dengan alasan apapun itu tidak dibenarkan dan tidak membawa maslahat.
Beberapa Catatan Terkait dengan Cara Menjawab Pengajar Pendidikan Seksual
1-Guru mempunyai pengetahuan yang cukup terkait dengan persoalan-persoalan seksual dan ia -jawaban harus diberikan dengan penuh perhatian (mood) dan tidak buru-buru
2-Benar dan tidak bercampur dengan khurafat dan ilusi.
3-Sederhana sehingga mudah dipahami oleh anak-anak
4-Memuaskan sehingga anak-anaktidak perlu bertanya lagi kepada orang lain
5-Tidak memberi pembelajaran yang buruk sehingga menyesatkan anak atau mengarahkannya pada perbuatan buruk berikutnya
6-Sesuai dengan usia, pemahaman dan jenis kelamin anak. Misalnya, dalam usia yang lebih dewasa, jawaban dapat diberikan secara lebih luas.
7-Menghindari canda dan plesetan dan menjawab dengan penuh kesopanan.
8-Tidak merangsang dan dilakukan dengan penuh kasih sayang
9-Jawaban harus memperhatikan perbedaan individual antara siswa
10-Jawaban harus selalu serius, pendek, tanpa keraguan, benar dan tepat
Akhirnya, barangkali kita bisa memulai pendidikan seksual di kalangan remaja di lingkungan sekolah dengan kita mengadakan acara peringatan pubertas (balig). Anak-anak perempuan atau laki-laki yang memasuki usia balig dapat merayakan peringatan balig di sekolah mereka. Dan guru memperkenalkan sejumlah keistimewaan dan kewajiban orang yang balig kepada mereka Di samping itu, guru/sekolah juga dapat memberi hadiah sederhana kepada mereka (misalnya perangkat salah, sarung atau mukena dll.) Dan bila sekolah tidak mengadakan acara peringatan pubertas (balig), maka sebaiknya peran ini diambil oleh orangtua sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak.
Afkari Ahsani