Kajian Singkat Musnad Imam Ahmad (Bag. Terakhir)
e) Ahlul Bait dalam Musnad Imam Ahmad
- Riwayat-riwayat tentang Imam Mahdi a.s.
Rasulullah saw. bersabda, “Al-Mahdi adalah dari kami Ahlul Bait. Allah akan memperbaiki urusannya dalam satu malam.”[1]
Imam Ahmad dalam kitabnya menyebutkan lebih dari 100 riwayat berkenaan dengan Mahdiisme yang berhasil dikumpulkan oleh Ustadz Jalali dan diterbitkan oleh Perhimpunan Pengajar Hauzah Ilmiah Qom dengan judul “Ahadits Al-Mahdi (a.s.) Min Musnad Ahmad”.
Demikian penting permasalahan ini sehingga Imam Ahmad dengan model pemikirannya seperti itu membawakan banyak hadis tentang Imam Mahdi. Namun murid-murid didiknya seperti Bukhari dan Muslim tidak menyebutkan pembahasan tersebut meskipun satu hadis.
- Sabab Nuzul Ayat Tathhir
Hadis kedua dari Musnad Ummu Salamah adalah sebuah hadis yang dinukil dari ucapan Ummu Salamah saat berkata:
Atha’ bin Abi Rabah berkata, “Telah menceritakan kepada orang yang mendengar Ummu Salamah yang menuturkan bahwa Nabi saw. berada di rumahnya. Lalu Fatimah mendatangi beliau dengan sebuah talam berisi bubur, maka Fatimah masuk dan Nabi saw. berkata, “Panggillah suami dan kedua puteramu.”
Ummu Salamah melanjutkan, “Maka Ali, Hasan, dan Husain datang lalu masuk dan duduk untuk memakan bubur tersebut sementara beliau berada di atas tempat tidur yang terdapat selimut kain buatan Khaibar.”
Ummu Salamah berkata, “Saat aku shalat di kamar, Allah swt menurunkan ayat berikut: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, hai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.”[2]
Ummu Salamah melanjutkan, “Maka beliau mengambil sisa kain selimut dan menutupkannya ke mereka kemudian mengeluarkan tangan dan menengadahkan ke langit sambil berkata, “Ya Allah! Mereka adalah Ahlul Baitku dan orang-orang istimewa yang aku miliki, maka hilangkanlah segala noda dari mereka dan sucikanlah sesuci-sucinya! Ya Allah! Mereka adalah Ahlul Baitku dan orang-orang istimewa yang aku miliki, maka hilangkanlah segala noda dari mereka dan sucikanlah sesuci-sucinya!”
Ummu Salamah berkata, “Maka aku memasukkan kepalaku dan berkata, “Aku bisa bersama kalian, wahai Rasulullah?” Beliau saw. menjawab, “Sesungguhnya engkau menuju kebaikan, sesungguhnya engkau menuju kebaikan.”[3]
- Penggalan dari Doa Tawassul[4]
Dengan sanad yang shahih, Imam Ahmad bin Hanbal menukil kisah seorang buta yang melalui tawassul kepada Rasulullah saw. penglihatannya kembali:
“Dari Usman bin Hunaif bahwa seorang lelaki buta mendatangi Nabi saw. dan berkata, “Mohonkan kepada Allah supaya menyembuhkanku.”
Nabi saw. menjawab, “Jika engkau mau aku akan memohonkan untukmu dan jika engkau mau aku menundanya karena yang demikian itu lebih baik.”
Lelaki itu berkata, “Mohonkanlah!”
Maka Nabi saw. menyuruhnya untuk berwudhu dengan baik dan benar, kemudian melaksanakan shalat dua rakaat dan berdoa dengan doa berikut:
“Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu, Muhammad, nabi pembawa rahmat.
Ya Muhammad! Sesungguhnya aku menghadap kepada Tuhanku melaluimu dalam hajatku ini supaya dikabulkan untukku. Ya Allah! Jadikanlah beliau sebagai pemberi syafaat untukku!”[5]
- Nilai dan Balasan Mencintai Ahlul Bait a.s.
“Sesungguhnya Rasulullah saw. menggandeng tangan Hasan dan Husain r.a. dan bersabda, “Barangsiapa mencintaiku dan mencintai dua anak ini, ayah, dan ibu keduanya, ia akan bersamaku dalam derajatku pada hari kiamat.””[6]
- Kedudukan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s.
Dinukil dari Imam Ali a.s.: “Setiap satu jam menjelang subuh aku selalu datang kepada Rasulullah saw. Bila sedang berdiri shalat, beliau bertasbih sebagai pertanda izin beliau kepadaku dan bila sedang tidak shalat, beliau mengizinkan kepadaku langsung.”[7]
- Pengakuan terhadap Keutamaan-keutamaan Imam Ali a.s.
Umar bin Maimun berkata, “Suatu ketika aku sedang duduk di sisi Ibnu Abbas, tiba-tiba sekelompok orang datang dan berkata kepada Ibnu Abbas, “Berdirilah! Kita ke tempat sepi untuk membicarakan suatu hal. Setelah beberapa saat, Ibnu Abbas kembali dengan wajah marah sambil berkata, “Celakalah kalian karena menghina seseorang yang memiliki 10 kriteria khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain:
1) Saat Nabi saw. akan memberikan bendera perang dan bersabda, “Aku akan mengutus seorang lelaki yang tidak akan dihinakan oleh Allah selamanya, ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
2) Saat Nabi saw. mengutus Fulan[8] membawa Surat At-Taubah, namun kemudian memerintahkan Imam Ali a.s. untuk menyusulnya dan mengambilalih tugas tersebut. Beliau saw. bersabda, “Tidak akan pergi membawa Surat tersebut kecuali seorang lelaki dariku dan aku darinya.”
