Kebiasaan Buruk Dan Upaya Merubahnya Menjadi Lebih Baik
إِنْ هذا إِلاَّ خُلُقُ الْأَوَّلينَ
ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Syuara:137)
Merubah kebiasan buruk tentu tidak mudah bagi seorang manusia, merubah kebiasaan negatif menjadi positif merupakan perjuangan besar dan sangat berharga.
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang terus berlanjut, karena hampir semua orang memiliki kebiasaan buruk, tentu dengan intensitas yang berbeda-beda satu sama lain. Manusia yang tidak memiliki kebiasaan buruk adalah insan kamil, mencontoh insan kamil seperti Nabi Muhammad Saw menjadi inspirasi
Bahkan amalan ini yakni merubah kebiasaan buruk termasuk jihad besar, selamat datang dari jihad kecil dan siap menghadapi jihad besar, Jihad melawan hawa nafsu.
Dalam jihad besar seseorang dengan pedang atau senjata api dia menghadapi musuh diluar dirinya, terlihat nyata cukup kurbatan Ilallah membunuh musuh atau mati syahid terbunuh oleh musuh. Sedang dalam jihad melawan hawa nafsu yang mana salah satu ujungnya adalah merubah kebiasaan buruk, seseorang berhadapan dengan dirinya, dengan hal-hal yang biasa dan sudah malakah (melekat) dalam dirinya.
Kebiasaan buruk sebagai perbuatan yang sudah menjadi rutinitas, perbuatan yang jika tidak dilakukan maka ruh seseorang merasa tidak nyaman, merubah kebiasaan buruk semacam ini bermakna berpindah dari hal yang sebelumnya dinilai zona nyaman ke zona yang masih dinilai tidak nyaman. Inilah satu hal yang membuat hal ini jadi cukup berat dan sulit dilakukan.
Kebiasaan buruk bisa disebut juga kebiasaan yang merusak. Bermalas-malasan merupakan kebiasaan buruk yang sebenarnya merusak, dengan kebiasaan ini seseorang bisa merusak berbagai kesempatan yang harusnya bisa ia dapatkan, jadi ketika dia tidak bermalas-malasan selain bisa meraih kesempatan terbaik untuk dirinya sendiri bahkan bisa juga menolong pihak-pihak lain yang bisa ia jangkau.
Merubah kebiasaan buruk tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga menguntungkan orang lain dan juga lingkungan sekitar.
Secara lahiriah memang orang yang bermalas-malasan terlihat tidak ada hubungannya dengan orang lain. Tapi kalau dilihat secara lebih rinci, kebermalas-malasan dihari ini sebenarnya juga berdampak untuk masa depan.
Misalnya ketika sedang masa-masa pendidikan, bermalas-malasan, akhirnya harus mengulang beberapa kali untuk beberapa mata kuliah itu pun dengan hasil tidak maksimal, hal ini tidak sedikit berpengaruh ketika dia sudah bekerja menjadi pimpinan di perusahaan keluarga, kebiasaan bermalas-malasan mengakar kuat dalam dirinya akhirnya perusahaan pun ambruk tidak bisa bertahan dihadapan tantangan yang semakin hari semakin kuat dan ketat, atau ketika dia sudah menikah menjadi kepala rumah tangga, dia bermalas-malasan untuk mencari nafkah, akhirnya istrinya harus keluar menggantikan dia, anak-anak kehilangan sosok ibu yang memperhatikan detail kebutuhan anak, pendidikan khas seorang ibu akhirnya tidak didapatkan. Anak-anak juga kehilangan sosok ayah yang melindungi dan mengayomi secara finansial maupun sosial, pendidikan lingkup rumah baik dari ibu dan ayah pun akhirnya tidak didapati anak dirumah. Ketika istrinya jenuh jelas rumah tangga seperti ini bisa sampai ke ambang perceraian.
Kebiasaan buruk menunda waktu salat, beberapa orang merasa waktu salat sangat panjang, melakukan salat dengan nanti dulu, sebentar lagi,
Rasa malas atau kadang karena ada urusan lain yang harus didahulukan sebelum melakukan salat. Terkait waktu salat, di awal waktu disebut dengan rahmat sedang diakhir waktu maknanya adalah maghfirah.
Jadi salat tanpa rasa malas, dilakukan diawal waktu akan menjadi rahmat bagi orang yang mendirikannya, sebuah karunia dan pemberian dari Allah Swt, sedang salat diakhir waktu bukan lagi disebut rahmat tapi disebut sebagai maghfirah, magfirah adalah bentuk pemberian maaf kepada orang yang berbuat kesalahan, kesalahan dari menunda-nunda waktu pengerjaan salat, kesalahan dari sudah bermalas-malasan, kita juga tahu bahwa Islam mengajarkan fastabiqul khaoirat, berlomba-lomba dalam kebaikan, dalam sebuah perlombaan tentu tidak selaras dengan bermalas-malasan.
Perintah fastabiqul khoirot adalah cerminan bahwa Islam mengajarkan manusia untuk tidak memiliki sifat buruk bermalas-malasan. Begitu juga anjuran untuk melaksanakan salat diawal waktu, tidak menunda-nunda pekerjaan memang sangat bermanfaat bagi manusia itu sendiri, salat diawal waktu juga cerminan untuk amal perbuatan dan pekerjaan yang lain, perkerjaan yang lain pun sama tidak ditunda-tunda dikerjakan diawal waktu, ketika ada waktu luang bisa untuk istirahat atau mengerjakan pekerjaan yang lain, dengan konsep ini maka akan muncul sosok-sosok yang lebih produktif dan lebih bermanfaat. Bermanfaat untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain.
إِنَّ الْمُنافِقينَ يُخادِعُونَ اللهَ وَ هُوَ خادِعُهُمْ وَ إِذا قامُوا إِلَى الصَّلاةِ قامُوا كُسالى يُراؤُوْنَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ قَليلاً
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. [1]
Salat diawal waktu saja tidak cukup, salat di awal waktu pun tidak ada makna jika dilakukan dengan bermalas-malasan.
Bagimana cara mengurangi dan menghilangkan kebiasaan buruk
Langkah pertama adalah niat dengan sungguh-sungguh
Kedua mengosongkan pikiran dari rasa ashabiyah
Ketiga yakin pada diri sendiri bahwa dia bisa dan mampu menjadi lebih baik
Keempat dan paling penting, memulainya walau 1%.
Perbuatan apapun jika sudah dimulai walau itu hanya 1% saja maka memberi perasaan lega dan semangat kepada seseorang, sangat berbeda dengan perbuatan yang sama sekali belum mulai dikerjakan.
Perlu diingat kembali bahwa nilai hidup itu bukan di banyaknya ilmu tapi dari mengamalkan ilmu.
[1] An Nisa 142.