Agama: Isi dan Kulit
Einstein pernah mengatakan bahwa “Ilmu tanpa agama buta sedangkan agama tanpa ilmu lumpuh”. Bagaimana Ilmuan Yahudi ini dapat memiliki pandangan dan pendapat begitu? Hal ini tentu memiliki landasan, dasar dan argumentasi ilmiah. Ilmu Pengetahuan adalah hasil cipta karya manusia dalam mempermudah urusan hidupnya (materi) sementara agama bersumber dari wahyu Ilahi yang berfungsi mengarahkan manusia dalam urusan batini.
Fungsi Agama dan Ilmu Pengetahuan bagi Manusia
Ilmu Pengetahuan dan agama sebagaimana yang dikatakan Muthahari adalah memberi kebermanfaatan bagi manusia, ia sejalan dan saling melengkapi satu sama lain. Agama hadir bukan untuk menghilangkan Ilmu pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan hadir karena tuntutan logis dari keberadaan manusia yang memiliki akal.
Ilmu Pengetahuan memberi kita cahaya dan kekuatan sementara agama memberi kita cinta, harapan, dan kehangatan. Ilmu Pengetahuan membantu manusia dalam menciptakan teknologi peralatan, sarana prasarana serta mempercepat kemajuan khususnya bidang materi. Dengan Ilmu Pengetahuan orang dapat mengetahui kapan banjir terjadi dan bagaimana mencegah dan menanganinya sementara dengan agama manusia diajak untuk berikhtiar dalam menghadapi masalah hidup serta tabah, dan dapat mengambil hikmah atas sesuatu yang terjadi.
Ilmu Pengetahuan memperindah akal pikiran sementara agama memperindah jiwa dan perasaan.Ilmu Pengetahuan melindungi manusia dari penyakit, banjir, gempa bumi, badai dan lain-lain, sementara agama melindungi manusia dari keresahan, kesepian, rasa tidak aman, pikiran picik, egois, sombong, dan lain-lain. Ilmu Pengetahuan dan agama sama-sama berguna bagi manusia agar hidupnya merasa nyaman. Ilmu Pengetahuan mengharmoniskan manusia dengan dunia sementara agama mengharmoniskan manusia dengan dirinya.
Ilmu Pengetahuan tidak dapat menjangkau hal yang bersifat batini. Oleh karena itu ia tak dapat menetapkan tujuan bagi manusia. Tujuan manusia dari dulu hingga kini tak mengalami perubahan, yang berubah hanya pada cara dan sarana demikian kata Will Durant.
Substansi Agama
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa secara subtansi agama berfungsi untuk membimbing manusia khususnya pada jalan ruhani, Ia menentramkan manusia yang gelisah, karena Allah Maha Akbar. Ia membimbing manusia agar saling mencintai satu sama lain, karena Allah juga maha Rahman dan Rahim. Agama mengajarkan kelembutan karena Allah Maha Latif. Dalam al Qur’an Allah berfirman yang artinya “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik…”.
Agama tidak hanya dipahami dari sisi aqidahnya saja, fiqihnya saja, atau hanya akhlaqnya. Ajaran agama mencakup seluruhnya tanpa mengorbankan ajaran satu sama lain. Seorang yang menyeru untuk mengajak Islam tidak boleh memaksakan karena Islam mengajarkan “Lakum dinukum waliyadin”. Mengajarkan dan menyeru kepada Tuhan harus menggunakan akhlaq yang baik. Mengajak untuk shalat tidak harus mengorbankan akhlaq. Mendakwahkan aqidah dan fiqih juga harus berbasis nilai-nilai akhlak. Melakukan hal yang sunah tidak boleh meninggalkan hal yang wajib seperti ketika akan melakukan penciuman pada Hajar aswad dengan mendepak dan menyakiti orang lain.
Menegakkan syariah tidak boleh melanggar akhlaq dan aqidah. Memuliakan manusia dan saling menghargai antar sesama manusia hukumnya wajib. Rukun Islam yang ditegakkan seperti bersyahadat, sholat, zakat, puasa, dan ibadah haji memiliki nilai-nilai individual dan sosial yang bermuara pada nilai-nilai ke-Tuhan-an. Tuhan yang telah menjadikan manusia Khalifah di muka bumi karena manusia dianggap mahluk yang dapat mengemban Asma Allah dan dapat mengejawantahkan Asma tersebut sebagai mana firman Allah dalam surat al Baqorah 31-34.
Agama antara Isi dan Kulit
Beragama tentu tidak hanya melakukan ritual semata-mata atau sebaliknya beragama tidak cukup hanya dengan berbuat baik saja. Sebagaimana dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahwa setiap warga negara atau pegawai negeri tidak hanya dituntut untuk melakukan upacara dan taat pada pimpinan tapi dituntut untuk dapat melakukan kerjanya dengan baik dan benar.
Analogi lain dari penjelasan di atas ibarat buah nangka atau pisang yang akan dimakan orang jika buahnya bersih dan sehat. Tapi jika buahnya tidak terbungkus kulit diletakkan begitu saja sehingga menjijikan tentu orang tidak akan memakannya.
Melaksanakan fiqih sebagai bukti ketaatan dan ketundukkan wajib dilaksanakan tapi juga perlu menunaikan kewajiban aqidah dan akhlaq yang merupakan substansi dalam beragama. Kulit dan isi satu sama lain saling terkait. Kulit ada untuk menjaga isi agar isi tidak tercemari dan terkotori.
Beragama adalah tertunaikannya ajaran aqidah, fiqih, dan akhlaq secara sempurna dan sesuai aturan yang telah ditetapkan Allah. Beragama bukan mengikuti hawa nafsu dan keinginan pribadi serta berilusi tentang kebenaran. Agama untuk memberikan kedamaian dan ketentraman agar hidup tidak kacau. Agama untuk membahagiakan dalam suka maupun duka. Ia bukan caci maki apalagi fitnah keji. Ia melindungi manusia bukan untuk menghancurkan.