Adab-adab Belajar Agama Secara Virtual
Adab adalah unsur yang sangat penting, tata cara dan sopan santun seorang pelajar kepada para gurunya berpengaruh besar kepada bagaimana pelajar akan berproses dalam belajar. Bagaimana kesuksesan belajar yang ia lakukan.[1]
Semakin hari semakin marak kajian, webinar, kursus yang dilakukan secara virtual, seseorang secara langsung bisa belajar dengan seorang guru walau jarak membentang diantara mereka, pada waktu yang sama orang di dua benua berbeda bisa melakukan proses belajar mengajar tanpa kesulitan.
Belajar secara online adalah anugrah, orang dengan berbagai kesibukannya dengan konsep belajar online masih bisa meluangkan waktunya untuk belajar, padahal jika dilakukan secara ofline hal itu sangatlah tidak mungkin dilakukan. Walau memang belajar online juga memiliki halangan dan rintangan yang tidak sedikit. Salah satunya adalah adab dan sopan santun yang tidak dijaga. Sebuah kenyataan bahwa seseorang ada yang belum memiliki kesiapan batin untuk belajar secara virtual, jadi permasalahan tidak semata-mata dari sisi kegagapan dalam menggunakan gadget tapi juga dari sisi kesiapan SDM dalam menggunakan kecanggihan teknologi ini.
Seseorang dengan smartphonenya dengan mudah mengikuti belajar online, namun kemudahan ini kadang masih disalah artikan, dimana ketika dia belajar dengan cara ini, dia masih merasa sendiri, belum menyadari bahwa kamera yang ada didepannya adalah sebuah entitas yang membuat dia berada diantara orang lain yang juga sama-sama sedang online. Ada yang belum menyadari sehingga bersikap menyepelekan penampilan dan perbuatan yang dia lakukan di depan kamera.
Menghargai ilmu
Selain niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, pelajar harus bisa menghargai ilmu, ilmu berasal dari Allah SWT, ilmu sebagai jalan hidayah manusia untuk menapaki shirathal mustaqim, ilmu tentang yang baik untuk dijalani, ilmu yang buruk untuk ditinggalkan.
Sudah sepantasnya manusia menghargai ilmu, dengan menghargai ilmu seseorang walau belajar melalui konsep virtual, dia juga tetap bisa mendapat kemanfaatan maksimal.
Ilmu sebagai media bukan sebagai tujuan
Kesadaran ini sangat penting, mengikuti kajian online atau ofline demi mencari ilmu adalah kemuliaan, tapi tetap ingat bahwa ilmu bukanlah tujuan, ilmu adalah sebuah sarana untuk menggapai kemuliaan, seseorang akan menjadi mulia ketika mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah dipelajari, seseorang akan ‘dilaknat’ ilmu yang sudah dia pelajari dan dia pahami tapi tidak diamalkan.
Pada beberapa bulan ini dalam seminggu seseorang bisa mengikuti beberapa kajian, dalam arti dia berkesempatan untuk belajar lebih banyak walau dia berada dirumah. Tidak hanya mengikuti kajian online beberapa orang juga mengkoleksi rekaman kajian-kajian lain yang kebetulan berlangsung bersamaan dengan kajian yang ia ikuti, Seperti membeli buku, beberapa orang sibuk membeli buku baru, namun buku-buku itu tidak tersentuh olehnya, buku sebelumnya belum sempat dibaca sudah membeli buku baru, lagi dan lagi. Jelas hal ini tidak akan membuahkan apa yang seharusnya didapatkan.
Rakus mencari ilmu itu bagus tapi tetap buah dari semua itu adalah amal perbuatan, yaitu mempraktekkan ilmu yang sudah dipelajari. Agar ilmu mudah dipahami perlu sebuah perjuangan, agar bisa menjalankan ilmu yang sudah dimiliki perlu perjuangan yang jauh lebih besar. Ketika ilmu kebaikan dijalankan, disaat itulah dia akan memanen jerih payahnya, akan ada hikmah-hikmah yang ia dapatkan.
