Bulan Suci Ramadan Sebagai Awal Tahun Para Salik
Mengagungkan Ramadan dengan Perencanaan
ایت الله جوادی آمولی (دامت برکاته): مرحوم سید ابن طاوس می گوید: اهل سیر و سلوک، اول سالشان ، ماه رمضان است. حسابها را از ماه مبارک رمضان تا ماه مبارک بعد بررسی می کنند؛ که ماه مبارک رمضان گذشته چه درجه ای داشته و امسال در چه درجه ای هستند.
چقدر مطلب فهمیده و چه مسئله هایی برای آنها حل شده است. چقدر در برابر گناه قدرت تمکن داشته و چقدر در برابر دشمن قدرت تصمیم دارد. ماه مبارک رمضان برای سالکان الی الله، ماه محاسبه است.[1]
Ketika ramadan tiba semua sibuk mengucapkan selamat memasuki bulan ibadah, selamat menjalankan ibadah puasa. Namun lahiriah seperti ini tidak jarang tanpa dibarengi sebuah perencanaan.
Pada kesempatan ini Ayatullah Jawadi Amuli (semoga ditambahkan keberkahannya) berkata menukil sebuah nasihat dari sayid Ibnu Thawus yang berkata, “Seorang ahli sair dan suluk (orang yang menjalankan perjalanan irfani) awal tahun mereka adalah bulan Ramadan, jadi perhitungannya dari bulan suci Ramadan tahun lalu sampai bulan Ramadhan setelahnya. Tahun ini dimaksudkan untuk meneliti dan mengkoreksi prestasi diri selama setahun yakni dilihat bagaimana kondisi ruhaninya pada ramadhan tahun lalu dibandingkan dengan kondisi rohani bulan suci ramadhan tahun ini. Selain itu juga diteliti seberapa banyak tambahan pemahaman yang didapatkan serta seberapa banyak permasalahan yang berhasil diselesaikan. Seberapa kuat menghadapi ujian godaan perbuatan dosa, bagaimana selama setahun dalam mengambil keputusan menghadapi musuh paling kuat(hawa nafsu, setan). Jadi bulan ramadhan bagi pelaku perjalanan menuju Allah adalah bulan perhitungan, bulan instrospeksi diri untuk kemudian dilakukan perbaikan yang dibutuhkan.”
Dengan memperhatikan perkembangan serta kelemahan ruhani diri, seorang hamba akan terjaga, akan lebih hati-hati hingga kembali bertemu dengan Ramadan. Selain itu juga dilakukan perencanaan detil dalam rangka mengobati kekurangan ruhani yang dimiliki, serta perencanaan dalam rangka meraih raihan dan target lebih utama kedudukan ruhani dalam perjalanan menuju bulan suci Ramadhan tahun depan.
Kondisi masing-masing orang berbeda-beda sesuai dengan keseriusan menjalankan amalan dalam menjaga dan meninggikan derajat ruhaninya. Para salik benar-benar mempraktikkan konsep keadaan hari ini jika masih sama dengan hari sebelumnya maka dia berada dalam kerugian.
Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin celakalah Ia. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin rugilah ia. Dan Barangsiapa yang hari ini lebih baik dibandingkan hari kemarin dialah yang beruntung.
Pentingnya perencanaan
Orang-orang yang ingin berbuat jahat kepada Nabi Muhammad Saw, mereka berkumpul dan bermusyawarah serta menyusun rencana sedemikian rupa, perencanaan satu, perencanaan dua dan seterusnya sebagai antisipasi jika rencana pertama dan kedua gagal. Inilah pentingnya perencanaan, untuk perbuatan buruk saja butuh perencanaan, apalagi dalam perbuatan baik, dalam meraih perjalanan suci memberbaiki ruhani diri. Perjalan ruhani sair dan suluk menuju Allah sangat butuh perencanaan, tipu muslihat setan sangat kuat detil dan semakin sulit dideteksi, butuh kejelian dan perencanaan yang jauh lebih detil sehingga bisa terjaga dari tipu muslihat setan dan teman-temannya. Bisikan setan itu bertingkat-tingkat semakin alim orang yang dibisiki maka semakin sulit dan semakin samar,
مِنْ شَرِّ الْوَسْواسِ الْخَنَّاسِ
ٱلَّذي يُوَسْوِسُ في صُدُورِ النَّاسِ[2]
Was was dari setan yang dibisikkan kedalam hati manusia, berarti ini sebenarnya ditujukan pada ruhani manusia, setan dengan was-wasnya sedang mempengaruhi ruhani manusia agar ruhani itu tidak berkembang, gagal atau kalau bisa kerdil dan membusuk. Perjuangan inilah yang dihadapi oleh seorang salik selama perjalanan ruhaninya antara bulan suci Ramadhan sampai bulan suci Ramadhan selanjutnya.
Memasuki Ramadhan dengan perencanaan
Dari sini dapat dipahami juga bahwa seorang salik adalah orang yang benar-benar memiliki kesiapan dalam memasuki bulan suci ramadhan. Bulan suci ramadhan sebagai ujian sebelum memasuki hari-hari diantara dua bulan suci. Hari-hari penuh cobaan untuk menaikkan derajat ruhani seorang salik. Karenanya seorang salik yang istiqamah semakin tua umurnya, ruhaninya pun semakin kuat dan juga ikut menjadi lebih dewasa.
Bulan Rajab dan syaban adalah puncak-puncak usaha untuk meraih buah perjuangan ruhani, detik-detik akhir untuk kemudian dilakukan perhitungan pada bulan suci Ramadhan.
Nasihat Rahbar Memaksimalkan diri di waktu sahur
Waktu sahur adalah waktu istimewa bagi seorang salik. Waktu ini adalah kesempatan emas untuk bermanja dan bermesraan dengan Allah Swt. Menyendiri dengan Allah Swt dengan membaca Al Quran, shalat maupun doa-doa.
Rahbar menasihati bahwa waktu sahur adalah kesempatan satu-satunya kita sebagai manusia biasa, untuk akrab dengan Allah Swt, waktu lain dalam sehari biasa kita habiskan untuk tidur dan juga berbagai urusan duniawi lainnya. Jadi andai kesempatan waktu sahur tidak kita manfaatkan bisa jadi tidak tersisa lagi waktu untuk bermesraan dengannya. Karena kita terlalu banyak urusan dan kesibukan.
Ini adalah salah satu perencanaan yang diajarkan rahbar khususnya pada saat menjalani ibadah puasa di bulan mulia ini. Jadi memaksimalkan waktu pertama dalam 24 jam untuk mengingatnya sehingga dalam seharian andai lalai sudah ada simpanan waktu yang dipakai untuk mengingat Allah SWT.
[1] حکمت عبادات ص 169
[2] Annas [114]: 4-5.