Islam, Sains dan Teknologi (2)
Annisah Eka Nurfitria, Lc_____ Insulin diperlukan oleh mereka yang menderita diabetes, dan interferon diperlukan oleh mereka yang mengidap kanker. Tetapi, bioteknologi juga telah dipakai untuk mengembangkan senjata biokimia yang dapat memusnahkan ternak, tanaman, dan bahkan manusia. Karena sangat erat kaitannya dengan umat Islam, maka secara khusus akan dipaparkan bioteknologi yang digunakan untuk “membuat” manusia.
Teknologi ruang angkasa telah melahirkan satelit yang dapat digunakan untuk navigasi, ramalan cuaca, memonitor sumber-sumber alam, menunjukkan masalah populasi, kegagalan panen, atau penyakit hewan. Pada saat yang sama, lebih dari 1.800 satelit yang sekarang berada di ruang angkasa telah dipakai untuk tujuan-tujuan militer, di samping untuk menghancurkan sesama satelit, sehingga ruang angkasa penuh dengan sampah-sampah radioaktif.
Teknologi pengubah lingkungan dapat dipakai untuk menyelamatkan suatu daerah dari bahaya banjir, mencegah desertifikasi (meluasnya gurun) atau menyediakan air bagi daerah yang kekeringan. Namun, teknologi ini juga telah dapat digunakan untuk peperangan geofisis: menimbulkan kebakaran hutan, penyimpangan air sungai, gempa bumi, gelombang laut, atau ledakan vulkanis.
Ada satu perkembangan teknologi yang dapatb merisaukan kita, yaitu rekayasa genetika. Lewat rekayasa ini, dimungkinkan untuk “membuat” bayi manusia. Sekarang ini, ada delapan kemungkinan (cara) yang telah ditemukan – empat di antaranya akan coba dijelaskan secara ringkas:
- Inseminasi artifisial
Inseminasi artifisial (buatan) bermula setelah ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma yang dibungkus dalam glisero, kemudian dibenaman ke dalam cairan nitrogen, dan dibekukan pada tempratur -321 selsius F dapat bertahan cukup lama. Beberapa bayi telah dilahirkan dari sperma yang dawetkan selama tiga belas tahun. Bila seorang wanita diinseminasi dengan sperma suaminya, walaupun tidak melalui hubunga seksual, hal itu tidak menjadi persoalan. Persoalan mulai timbul, mislanya, jika suami menyimpan spermanya di bank pada waktu muda (bank-bank sperma sudah banyak di Amerika Serikat), kemudian baru menggunakannya pada istrinya bertahun-tahun kemudian; atau istri menarik sperma suaminya dari bank setelah suaminya meninggal dunia. Bila terjadi kehamilan, bagaimana kedudukan anak itu? Itulah masalah yang timbul dengan kemungkinan pertama.
- Inseminasi dengan sperma donor
Hal ini lebih merisaukan lagi. Sperma boleh berasal dari donor yang diketahui identitasnya, atau dari donor di bank yang dirahasiakan. Lebih rumit lagi, seorang gadis yang ingin mempunyai anak tanpa suami dapat memesan sperma dari bank, lalu meminta dokter “menginjeksikan” sperma itu pada tuba falopinya. Berzinakah wanita itu?
- Transplantasi Ovarium
Cara ini dilakukan dengan mencangkokkan ovum seorang wanita pada wanita lain. Setelah itu, baru dilakukan inseminasi buatan. Tetapi, bagaimana hubungan anak dengan wanita itu?
- Fertilisasi in vitro (dalam tabung)
Fertilisasi terjadi di luar tubuh. Setelah embrio terbentuk, embrio dimasukkan ke dalam Rahim ibu. Persoalan-persoalan terdahulu dapat terjadi lagi di sini, ditambah masalah-masalah baru. Sekarang kita dapat menambahkan embrio pada Rahim siapa saja. Yang jelas, tentu pada Rahim manusia, tidak selalu pada Rahim ibu pemberi ovum. Di Amerika Serikat, sekarang ada ibu-ibu yang bersedia menyewakan rahimnya dengan upah tertentu. Mereka disebut surrogate mother, gestational mother, contractual baby-bearer, mercenary mother, dan sebagainya. Lalu, anak yang lahir itu anak siapa? Kini, pengertian orangtua harus didefinisikan kembali. Bahkan sekarang ini juga sudah dipikirkan untuk menanamkan embrio pada Rahim binatang – sapi, misalnya. Menurut Robert T. Francoeur, embriologi, hal ini tak sulit untuk dipraktekkan, kecuali kalau ada kendala moral dan agama.
Keempat cara yang lain adalah extracorporeal gestation (bayi tabung), parthenogenesis (pengembangan sel telur yang tak dibuahi), cloning, dan embryo fusion (menggabungkan dua embrio yang memiliki empat orang). Menurut Lederberg, semua rekayasa ini belum dapat dijalankan sekarang, namun dalam tempo sepuluh atau tiga puluh dapat dipraktekkan.
Revolusi teknologi juga telah menimbulkan saluran-saluran komunikasi yang baru. Radio dapat dihubungkan dengan pesawat telepon, sehingga sinyal dapat dikirimkan ke kantor, rumah, mobil atau ke beeper portable, telepon genggam. Telepon dapat digunakan untuk telekonferensi, atau dikombinasikan dengan rekaman dan computer untuk menyebarluaskan informasi. Televise dapat disetel ke stasiun-stasiun luar negeri melalui siaran langsung lewat satelit (DBS). Dalam tempo singkat, kaset video dan disk akan menjadi lebih murah, sehingga dapat dimiliki banyak orang. Smart phone akan banyak digunakan untuk kegiatan-kegiatan keseharian manusia. Disambungkan dengan pusat informasi, smart phone dapat menggantikan surat kabar, perpustakaan, sekolah, pengajian dan sebagainya. Melebarnya perluasan dan intensitas jaringan-jaringan informasi akan mengubah banyak perilaku manusia. Sudah siapkah kita, umat Islma, menya,mbut perubahan-perubahan ini?
Akibat-akibat revolusi teknologi dan revolusi informasi ialah revolusi sosial. Revolusi teknologi, pada umumnya, akan menempatkan Negara-negara adidaya pada kedudukan yang menguntungkan secara politis, ekonomis dan kultural. Banyak bangsa di negeri terbelakang akan memandang Negara-negara Barat sebagai rujukan nilai. Akan terjadi bukan saja kebergantungan politis dan ekonomis, melainkan juga kultural. Di sini nilai-nilai Islam akan banyak bertabrakan dengan nilai-nilai Barat. Arus informasi yang satu pihak (one-sided) akan membanjiri umas Islam dengan nilai-nilai bawaan yang tidak relevan. Barangkali akan terjadi benturan nilai antara anak-anak muda dan orangtua. Kontrol orangtua terhadap anak akan makin sukar. Revolusi informasi juga menyebabkan massa sangat rapuh terhadap persuasi massa. Mereka yang menguasai media akan menjadi agen-agen sosialisasi, pendidik, pengarah, dan pengatur tingkah laku. Kedudukan orangtua dan guru akan berkurang.
Tidak seluruhnya revolusi sosial ini bersifat negative. Penyebaran jaringan informasi akan melancarkan proses demokratisasi informasi. Ini berarti meningkatkan pengetahuan masyarakat kelas bawah. Pengetahuan menjadi relative lebih terbuka bagi semua orang.
Bersambung….