Menghargai Guru
Seorang pengajar itu tidak bedanya dengan seorang dokter, pengajar memberikan ilmu sehingga para pelajar menjadi aman dari berbagai penyakit rohani, dengan bimbingan pengajar (guru yang sudah menjalani sair wa suluk) pelajar juga bisa menjalani perjalanan utama, syair wa suluk menuju Allah SWT. Guru menceritakan pengalaman ruhaninya kepada para pelajar yang berguru padanya, menjelaskan jebakan-jebakan setan yang biasa muncul pada tahap-tahap sair wa suluk seorang salik (pelaki sair wa suluk).
Disini jika pelajar tidak menghargai guru, dia akan sulit untuk bisa memahami bimbingan yang diberikan sang guru, ilmu saja tidak cukup, dalam beberapa kasus butuh kepercayaan, dan keyakinan kuat akan ilmu yang dimiliki sang guru.
Ketiadakkekalan ilmu
Ilmu yang dihapal manusia sebenarnya bukan sesuatu yang kekal, manusia ketika mengalami kecelakaan dan mengalami gegar otak, ada kemungkinan ingatannya bisa hilang, ilmunya akan hilang, bahkan semua memori yang ia miliki sejak dia kecil. Ini menjadi sebuah alasan bahwa memiliki ilmu yang banyak bukanlah kesempatan untuk menyombongkan diri.
Teknis belajar secara online webinar dan kelas online
Sebagai peserta maka perlu berusaha menjaga suasana kelas dan kajian online tetap kondusif, peserta wajib membaca aturan yang sudah ditetapkan oleh panitia penyelenggara, mengikuti kelas dan kajian online suatu lembaga tertentu maka otomatis harus menghormati ketentuan yang ditentukan tuan rumah. Di mana berada disana bumi dipijak dan langit dijunjung demikian juga dengan kelas maupun webinar yang semakin banyak diselenggarakan berbagai pihak.
Perbedaan webinar dan kelas online
Beberapa orang menganggap webinar dan kelas-kelas onlin baik melalui zoom, google meet, atau platform lain itu sama saja. Padahal ada perbedaan mendasar antara webinar dan kelas online, dalam kelas online peserta sama seperti halnya menghadiri kelas ofline, dia memiliki hak bicara dan hak bertanya, pembicara utama hanya satu saja, berbeda dengan kelas online, dalam webinar ada beberapa orang yang menjadi pembicara utama, disini peserta hanya menjadi penonton, menikmati perbincangan atau adu argumen para pembicara.
Dalam kelas online dan beberapa dalam webinar, peserta harus mematikan audio mereka, menyadari benar bahwa mereka sedang berada di dalam kelas, jangan sampai berbagai keributan dirumah atau ruangannya mengganggu suasana dalam kelas, masing-masing peserta memiliki prifasi masing-masing, sesama peserta tidak berhak untuk memaksa peserta lain untuk membuka video mereka. Sebagai peserta maka hanya berbiacara ketika mendapat ijin dari host, atau dari moderator.
Dalam kelas online atau webinar ada beberapa orang menganggap dia sedang sendirian didalam rumah, karena itu ia mengikuti kelas online sambil tidur, sambil makan, atau melakukan perbuatan lain yang tidak sesuai dengan kelas. Ini terjadi karena kurang adanya penghargaan terhadap kelas yang sedang diikuti. Hal-hal semacam inilah yang akan mengurangi keberkahan dalam belajar secara online.
[1] فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم ولايصلون ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم والحكم
Tatkala aku melihat banyak dari para penuntut ilmu pada masa kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya. Di antara manfaat dan buah ilmu adalah mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. Mereka terhalang (dari ilmu) sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan setiap orang yang salah jalan maka akan tersesat, dan tidak mendapat sesuatu yang ia inginkan sedikit ataupun banyak. Maka aku ingin menjelaskan kepada mereka tata cara belajar berdasarkan yang telah aku lihat dan dengar dari guru-guruku yang memiliki ilmu dan hikmah. (Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum,halaman 57)