Bulan Suci Rajab: Nilai, Pesan dan Medan Membangun Spiritualitas
IG—Bila bulan Ramadhan diperkenalkan sebagai bulan umat Islam, maka bulan Rajab adalah bulan-nya Allah SWT. Ini tidak kurang dari betapa agungnya bulan Rajab hingga mengagungkan bulan ini sama artinya mengagungkan Allah. Bersama para imam suci a.s., para ulama Ahlul Bait dari berbagai latar belakang intelektual mengkhususkan pikiran dan hati mereka untuk merayakan spiritualitas bulan ini.
Banyak riwayat yang dicatat sahih sebagai pembangkit motivasi dan gairah agar sadar setelah lalai, agar bangkit setelah terpuruk, agar semakin dekat dan dekat lagi dengan Allah SWT dan para kekasih-Nya. Apa saja keutamaan bulan Rajab? Berikut ini sekelumit dari aspek-aspek keutamaan bulan suci ini dalam riwayat.
Aspek-aspek Keutamaan Bulan Rajab
Bulan suci Rajab ini penuh berkah tidak semata-mata karena hubungan istimewanya dengan Allah SWT, tetapi juga menjadi ruang peristiwa sejarah manusia-manusia agung; ada kelahiran Imam Muhammad Baqir a.s. di permulaan bulan dan kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib a.s. di pertengahannya kian menambah keagungannya.
Selain itu, di bulan suci ini juga terdapat Hari-hari Putih (ayyam al-bidh). Di beberapa negara Islam, sebagian umat Islam mengisi hari-hari itu dengan menyelenggarakan i’tikaf yang, tentunya, disertai dengan puasa.
Nabi SAW sendiri menyebut bulan Rajab sebagai al-ashabb, karena di bulan ini dikucurkan rahmat dan ampunan Allah. Darilisan suci beliau juga bulan ini disebut sebagai ashamm, karena di bulan ini dilarang berperang dengan kaum musyrik.
Adapun riwayat dari Nabi SAW dan para imam suci Ahlul Bait a.s. tentang keutamaan bulan suci Rajab terlampau banyak untuk dihitung. Berikut ini dua riwayat yang menarik sekali untuk disimak:
Riwayat dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda, “Bulan Rajab adalah bulan Allah SWT yang diagungkan. Tidak ada bulan yang mencapai kehormatan dan keutamaannya. Di bulan ini dilarang berperang dengan kaum kafir. Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Barangsiapa yang berpuasa satu hari di bulan ini, ia akan memperoleh ridha Allah SWT, akan dijauhkan dari murka-Nya dan pintu-pintu neraka akan ditutup baginya.” (tidak ada referensinya)
Riwayat lain dari Imam Ja’far Shadiq a.s., “Kelak, di Hari Kiamat, akan tampil sesosok penyeru menyeru dari Arasy, “Manakah orang-orang yang menghidupkan bulan Rajab?” Sekelompok orang lantas berdiri; wajah mereka memancarkan cahaya bagi penduduk padang Mahsyar, kepala mereka bertahtakan mahkota, berhiaskan mutiara dan rubi. Setiap orang dari mereka diiringi seribu malaikat di sebelah kanannya dan seribu malaikat di sebelah kirinya sambil berkata, “Selamat! Kemuliaan Allah atasmu, wahai hamba Allah!”
“Lalu terdengarlah seruan dari Allah SWT, “Wahai hamba-hamba-Ku! Demi kemuliaan dan keagungan-Ku! Aku akan memuliakan kedudukan kalian, memberikan anugerah besar dan menempatkan kalian di surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya dalam keadaan kekal abadi. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang yang beramal. Kalian telah berpuasa demi Aku dengan penuh ketaatan di bulan yang Aku agungkan kehormatannya dan Aku wajibkan haknya kepada malaikat. Wahai hamba-hamba-Ku! Masuklah ke dalam surga.”
Kemudian Imam Shadiq a.s. menambahkan, “Ini adalah [balasan] bagi orang yang berpuasa di bulan Rajab, meski hanya satu hari di awalnya atau di tengahnya atau di akhirnya.” (Fatal al-Nayshaburi, Rawdhat al-Wa‘idhin, v. 2, p. 402).
Imam Khamenei tentang Bulan Rajab
Bulan Rajab adalah buah hati para pecinta Allah SWT. Betapapun kesibukan mereka, bulan Rajab selalu dinantikan mereka sebagai prioritas. Satu di antara mereka ialah Imam Ali Khamenei. Dari kata-katanya tampak kedekatan pemimpin agama itu dengan bulan ini sekaligus dorongan kuatnya agar setiap muslim konsisten menghidupkan hari-hari sepanjang Rajab.
Tidak seperti umumnya pemimpin di dunia, Imam Khamenei kerap menekankan, di berbagai forum publik dan dengan beragam aksentuasi, nilai-penting spiritualitas religius di samping moralitas dan kepatuhan hukum. Sebagai pelengkap, berikut ini beberapa kutipan dari ekspresi dan fokus khusus Imam Khamenei mengenai bulan suci Rajab:
“Bulan Rajab merupakan kesempatan besar menyucikan diri dan persiapan memasuki bulan suci Ramadhan. Perbanyaklah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Semua orang harus bersyukur karena masih diberi kesempatan memasuki bulan Rajab. Bulan Rajab sebuah kesempatan melakukan amal bernilai dan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah melalui penyucian diri.
“Hari-hari ini yang disebut dalam riwayat sebagai hari-hari mulia dan utama, seluruhnya, merupakan kesempatan. Setiap kesempatan yang diberikan adalah nikmat dan setiap nikmat harus disyukuri. Mensyukuri nikmat dapat terwujud bila kita mengenal nikmat tersebut dengan baik, melakukan hal-hal yang dituntut oleh nikmat itu, menggunakannya, mengakui nikmat datang dari Allah SWT dan menggunakannya di jalan-Nya.
“Bulan Rajab termasuk nikmat yang dimaksud. Setelah itu akan tiba bulan Sya’ban yang merupakan nikmat lain. Dua bulan ini dianggap oleh urafa dan hamba-hamba saleh sebagai mukadimah untuk bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan mi’raj, bulan penyucian dan pembersihan jiwa yang kita semuah membutuhkannya.
“Manfaatkanlah bulan Rajab ini. Berusahalah mendekatkan diri semaksimal mungkin kepada Allah SWT, selalu mengingat Allah dan menjalankan perbuatan semata-mata demi Allah SWT. Seluruh usaha, amal perbuatan hendaknya diniatkan untuk Allah SWT.
“Ketika hubungan kita dengan Allah SWT semakin kuat, dengan sendirinya segala masalah, kesulitan dan ketimpangan akan selesai.” (irna.ir)*
Bulan Rajab masih tersisa meski dalam hitungan tangan. Terlampau berlimpah pesan-pesan normatif dari agama yang melibatkan motivasi. Bulan suci ini hanya berdampak positif manakala kita menyadari nilai, pesan dan medan berkahnya. Setidaknya, dalam beberapa hari tersisa ini ada rencana kuat untuk berubah menjadi baik dan lebih baik.
*https://www.irna.ir/news/81604405