Imam Khomeini dan Reformasi Pendidikan
Annisa Eka Nurfitria, M.Sos __ Pada tanggal 25 Mei 1980, Imam Khomeini menyampaikan pesan penting kepada anggota masyarakat Islam dan Organisasi Mahasiswa Muslim. Pesan ini menyoroti perlunya reformasi mendasar di universitas-universitas Iran dan pentingnya memberikan pendidikan yang tidak hanya fokus pada ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan oleh bangsa.
Imam Khomeini membuka dengan salam kepada bangsa Iran, umat Muslim di seluruh dunia, dan para mahasiswa yang dianggap sebagai tentara Islam. Beliau merasa perlu mengklarifikasi makna reformasi universitas yang sejati. Menurutnya, ada kesalahpahaman bahwa mengislamisasi universitas berarti membagi setiap cabang ilmu pengetahuan menjadi dua: Islami dan non-Islami, atau hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Ini adalah kesalahan besar yang harus diperbaiki.
Pesan utama Imam Khomeini adalah kritik terhadap ketergantungan universitas-universitas Iran pada Barat. Meskipun sudah ada universitas selama lebih dari lima puluh tahun, Iran masih belum mencapai swasembada dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Beliau menyatakan bahwa universitas-universitas ini lebih banyak melayani kepentingan Barat daripada kebutuhan nasional Iran. Banyak lulusan universitas yang pro-Barat dan tidak memiliki rasa kewajiban atau minat terhadap bangsa mereka sendiri.
Imam Khomeini menekankan bahwa transformasi mendasar yang diinginkannya adalah menjadikan universitas sebagai lembaga yang melayani kebutuhan bangsa, bukan kepentingan asing. Ini tidak berarti bahwa hanya ilmu-ilmu agama yang harus diajarkan, tetapi semua cabang ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk kemajuan dan kemandirian bangsa. Universitas harus mendidik pemuda dengan etika Islami dan pendidikan yang berkualitas, sehingga mereka dapat menjadi individu yang bertanggung jawab dan berdedikasi untuk negara mereka. Imam Khomeini menegaskan bahwa pendidikan harus digabungkan dengan moralitas yang baik dan rasa tanggung jawab. Tujuan pendidikan bukan sekadar mendapatkan sertifikat atau diploma untuk keuntungan materi, tetapi untuk mencapai kemanusiaan yang sejati dan membebaskan negara dari ketergantungan. Sekolah dan universitas harus menjadi pusat perbaikan spiritual dan material, bukan tempat penyebaran korupsi.
Selain itu, Imam Khomeini menyoroti pentingnya pemuda Islam untuk mempelajari ilmu-ilmu lain seperti sains, teknologi, dan ilmu sosial. Beliau berpendapat bahwa tanpa pengetahuan yang luas dan beragam, bangsa tidak dapat mencapai kemandirian dan akan terus bergantung pada kekuatan asing. Pendidikan yang komprehensif dan berimbang sangat penting untuk menciptakan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan zaman dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Imam Khomeini mengingatkan bahwa ketakutan utamanya adalah ketergantungan budaya, bukan sanksi ekonomi atau intervensi militer. Beliau menekankan perlunya universitas yang mandiri dan terlepas dari pengaruh Timur dan Barat, sehingga bangsa Iran dapat memiliki budaya dan pendidikan yang benar-benar independen. Imam Khomeini mengingatkan bahwa ada banyak pihak yang tidak ingin melihat sekolah Islam berhasil. Orang-orang yang terkena dampak negatif berusaha untuk mengalihkan perhatian anak-anak dan pemuda dari jalan yang benar. Mereka mencoba mengubah lembaga pendidikan, dari sekolah dasar hingga universitas, menjadi tempat di mana pemuda dapat dieksploitasi demi kepentingan kekuatan asing. Imam Khomeini memperingatkan bahwa musuh berusaha untuk membuka kembali universitas tanpa rencana yang tepat agar tetap dalam kondisi lama, menghasilkan lulusan yang tidak berguna bagi negara. Anak-anak dan pemuda harus mengenali orang-orang yang mencoba merusak dari dalam, dan memahami bahwa mereka adalah agen asing yang berusaha mengadu domba.
