Beberapa Buku Panduan dalam Kelas Bahtsul Kharij
Terkait masalah ijtihad dan taqlid sekarang ini ada banyak buku yang secara khusus membahas masalah ini. Pembahasan sudah sangat luas, jadi tema sudah merambah pada tema-tema spesifik, misalnya hubungan antara ilmu ijtihad dan tarbiyah, ilmu ijtihad dan sosiologi, ilmu ijtihad dan taqlid dan ilmu sosiologi, ilmu ijtihad dan kedokteran, ilmu ijtihad dan ekonomi, ilmu ijtihad dan antropologi, dan bidang-bidang ilmu lainnya. Masing-masing tema ini terdapat artikel, buku dan kajian yang sangat banyak, semua membahas seputar ijtihad seiring perkembangan jaman dan keilmuan yang terus menerus mengalami perubahan dan penyesuaian.
Perlu disampaikan juga disini bahwa orang yang pertama menulis tema ijtihad dan taqlid adalah penulis kitab Kifayah, sedang orang yang pertama membahas tema ijtihad dan taqlid sebagai bagian dari ilmu fikih adalah syaikh Kazimi Yazdi.
Pembahasan kelas Bahtsul Kharij ini diusahakan agar dilakukan secara detil dan mendalam, dengan cara merujuk kepada buku-buku induk dari buku-buku fikih dan buku-buku ushul fikih. Misalnya, kitab taqrirat milik Syaikh Thusi, taqrirat milik Syahid Shadr, juga kitab Urwatul wutsqa yang hanya terdiri dari dua jilid, tidak ada kitab fikih yang membahas secara detil seperti uraian kitab Urwatul wustqa, berikut kitab yang menguraikan syarah kitab ini yang berjudul Al Mustamsik Urwatul Wustqa, sebuah kitab pembahasan fikih detil dan berisi kajian-kajian baru buah karya Sayid Hakim. Kitab syarah ini terdiri atas 20 jilid. Dia memberikan syarah dan menyebutkan landasan-landasan masalah fikih yang ada di kitab Urwatul Wustqa. Begitu juga kitab tanqih, buah karya Sayid Khu’i, jilid awal dari kitab ini membahas masalah ijtihad dan taqlid, kitab tanqih juga merupakan salah satu kitab syarah lain dari kitab Urwatul Wustqa, ada juga kitab tafsir Syariah, buah karya Ayatullah Lankaroni, beliau telah menulis syarah dari kitab Tahrirul Wasilah milik Imam Khomaini qudisa sirruh, ada juga kitab muhadzabul ahkam kitab yang juga menjelaskan syarah dari kitab Urwatul Wutsqa, ini adalah kitab karya Sabzawari, ada juga kitab Jamiul Mabahis, karya Syaikh Ali Panah, kitab yang juga penting adalah kitab ijtihad dan taqlid serta tahrirul Wasilah karya Imam Khomaini.
Kitab Urwatul Wustqa adalah kitab yang sangat penting, bahkan kitab ini juga menjadi kitab wajib dalam kajian bahtsul kharij di kelasnya Ayatullah Sayid Khui, Ayatullah Sayid Abdul Hadi Syirazi, Ayatullah Wahid Khurasani, Ayatullah Abdul A’la syabzawari dan banyak dari para Ulama besar telah menjadikan buku Urwatul Wutsqa sebagai buku wajib dalam kelas bahtsul kharij mereka. Inilah penyebab mengapa buku Urwatul Wutsqa menjadi kitab yang memiliki banyak syarah. Ayatullah Khomeini berbeda dari yang lain, beliau menggunakan kitab Washilatun Najah Karya Sayid Abul Hasan Al Isfahani, akhirnya terbitlah kitab Tahrirul Wasilah sebagai syarah kitab Washilatun Najah ini. Hal ini sebagai gambaran beberapa kitab yang layak dijadikan rujukan dan materi kajian dalam mempelajari materi bahtsul Kharij Fikih dan Ushul fikih. Dengan mempelajari beberapa kitab ini maka pelajar akan memiliki gambaran yang luas dan mendalam terkait makna dan detil dari ilmu ushul dan fikih. Lebih dari itu mereka juga bisa memahami hubungan ilmu ushul fikih dan fikih dengan berbagai disiplin ilmu lainnya.
Salah satu murid Syaikh Anshari menceritakan bahwa dia tidak bisa memahami pelajaran yang diajarkan oleh Syaikh Anshari, lalu aku pergi ke haram amirul mukminin Ali bin Abi Thalib, bertawasul kepada beliau, aku pun menangis, ketika aku tidur aku melihat Imam Ali bin Abi Thalib, beliau pun mengajariku dan berkata, bacalah “Bismillahirahmanirahim”. Aku pun membaca “Bismillahirahmanirahim” lalu aku pun terbangun dari tidur. Keesokan harinya aku pergi ke kelas Syaikh Anshari, setiap kali dia berbicara aku pun menyampaikan isykal kepadanya, dia pun menjawabnya, kembali aku memberikan isykal beliau pun menjawabnya berulang-ulang, diakhir dialog Syaikh Anshari berkata, orang yang tadi malam mengajarimu “Bismillahirahmanirahim” sudah mengajariku sampai “Waladhalin”.
Syaikh Akhun Khurasani berkata, ketika aku ikut dalam kelas Syaikh Anshari aku mendapatinya sebagai seorang Bahrul Ulum, aku menilai bahwa beliau pasti belajar semalam suntuk untuk bisa memberikan pelajaran sedalam itu, rumah Syaikh Anshari itu dekat dengan rumahnya, pada malam hari aku naik ke atap rumah dan melihat ke rumah Syaikh Anshari, melihat apa yang dilakukan beliau di malam hari. Cuaca waktu itu sangat panas, orang-orang di Najaf biasa tidur di atap rumah, aku melihatnya tidur dan bangun sebelum shalat subuh, lalu melakukan salat tahajud, lalu membaca Quran, saat itu aku berkata, pasti besok beliau tidak akan bisa menjelaskan pelajaran besok pagi, ketika pagi tiba dan sampai waktunya belajar, ternyata beliau mengajar dengan begitu baik seperti hari-hari sebelumnya. Selama seminggu penuh aku memperhatikan Syaikh Ansari apa yang beliau lakukan di malam hari. Tapi beliau tetap dengan kondisi yang sama, tidak menghabiskan malam untuk belajar sebagai persiapan untuk kelasnya. Ilmu itu seperti cahaya, sudah menyinari seorang hamba, hamba pun akan menjadi bersinar karenanya, ilmu yang bukan sekedar hasil belajar tapi hasil dari jerih payah dalam beribadah dan taat di jalan Allah.
#dirangkum dari pelajaran bahtsul kharij Syaikh Hakimelahi