Refleksi Asyura: Mengapa Orang Sefasik Yazid Memimpin Umat Islam?
Setiap umat Islam dari mazhab apapun memberikan apresiasi dan cara yang berbeda dalam mengenang peristiwa Karbala. Kecintaan pada Sayidina Husain senantiasa ada dan hidup dalam hati setiap orang yang beriman, apapun mazhab dan alirannya. Sebab, mencintai Sayidina Husain itu sebagai pengamalan nas Al-Quran ( surah asy-Syura’: 23, al-Ahzab: 33) dan Sunah ( hadis tsaqalain).
Ada dua hal penting yang perlu kita renungkan dan cermati saat membahas peristiwa Asyura: pertama, aspek pelajaran/pesan Asyura dan kedua aspek ibrah (renungan). Asyura memberikan pelajaran kepada kita bahwa kita harus berkorban untuk mempertahankan agama.
Sisi ibrah/renungannya adalah kenapa 50 tahun pasca meninggalnya Rasulullah saw orang sejahat dan sefasik Yazid bisa memimpin umat Islam, sehingga Sayidina Husain harus bangkit dan mengorbankan jiwanya?! Apa yang salah di tengah umat Islam sehingga belum terlalu lama dari masa Rasulullah saw, bahkan masih ada sahabat-sahabat Nabi saw yang saleh dan baik, juga anak-anak sahabat ( tabiin)-radhiyallahu ‘anhum-tapi justru Yazid yang berkuasa?! Apakah mereka tidak peduli terhadap khilafah dan kepemimpinan umat, sehingga siapapun silakan dan boleh memimpin umat Islam?! Apakah mereka begitu lemah sehingga sosok sehina Yazid mengatur urusan kaum Muslimin?!
Apakah tidak ada di tengah umat orang hebat dan mulia yang mampu menandingi keangkuhan dan keserakahan Yazid?!
Alhasil, mengapa di tengah umat wasathan ini lahir sosok seseram Yazid, padahal ada sosok sebaik Husain?! Mengapa Sayidina Husain justru terpinggirkan dan justru Yazid dan bolo konconya yang menengahi urusan umat?!
Pokoknya, masih banyak pertanyaan yang bisa dimunculkan terkait kehadiran dan kekuasaan Yazid yang membuat kita terheran-heran dan terkadang bingung untuk menjawabnya.
Di mana para pembela majelis Rasulullah saw? Di mana para penjaga mimbar Nabi saw? Dimana para pembela Al-Qur’an dan Sunah? Di mana para pendukung sahabat-sahabat mulia? Di mana para loyalis ahlul bait Nabi saw?
Apa jadinya Islam bila sosok seperti Yazid dibiarkan bebas berkuasa atau berkuasa bebas?! Bukankah Yazid yang merusak citra Islam yang rahmatan lil ‘alamin? Lihatlah bagaimana pasukan Yazid yang dikomandani Umar bin Sa’ad melakukan mutilasi masal terhadap sahabat dan sekaligus ahlul bait Rasul saw, Sayidina Husain dan para sahabat dan keluarganya?! Bacalah dan renungkanlah Waqi’ah Hurrah (Tragedi Hurrah)[1] dua tahun pasca tragedi Karbala apa yang dilakukan Muslim/Musrif bin ‘Aqabah ( komandan 5000 pasukan Yazid) yang mengepung, menjarah dan membantai penduduk Madinah! Sejarah menuturkan–akibat dari tragedi Hurrah tersebut–tidak kurang dari 700 sahabat Muhajirin dan Anshar terbunuh (ada yang mengatakan 1000) secara tidak manusiawi dan Madinah banjir darah dan 1000 wanita melahirkan anak tanpa ayah yang jelas. Pasukan Yazid dengan memakai sandal dan terompah serta bersenjata lengkap memasuki Masjid Nabi dan mengotori kuburan beliau. Mas’udi, sejarawan kesohor menulis: Masyarakat dibunuh secara sadis dalam peristiwa ini, dan banyak dari Bani Hasyim dan Quraisy serta masyarakat lainnya yang terbunuh secara tragis di tangan kaki tangan Yazid, bahkan saking banyaknya darah sehingga layak disebut banjir darah.
