Telaah atas Ilmu dalam Quran dan Ilmu Nabi Muhammad saw 2 selesai
- Semua ilmu ada dalam Quran tapi Nabi tidak memilikinya, Nabi saw hanya mengutip darinya.
Jika semua ilmu ada dalam Quran tapi Nabi tidak memilikinya secara utuh, hanya akan mengetahuinya disaat dibutuhkan, misalnya dengan dibisikkan oleh malaikat pembawa wahyu. Ini sesuai keyakinan kelompok yang meyakini bahwa Nabi saw hanya maksum ketika sedang menerima atau menyampaikan wahyu saja, diluar itu Nabi saw juga melakukan salah dan keliru, bahkan bisa kerasukan setan[1], alasan yang dibawa adalah ayat ana basyarun mitslukum, saya juga manusia seperti kalian. Menurut penulis mengutip dari para ulama, bahwa ayat ini bukan sedang menjelaskan perbuatan Nabi tapi menjelaskan Nabi yang juga manusia seperti manusia lain dengan jasad yang sama, sama-sama kesakitan jika ditusuk pedang, sama-sama merasakan lapar, sama-sama merasakan haus, dll. Jadi bukan sama-sama melakukan kesalahan dan dosa. Benar beliau punya kuasa untuk berbuat salah, namun beliau dengan ikhtiar beliau, beliau memilih untuk tidak berbuat salah, pembahasan ini bisa dikaji dalam pembahasan masalah kemaksuman. Menurut hemat penulis pernyataan semua ilmu ada dalam Quran tapi Nabi tidak memilikinya juga tidak memiliki alasan kuat, dengan beberapa alasan yang penulis uraikan diatas.
- Semua ilmu ada dalam Quran dan Nabi juga memilikinya
Dengan bersandar pada surat An’am ayat 59.
وَ عِنْدَهُ مَفاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُها إِلاَّ هُوَ وَ يَعْلَمُ ما فِي الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ وَما تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُها وَلا حَبَّةٍ في ظُلُماتِ الْأَرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يابِسٍ إِلاَّ في كِتابٍ مُبينٍ
“Dan hanya di sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tiada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak sebutir biji pun yang jatuh dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.”
Pada pendapat ini, Kitabin mubin dalam ayat diatas diartikan sebagai Quran, jadi segala sesuatu termasuk semua ilmu berada dalam Quran. Sejauh yang penulis tahu, kitabin mubin disini bukan Quran tapi kitab lauhil Mahfuz. Kejadian berkenaan dengan taqdir manusia, taqdir yang tidak akan berubah selama manusia tidak menggunakan ikhtiar yang sudah diberikan. Jadi ayat diatas tidak bisa menjadi dalil bahwa semua ilmu dimiliki atau terangkum dalam Quran. Ayat ini lebih menjelaskan kepada bahwa semua kejadian yang terjadi sudah tertulis dan terpantau secara detail dalam kitab, pertama berarti tidak sedang membahas bahwa semua ilmu ada dalam Quran, kedua jika Quran adalah kitabun mubin maka dari Quran harus bisa didapatkan semua gerakan dan kejadian diseluruh penjuru alam, dimasa lalu, sekarang maupun masa depan. Hal ini mengharuskan Quran yang sangat tebal ukurannya.
- Semua ilmu ada pada Nabi saw tapi tidak dengan Quran
Tidak bisa kita pungkiri bahwa sebelum Quran turun, sebelum Nabi Muhammad saw diangkat menjadi Nabi (yaumul mab’ast) beliau juga sudah memiliki ilmu, baik itu sedikit atau banyak. Ini menjadi bukti bahwa selain ilmu Quran dalam diri Nabi juga ada ilmu lain. Walau juga tidak menutup kemungkinan bahwa ilmu yang dimiliki Nabi sebelum diangkat sebagai Nabi adalah ilmu yang sama dengan yang ada dalam Quran.
- Semua ilmu ada dalam Quran tapi hanya sebatas untuk jalan hidayah.
Semua ilmu ada dalam Quran tapi tidak secara keseluruhan, hanya sebatas untuk keperluan hidayah saja, Quran adalah kitab hidayah untuk semua manusia, semua manusia dengan semua latar belakang keilmuan yang berbeda-beda, ini menuntut bahwa Quran memiliki semua ilmu sebatas menjadi jalan hidayah, jadi bukan kitab induk atas ilmu-ilmu tersebut.
Penulis lebih cenderung kepada pendapat ini, dengan dasar ketegasan Quran sebagai kitab hidayah bukan kitab ilmiah, kalau Quran mencakup semua ilmu secara keseluruhan maka butuh ratusan atau ribuan jilid lagi halamannya, kita tahu bahwa keilmuan semakin hari semakin maju, belum lagi banyak keilmuan yang terpendam dalam sejarah akibat bencana alam dan semacamnya.
Ana madinatul ilmi wa aliyun babuha
“Saya (Nabi Muhammad saw) adalah kotanya ilmu dan Ali adalah pintunya”
Terus bagaimana dengan Ilmu Nabi Muhammad saw? Dari hadis yang menjelaskan tentang ilmu Imam Mahdi afs, penulis mengambil kesimpulan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki semua ilmu, sehingga pantas disebut dengan kotanya ilmu, lalu ilmu ini disampaikan secara turun temurun kepada para Imam dan akhirnya sampai kepada Imam Mahdi Afs.
Imam Shadiq as berkata,”Allah menciptakan hujjahnya (Imam Mahdi afs) memiliki kelebihan dibanding makhluk yang lain. Dia diberi pengetahuan atas segala sesuatu (di alam semesta ini). Jadi dia mengetahui semua jenis bahasa, nasab, dan kejadian (yang telah lalu, sedang terjadi dan akan terjadi). Jika tidak demikian maka diantara hujjahnya dan dengan orang lain (sebagai objek hujjah) tidak ada perbedaan.”[2]
Rasulullah saw, dalam khutbah ghadir terkait keilmuan Imam Mahdi as berkata, “Imam ke sembilan dari keturunan Husain as adalah al Qaim afs, dengan perantara tangannya tanah (kehidupan) yang gelap menjadi bercahaya, dia memeratakan keadilan, jadi setelah (bumi) penuh kezaliman dan kejahilan, bumi dipenuhi dengan ilmu dan (hasil) pengetahuan.”[3]
Ilmu hingga jaman sebelum zuhur Nabi Muhammad saw hanya 2 bagian saja, dari 27 bagian yang akan dibuka di jaman Imam Mahdi Afs. 27 bagian ilmu itu ada ditangan Imam Mahdi Afs, zaman imam-imam sebelumnya 27 bagian ilmu yang lain tidak memungkinkan untuk disampaikan, analoginya seperti jaman Nabi Muhammad saw, waktu itu beliau tidak mengajarkan ilmu pembuatan lampu, pembuatan pewawat terbang, pembuatan jaringan telephone dll.
Jadi kesimpulannya, ilmu Quran adalah salah satu bagian dari ilmu-ilmu Nabi saw. Nabi saw mengetahui semua ilmu dan alquran memiliki semua ilmu sekadar ukuran untuk menjadi jalan hidayah. Jadi dalam Quran tidak diulas secara detail.
[1] Pembahasan seputar ayat Gharanik.
[2] سیمای جهان در عصر امام زمان (عج) ج ۲ ص۱۹۰ به نقل از یوم الخلاص ص۳۳۷
[3] کمال الدین شیخ صوق ، ج ۱ ص۲۶۰