Mahasiswa, sebagai aset bangsa, harus waspada terhadap korupsi yang menyusup ke lembaga pendidikan. Mereka harus menyelidiki latar belakang guru dan memahami tujuan mereka. Imam Khomeini menekankan bahwa negara ini, setelah memukul mundur kekuatan asing, sekarang menjadi pusat konspirasi. Musuh tahu bahwa jika mereka dapat mengalihkan perhatian generasi muda, mereka dapat menghancurkan masa depan negara.
Imam Khomeini menegaskan bahwa Islam sangat mendukung ilmu pengetahuan dan spesialisasi. Islam menganggap ilmu dan spesialisasi sebagai hal yang sangat penting, sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Namun, beliau mengkritik pandangan yang salah bahwa mengislamisasi universitas berarti menghapus kebutuhan akan spesialisasi. Beliau menjelaskan bahwa reformasi budaya dan Islamisasi universitas tidak berarti mengabaikan kebutuhan akan dokter, insinyur, atau spesialis teknologi, tetapi memastikan bahwa ilmu tersebut digunakan untuk kepentingan umat Islam dan bangsa, bukan untuk kepentingan asing. Imam Khomeini juga berpesan, “ Mereka yang mengklaim telah menjaga universitas dan melakukan ini atau itu, harus datang dan memberikan bukti atas apa yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun di bawah rezim lama. Tunjukkan kinerja, metode pengajaran, dan prestasi ilmiah mereka.Anda menyatakan bahwa pembentukan karakter harus disertakan dalam pendidikan. Bagaimana keadaan mental, pandangan, dan moral dari lulusan Anda yang tersebar di seluruh negeri? Dalam satu setengah tahun terakhir, kami telah berusaha melakukan reformasi di berbagai tempat, namun masih sering mendengar tentang perilaku tidak senonoh dari orang-orang ini, meskipun ini tidak terbatas hanya pada lembaga pendidikan, tetapi juga terjadi di berbagai kementerian, yang tentu saja sangat tidak diinginkan. Allah tidak menyatakan kewajiban manusia kepada-Nya di dunia ini kecuali dalam hal pendidikan. Dia menyatakan bahwa “Dia telah mengirimkan Nabi untuk menyucikan dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada manusia”. Anda akan mencatat bahwa penyucian disebutkan lebih dulu daripada pengajaran.Ayat Al-Qur’an di atas memerlukan pembahasan yang panjang, tetapi secara ringkas, ini menunjukkan jalan pendidikan dan pengajaran. Ini juga menunjukkan bahwa tujuan utama pengiriman Nabi adalah dua hal ini: untuk membacakan ayat-ayat kepada manusia, kemudian untuk membersihkan dan menyucikan pikiran serta jiwa mereka, dan kemudian untuk mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. Penyuciam datang sebelum pengajaran, dan bahkan jika tidak sebelumnya, keduanya harus diberikan bersama-sama dengan prioritas yang sama. Jika seseorang tidak dibersihkan dan disucikan, dan keburukan tidak dihilangkan, pengetahuan akan menghasilkan konsekuensi yang berbahaya. Semua ajaran sesat telah diciptakan oleh orang-orang berpengetahuan di mana pengetahuan tidak disertai dengan penyucian dan pembentukan karakter. Orang berpengetahuan yang tidak menyucikan diri menjadi ancaman bagi masyarakat.
Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara profesor universitas dan para ulama. Jika pusat-pusat pembelajaran agama dan universitas tidak mencapai penyucian moral, pengetahuan yang disimpan di sana akan sebanding dengan apa yang dijelaskan oleh Allah Yang Maha Kuasa sebagai ‘seperti beban buku di punggung keledai’. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang monoteisme, moralitas, agama, dan semua itu, tetapi belum membersihkan pikiran dan jiwanya, adalah ancaman bagi masyarakat.”
Dalam penutupnya, Imam Khomeini berdoa untuk kesejahteraan umat Islam dan pemuda, berharap agar universitas-universitas di Iran dapat terbebas dari segala bentuk ketergantungan dan menjadi lembaga pendidikan yang bermoral dan Islami. Ini akan memungkinkan pemuda Iran untuk tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang diperlukan untuk membangun negara yang kuat dan mandiri.