Coba perhatikan dan kemudian renungkan perkataan Sayidina Husain berikut ini yang menggambarkan kondisi dan potret masyarakat Islam saat itu yang belum lama ditinggal oleh Nabi saw:
«الا ترون الى الحق لا يعمل به»
Tidakkah Anda perhatikan bahwa kebenaran tidak diterapkan?!
«و الى الباطل لا يتناهى عنه»
Dan kebatilan dibiarkan tumbuh/subur dan tidak ada yang berusaha mencegah pertumbuhannya
«ليرغب المؤمن فى لقاء ربّه حقاً حقاً»
Inilah kesempatan seorang mukmin untuk bangkit dan bertemu dengan Tuhannya secara benar
«انا ادعوكم الى كتاب اللَّه و سنة نبيه»
Aku mengajak kalian untuk mengikuti Alquran dan Sunah Nabi-Nya
«فان السنة قد اميتت»
Sungguh Sunah telah mati (dimatikan)
«و ان البدعة قد احييت»
Dan sungguh bidah telah hidup (dihidupkan)
Ketika berorasi di hadapan sahabatnya, Imam Husain menyampaikan hadis Nabi saw berikut ini untuk melegetimasi perlawanan dan kebangkitan yang dilakukannya:
من رأى سلطاناً جائراً مستحلًا لحرم الله ناكثاً لعهد اللَّه مخالفاً لسنة رسول اللَّه يعمل فى عباد اللَّه بالاثم و العدوان فلم يغير عليه بفعل ولا قول كان حقاً على اللَّه ان يدخله مدخله
Barangsiapa yang melihat penguasa yang zalim, menghalalkan apa saja yang diharamkan oleh Allah, dan mengingkari perjanjian dengan Allah serta menentang Sunah Rasulullah saw dan berbuat dosa dan permusuhan terhadap hamba-hamba Allah lalu ia tidak berusaha bangkit untuk melawannya dengan tindakan dan ucapan maka Allah berhak untuk memasukkannya dalam neraka.[2]
Ya, Asyura menanamkan pelajaran berharga kepada kita, yaitu spirit perjuangan dan kebangkitan melawan diktator/tiran yang zalim. Dan peristiwa Asyura hanya memberi kita dua pilihan: mengapresiasi kebangkitan Imam Husain atau membela Yazid, dan tidak ada pilihan ketiga, yaitu diam dan tidak memilih salah satunya. Dan pola pikir dan pola sikap ala Husain senantiasa ada sepanjang sejarah, sebagaimana pola pikir dan pola sikap ala Yazid pun bergentayangan di sepanjang masa.
Adalah benar bahwa kepala dan jasad Husain telah mati dan terkubur namun gagasan dan pola pikir Husaini senantiasa hidup dan berkembang. Keteladanan dan perjuangan heroik serta nilai-nilai yang diajarkan oleh Sayidina Husain di padang Karbala tidak pernah mampu dipenggal dan dikubur. Spirit Husaini selalu mengisi rongga para pecinta kemerdekaan. Nama Husain termasuk nama yang terbanyak digunakan di dunia, sedangkan nama Yazid bisa dihitung dengan jari. Gagasan dan gerakan Husain pasti diapresiasi oleh orang-orang yang berakal sehat, sedangkan yang mengapresiasi Yazid dan menganggapnya Amirul Mukminin adalah orang-orang yang kurang sehat dan kurang tidur. Adalah benar orasi yang disampaikan Zainab, srikandi Karbala di hadapan istana Yazid bahwa Yazid zaman itu dan pola pikir Yazid yang dianut Yazid-Yazid zaman sekarang tidak akan pernah mampu mematikan spirit Husain dan menghapus kenangan dan apresiasi orang terhadap peristiwa Asyura:
فكد كيدك، واسع سعيك، وناصب جهدك، فوالله لا تمحو ذكرنا، ولا تميت وحينا،
Tuntaskan tipu dayamu hai Yazid (sepanjang masa) dan maksimalkan usaha dan kebencianmu. Demi Allah, Anda tidak akan pernah berhasil menghapus ingatan dan apresiasi orang terhadap kami (ahlul bait) dan Anda tidak akan pernah mampu mematikan spirit kami (yang menginspirasi banyak orang sepanjang masa).
Muhammad Husaini
[1] Peristiwa tragis ini terjadi pada tanggal 28 Dzilhijjah, tahun 63 Hijriah.
[2] Tarikh Thabari 3/306, al Kamil fi at Tarikh 2/552, Ihqaqul Haq 11/609.