3) Saat Nabi saw. mengatakan kepada anak-anak paman beliau, siapakah yang akan setia mengikutiku di dunia dan akhirat? Semuanya enggan kecuali Ali yang menjawab, “Aku akan setia mengikutimu di dunia dan akhirat.” Maka Nabi saw. bersabda, “Engkau adalah waliku di dunia dan akhirat.”
4) Amirul Mukminin Ali a.s. adalah orang pertama yang masuk Islam setelah Khadijah.[9]
5) Saat Nabi saw. menarik jubah beliau dan meletakkan di atas Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain a.s. sambil membaca ayat: “إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا”
6) Saat Ali a.s. mengorbankan diri untuk Nabi saw. dengan memakai pakaian beliau dan menempati tempat pembaringan beliau dengan berbagai resiko yang dihadapi.
7) Saat Nabi saw. bersabda kepada Ali a.s. yang diperintahkan untuk menetap di Madinah pada peristiwa Ghazwah Tabuk: “اما ترضي أن تكون مني بمنزلة هرون من موسي الا أنك لست بنبي انه لا ينبغي ان أذهب الا و انت خليفتي”.
8) Saat Nabi saw. bersabda: “أنت وليي في كل مؤمن بعدي”.
9) Saat Nabi saw. memerintahkan untuk menutup pintu-pintu masjid kecuali pintu Ali sehingga dalam kondisi junub sekalipun Ali melewati masjid, karena itu menjadi satu-satunya jalan: “سدوا أبواب المسجد غير باب علي”.
10) Saat Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa yang menjadikanku sebagai maulanya maka sesungguhnya maulanya adalah Ali”.[10]
========================================================
[1] Musnad Ahmad, 1/84: قال رسول الله (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ و آله): الْمَهْدِيُّ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ يُصْلِحُهُ اللَّهُ فِي لَيْلَةٍ
[2] QS. Al-Ahzab (33): 33.
[3] Musnad Ahmad, 6/292:
عن عطاء بن أبي رباح قال حدثني من سمع أم سلمة تذكر ان النبي صلى الله عليه وسلم كان في بيتها فاتته فاطمة ببرمة فيها خزيرة فدخلت لها عليه فقال لها ادعى زوجك وابنيك قالت فجاء على والحسين والحسن فدخلوا عليه فجلسوا يأكلون من تلك الخزيرة وهو على منامة له على دكان تحته كساء له خيبري قالت وأنا أصلى في الحجرة فأنزل الله عز وجل هذه الآية إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا قالت فاخذ فضل الكساء فغشاهم به ثم أخرج يده فألوى بها إلى السماء ثم قال اللهم هؤلاء أهل بيتي وخاصتي فاذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا اللهم هؤلاء أهل بيتي وخاصتي فاذهب عنهم الرجس وطهرهم تطهيرا قالت فأدخلت رأسي البيت فقلت وأنا معكم يا رسول الله قال إنك إلى خير انك إلى خير.
– Disebutkan bahwa ayat ini dengan melihat kepada kesatuan konteks dan qarinah sebelum dan setelahnya, berhubungan dengan isteri-isteri Nabi saw. atau Ahlul Bait dan isteri-isteri beliau saw.
* Allamah Majlisi dalam kitab Bihar Al-Anwar memberikan jawaban sekitar 50 halaman (mengeluarkan isteri-isteri Nabi saw. dari lingkaran Ahlul Bait).
* Allamah Thaba’thabai dalam Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran juga mengkaji pembahasan ini pada ayat tersebut yang kesimpulannya bahwa dengan argumen apa Anda mengatakan ayat-ayat ini turun bersama sehingga Anda menjadikan kesatuan konteks sebagai qarinah?!
[4] Musnad Ahmad, 4/138.
[5] Berikut ini teks nukilannya:
“عن عثمان بن حنيف: أن رجلا ضرير البصر أتي النبي صلي الله عليه (و آله) و سلم فقال: ادع الله ان يعافيني. قال: ان شئت دعوت لك و ان شئت اخرت ذاك فهو خير. فقال: ادعه. فأمره أن يتوضأ فيحسن وضوءه، فيصلي ركعتين، ويدعو بهذا الدعاء: اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبيك محمد نبي الرحمة، يا محمد إني توجهت بك إلي ربي في حاجتي هذه فتقضى لي، اللهم شفّعه في.”
[6] Ibid, 1/77:
“أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أخذ بيد حسن وحسين فقال من أحبني وأحب هذين وأباهما وأمهما كان معي في درجتي يوم القيامة.”
[7] Ibid:
“كانت لي ساعة من السحر أدخل فيها على رسول الله صلي الله عليه (و آله) و سلم فإن كان قائما يصلي سبح بي فكان ذاك اذنه لي وإن لم يكن يصلي أذن لي.”
[8] Di banyak tempat sering hanya disebutkan si Fulan saja dengan tujuan untuk menjaga kepribadiannya.
[9] Sebagian bersikeras mengatakan bahwa orang pertama yang masuk Islam bukan Imam Ali a.s., namun dalam kitab-kitab Ahlu Sunnah sendiri disebutkan orang pertama yang masuk Islam adalah Amirul Mukminin a.s.
[10] Musnad Ahmad, 1/330: “من كنت مولاه فان مولاه علي”.