“Ayah, Ingat Peranmu dalam Mendidik Anak!” (Bag-2)
Masih melanjutkan tentang peranan ayah dalam pendidikan anak. Dalam artikel sebelumnya telah dijelaskan tentang dampak negatif dari kurangnya peranan dan kerjasama ayah dalam hal ini. Juga, telah menyebutkan ayat-ayat Alquran yang telah menggambarkan potret nyata dari proses pendidikan tersebut.
Peran Ayah dalam Pendidikan Anak dalam Riwayat
Dalam riwayat-riwayat pun kita dapat lihat yang menggambarkan tentang peran penting ayah dalam pendidikan anak.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw pernah bersabda, “Seorang ayah yang mendidik anak-anaknya adalah lebih baik daripada bersedekah sebesar 1 sa’ di jalan Allah.”
Nabi saw pun mencontohkan, bahkan ketika beliau tengah shalat, beliau tidak menyuruh orang lain, atau kaum perempuan untuk menjaga kedua cucunya yang masih kanak-kanak, al-Hasan as dan al-Husain as. Bagi Nabi, setiap waktu yang dilalui bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik, termasuk ketika beliau sedang shalat.
Nabi saw pernah membawa al-Hasan as dan al-Husein as di kedua pundaknya, lalu bersabda, “sebaik-baiknya pengendara ialah keduanya, namun ayah keduanya lebih baik daripada keduanya.” [Mu’jamul Kabir, ath-Thabrani : 2677]
Suatu ketika Nabi saww berkhotbah, tiba-tiba datanglah al-Hasan dan al-Husein yang keduanya memakai gamis dan berjalan tertatih-tatih. Nabi saw pun langsung turun dari mimbarnya lalu menggendong dan meletakkan keduanya di hadapannya. [Shahih at-Tirmidzi, al-Albani, Kitabul Manaqib 4774]
Nabi saw pernah berbaring lalu tiba-tiba al-Hasan as dan al-Husein as datang dan bermain-main di atas perut beliau. Al-Hasan as dan al-Husein as pun sering menaiki punggung beliau saat beliau sujud dalam solatnya. Bila para sahabat hendak melarang keduanya, beliau memberi isyarat agar mereka membiarkan keduanya. [Shahih al-Jami’: 4797]
Selain itu, banyak sekali riwayat yang mengisyaratkan tanggung jawab pendidikan anak di pundak orang tua. “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga hal; mencintai Nabi saw, mencintai Ahlulbait as, dan membaca Alquran.” [Muntakhab Mizanul Hikmah, hal. 614]
Riwayat lain menjelaskan, “Barangsiapa mempunyai anak, maka ia harus berperilaku seperti anak-anak.” [Muntakhab Mizanul Hikmah, hal. 614] Hadis ini terkait dengan salah satu cara mendidik anak, dengan bermain dan masuk ke dalam dunia mereka dan berprilaku seperti mereka. Dengan begitu, pesan-pesan pendidikan akan lebih mudah dicerna anak-anak.
Keterlibatan ayah dalam pendidikan anak memenuhi gambaran sejarah Islam. Dalam buku ‘al-Muhaddithat; The Women Scholars In Islam’, Mohammad Akram Nadwi memberikan banyak contoh bagaimana para ulama kita menyediakan waktu untuk pendidikan putri-putrinya sebagaimana mereka meluangkan waktu untuk tugas-tugas lainnya.
Abu Bakar Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah al-Baghdadi (350H), misalnya, senantiasa memantau pendidikan putrinya, Amat as-Salam (Ummu al-Fath, 390 H) di tengah kesibukannya sebagai hakim. Diriwayatkan oleh al-‘Atiqi, hafalan hadits Amat as-Salam bahkan selalu dicatat oleh sang ayah.
Syaikhul Islam Abu Abbas Ahmad bin Abdillah al-Maghribi al-Fasi (560 H) juga tercatat mengajari putrinya cara baca al-Qur’an, serta buku-buku hadits meski beliau terlalu dengan dakwah, dan lainnya. Semua itu dilakukan karena mengikuti Nabi saw, sang teladan bagi umat manusia yang biasa menggendong cucunya bahkan ketika sedang shalat.
Dengan demikian, mendidik anak merupakan tanggung jawab pasangan suami istri. Penelitian juga membuktikan bahwa anak-anak yang mendapatkan pendidikan lengkap dari ayah dan ibu akan tumbuh menjadi anak yang cemerlang dalam akademik, sosial dan spiritual bahkan emosional dibanding anak yang hanya mendapat pendidikan dari salah satu saja, ibu saja atau ayah saja. Ketidakhadiran ayah atau ibu, baik secara fisik maupun emosinal, akan memberi dampak negatif pada kepribadian anak. Akan ada sisi dan dimensi kepribadian anak yang tidak terbentuk dengan sempurna. Hasilnya, anak bisa menjadi nakal, kurang percaya diri, kasar dan bahkan mudah condong pada kejahatan. Karena itu, pasangan suami istri hendaklah bekerjasama dalam mengasuh dan mendidik buah hati mereka guna membangun keluarga yang harmonis dan penuh cinta. Peran yang dilakukan orang tua akan memberikan dampak positif dalam perkembangan kepribadian anak.
Secara umum, peran ayah adalah menumbuhkan rasa percaya diri dan kompetensi anak lewat kegiatan bermain yang lebih melibatkan aktivitas fisik, baik di dalam maupun di luar ruangan, menumbuhkan kebutuhan akan hasrat berprestasi pada anak kisah-kisah tentang cita-cita, mengajarkan tentang peran jenis kelamin laki-laki dan tentang perilaku seorang laki-laki sesuai ajaran agama.
Sementara peran Ibu secara umum menumbuhkan perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang lebih melibatkan sentuhan lembut dan kasih sayang, menumbuhkan kemampuan berbahasa pada anak lewat bercerita dan mendongeng, dan aktifitas akrab dengan anak (seperti bicara dari hati ke hati), mengajarkan tentang peran jenis kelamin perempuan dan tentang perilaku perempuan baik-baik sesuai ajaran agama. [Amazing Parenting, hal. 21-23]
Kerja sama yang baik antara suami dan istri dalam mendidik anak merupakan salah satu kunci keharmonisan keluarga. Dan ini akan tergambar dalam pertumbuham kepribadian anak-anak baik secara mental, spiritual, intelektuan dan sosial. Anak-anak yang berada dalam pengasuhan yang seimbang antara ayah dan bundanya, akan tumbuh dengan baik dalam segala aspek. Mereka tidak akan kekurangan vitamin ‘A’ atau kasih sayang ayah.
Juga, Rasulullah saw sendiri telah mencontohkan bagaimana peran beliau dalam pendidikan putri tercintanya, Sayidah Fathimah as. perlakuan-perlakuan beliau terhadap putrinya adalah contoh konkrit bagi para ayah tentang perannya dalam pendidikan anak. Karena itu, sesibuk apa pun aktifitas ayah di luar, jangan sampai melupakan tanggungjawab tentang perannya yang tidak dapat tergantikan. Jangan sampai sangat antusias mendidik orang lain di mana-mana, namun loyo dalam membimbing anak sendiri. [Euis Daryati MA]