Anjuran Pentingnya Mencatat Hutang
Beberapa penyebab berhutang
Siapa ingin menjalani hidup maka harus melakukan berbagai kontrak sosial. Hidup dengan berbagai kebutuhan yang ada, kebutuhan pangan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan dll; tidak akan pernah bisa dilepaskan. Apalagi di kehidupan modern ini, kebutuhan masing-masing personal semakin hari semakin besar. Sebelum-sebelumnya sebagian besar orang tidak butuh dengan internet, tidak butuh dengan bensin, sekarang dengan kepemilikan handphone cerdas, motor untuk masing-masing anggota keluarga, adanya penjual-penjual online dll. Hal ini menuntut kebutuhan-kebutuhan baru yang berkaitan dengannya, belum lagi ketika anak sudah pintar bermain game online yang berbayar, mereka tidak hanya butuh uang saku untuk membeli makan siang atau jajan tapi untuk beli pulsa dan kode untuk beli uang secara otomatis kebutuhan manusia pada uang semakin hari semakin besar, banyak yang akhirnya terjebak memiliki income yang lebih sendikit dari out put perbulan, dan akhirnya harus menumpuk hutang.
Dibeberapa tempat ada penduduk yang awalnya menanam sendiri makanan pokok sehari-hari mereka. Seiring berjalannya waktu mengikuti alur kebiasaan masyarakat yang lain mereka pun tidak lagi menanam makanan pokok, beralih mengkonsumsi makanan pokok yang harus dibeli dari pasar. Makanan pokok ini pun akhirnya bergantung pada uang yang dimiliki, tanpa uang mereka tidak bisa mengkonsumsi makanan pokok sehari-hari. Ini juga bisa menjadi salah satu penyebab menumpuknya hutang seseorang.
Untuk menghindari hutang masing-masing kepala rumah tangga semestinya melihat income dan out put rumah tangga mereka. Kualitas dan kuantitas barang disesuaikan dengan income yang dimiliki, berupaya merubah gaya hidup sesuai kemampuan yang dimiliki, tidak memaksakan diri harus sesuai dengan gaya hidup tetangga, kawan atau orang lain. Selain itu mereka juga bisa mencari cara lain yaitu mendapatkan income lebih banyak dari biasanya. Menambah link dan jaringan dengan cara melakukan silaturahmi dengan saudara dan kawan-kawan.
Keutamaan membayar hutang
……..dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Albaqarah (2) : 282)
Membayar hutang bukan hal yang mudah, perlu kesabaran dan pengorbanan, kadang tidak hanya diri sendiri yang harus menanggung beban bahkan keluarga pun turut merasakan beban agar bisa membayar hutang. Membayar hutang adalah menjalankan perintah Allah Swt, memberikan hak orang lain kepada ahlinya.
Hutang adalah tanggungan, membayar hutang bagaikan meminta maaf kepada orang yang sudah kita celakai, ketika hutang tidak dibayarkan maka itu akan menjadi pengganjal, dan tidak ada solusi kecuali si pemberi hutang mengikhlaskan uang yang dipinjam. Begitu juga ketika berdosa kepada orang lain, dosa ini tidak akan diampuni kecuali orang tersebut memberikan maaf.
Menulis hutang
Ayat ini
……..dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya….
Dari ayat diatas mengingatkan kita akan pentingnya akuntabilitas dalam kehidupan sehari-hari. Islam mengisyaratkan pentingnya mempelajari dan menerapkan ilmu akuntansi meski dalam bentuk sederhana dan dalam ligkup keluarga. Bukan hanya penerapan dalam bidang usaha dagang.
Hal tersebut membuktikan bahwa Islam sangat perhatian dan memandang luas seluruh aspek kehidupan manusia agar tertata dan terorganisir dengan baik.
Adalah perintah agar kita menulis hutang-hutang yang kita miliki. Menuliskan hutang yang dimiliki bermanfaat untuk menjadi pemberi peringatan dan pengontrol agar tidak terlalu banyak berhutang, agar bisa instrospeksi diri, melakukan muhasabah atas kebiasan-kebiasaan yang sudah dilakukan. “Janganlah jemu menuliskan hutang itu” bukan berarti menjadi penyemangat agar kita memperbanyak hutang, kecuali hutang ini digunakan untuk berinvestasi, digunakan sebagai modal untuk sebuah usaha yang sesuai perhitungan matang. “Sampai batas waktu membayarnya…” catatan hutang ini harus dijaga sedemikan rupa sampai hutang itu sudah terbayarkan. Kita disuruh bersungguh-sungguh dalam menjaga catatan ini, ditulis ditempat yang aman, disimpan ditempat yang aman juga.
Membayar Hutang dan Pintu Rizki
Membayar hutang adalah suatu jalan rizki bagi yang memberikan hutang. Orang yang dihutangi akan berbahagia ketika hutang yang ada pada orang lain dikembalikan padanya apalagi jika dia juga dalam kondisi membutuhkan.
Dengan alasan ini tidak aneh jika membayar hutang akan menjadi jalan pembuka pintu rizki bagi yang mebayarkan hutang. Satu sisi orang yang ingin membayar hutang pasti memiliki semangat kerja lebih baik, karena untuk bisa membayar tentu dia harus berusaha lebih banyak sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga bisa menyisihkan untuk bisa membayar hutang yang dimiliki. Kondisi emosional pembayar hutang akan lebih sehat karena sudah berkurang beban mental yang dia tanggung.
Pentingnya rekonsiliasi
Jika kedua belah pihak, telah saling sepakat dalam suatu muamalah atau transaksi, baik dagang maupun hutang piutang, maka penting ketika keduanya melakukan pencatatan. Jika suatu saat ada keraguan, bisa melakukan rekonsiliasi, yaitu saling mencocokkan catatan dari kedua belah pihak ini bisa mengantisipasi terjadinya persilisihan dan fitnah.
Semoga masing-masing kita sebagai kaum Muslim, mampu menjalankan apa-apa yang menjadi perhatian penting Islam ini. Semoga diberi kemudahan untuk membayar hutang dan menunaikan tanggungan-tanggungan yang kita miliki.