Positif dan Negatif Sistem Zonasi Penerimaan Siswa Baru
PPDB Sistem Zonasi
Beberapa hari ini para orang tua wali murid disibukkan dengan tema zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019. Setelah kurang lebih sebulan sebelumnya sibuk dengan sistem ujian berbasis komputer. Anak-anak sibuk dengan kursus, les privat dll demi mendapatkan nilai Nem yang tinggi.
Dalam penerimaan siswa sistem berbasis zonasi, mengharuskan calon peserta didik untuk menempuh pendidikan di sekolah yang memiliki radius terdekat dari domisilinya masing-masing[1], dimana anak diluar jarak 2300 meter tidak diperbolehkan masuk kedalam sekolah tersebut kecuali melalui jalur prestasi yakni hanya sekitar 5% saja.
Tujuan PPDB Zonasi
Sistem seleksi PPDB zonasi dilakukan dengan cara pemeringkatan, yang berbeda-beda di setiap provinsi. Akan tetapi, umumnya, pemeringkatan untuk jalur zonasi dilakukan dengan jarak, nilai UN, usia peserta didik, dan waktu mendaftar.[2] Karena itu anak dengan danem paspasan bisa dengan mudah masuk ke sekolah favorit, sementara anak dengan nem tinggi sekalipun jika dia diluar zona sekolah idamannya maka dia tidak bisa masuk kesana.
Sekilas dapat dipahami bahwa sistem ini bertujuan untuk melakukan pemerataan sehingga anak-anak dengan danem tinggi tidak melulu masuk di sekolah favorit. Jadi sedikit demi sedikit akan menghilangkan konsep sekolah faforit, memeratakan random anak didik diseluruh sekolah. Hal ini diperkuat dengan informasi selanjutnya bahwa guru-guru pun akan disebar sesuai daerah masing-masing. Sehingga masing-masing sekolah rata memiliki guru ASN bersertifikat dan ASN tidak bersertifikat, Guru honorer bersertifikat maupun yang belum bersertifikat.
Salah satu hal yang dikeluhkan adalah adanya kesenjangan fasilitas dari masing-masing sekolah yang ada. Masing-masing sekolah memiliki fasilitas berbeda-beda tergantung menejemen pengelolaan sekolah sebelumnya. Juga tergantung dari kemampuan siswa sebelumnya. Sekolah pinggiran dan di daerah rata-rata memiliki fasilitas pas-pasan, sementara sekolah di pusat kota apalagi sekolah favorit umumnya memiliki fasilitas jauh lebih lengkap dibanding sekolah-sekolah yang lainnya.
Jadi tidak bisa dipungkiri bahwa masing-masing sekolah memiliki kualitas yang berbeda-beda, dari segi penerapan aturan sekolah, penerapan denda, kualitas kepala sekolah, guru maupun karyawan, maupun fasilitas yang sudah dimiliki masing-masing sekolah. Ini menjadi penghalang “kesuksesan” konsep pemerataan anak didik sesuai zona ini. Anak-anak dengan kepintaran dibidang fisika, kimia, robotik, komputerisasi, dan semacamnya tentu sulit berkembang jika tidak diimbangi fasilitas yang memadai. Sekolah favorit biasanya menjadi tempat berkumpulnya orang tua kelas menengah keatas, hal ini memudahkan dalam berbagai program yang diselenggarakan.
Ada juga netizen yang mengeluh karena tidak semua kecamatan memiliki SMA dan SMK memadai, dibeberapa tempat ada kecamatan yang belum memiliki SMA maupun SMK hal ini akan mempersulit bagi siswa baru yang berada di lingkar zonasi ini, otomatis mereka tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMA.
Sistem Zonasi dan pengawasan anak
Sistem zonasi sebenarnya mempermudah pengawasan orang tua kepada anak. Anak tidak sekolah terlalu jauh dari rumah sehingga tidak perlu kost ditempat lain. Pergaulan anak pun lebih mudah diketahui orang tua.
Ketika sekolah khususnya sekolah-sekolah yang ada di daerah fokus dalam mengenalkan anak pada lingkungan, maka anak didik akan lebih mengenal lingkungannya, apalagi jika para pendidik nantinya juga berasal dari daerah yang sama. Jika semua kondisi ini bergerak saling bersinergi satu dengan yang lain maka perkembangan masing-masing daerah akan semakin maju pesat, karena anak-anak daerah semakin cinta dengan daerahnya dan semakin besar semangat memajukan daerahnya masing-masing.
Dalam proses pendidikan 12 tahun tidak hanya orang tua yang perlu mengawasi anak, pihak sekolah juga punya peran. Disebutkan bahwa pendidikan anak harus menghubungkan antara wali murid, wali kelas, guru, dan juga orang tua. Dengan adanya sistem zonasi pengawasan anak dari sekolah maupun orang tua wali menjadi lebih mudah.
Sistem Zonasi dan Tantangan Guru-guru di Sekolah yang sebelumnya non favorit
Guru-guru di sekolah yang tadinya hanya menerima anak didik yang memiliki nem pas-pasan, dengan sistem zonasi mereka lebih besar kemungkinan untuk menerima anak didik dengan nem yang lebih tinggi, disini adalah kesempatan bagi para guru untuk membuktikan prestasi mereka, menunjukkan bahwa mereka juga mampu. Mendidik dan mengarahkan anak-anak yang memililiki nilai akademis yang bagus untuk setidaknya tetap bisa mempertahankan prestasi anak-anak tersebut.
Dengan sistem zonasi tidak ada lagi lulusan yang berkualitas karena siswa yang diterima juga hanya yang berkualitas. Semua sekolah terutama sekolah negeri memiliki peluang yang sama dari sisi kualitas anak didik yang diterima, namun fasilitas yang ada dimasing-masing sekolah semestinya juga dicukupi, sehingga anak-anak berprestasi bisa tetap menjaga prestasi mereka.
Sistem Zonasi sangat bermanfaat dalam proses pemerataan kualitas hasil didik, bukan hanya sekedar untuk menghilangkan konsep sekolah favorit dan non favorit, namun harus diimbangi pemerataan fasilitas bagi masing-masing sekolah baik yang didaerah maupun di pusat kota.
[1] Permendikbud nomor 51/2018 tentang PPDB melalui sistem zonasi.
[2] Tirto.