Keimanan Seluruh Orang Tua Para Nabi
Masalah keberimanan orang tua Nabi merupakan tema yang menjadi perselisihan antara syiah dan suni. Ulama-ulama syiah meyakini bahwa orang tua dari para Nabi semua tanpa terkecuali adalah seorang muwahid (mengesakan Allah), keyakinan ini sebenarnya juga dipercaya oleh sebagian ulama ahlu Sunnah. Sebagian besar ulama suni dengan berdasarkan pada kisah Azar sebagai ayah dari nabi Musa AS meyakini bahwa ada orang tua Nabi yang menyekutukan Allah SWT. Ulama dan peneliti ahlul bait menemukan nash kuat bahwa Azar bukanlah ayah dari Nabi Musa AS. Azar hanyalah paman bagi Nabi Musa As. Hanya saja dalam budaya waktu itu paman juga biasa dipanggil dengan Ab, secara harfiah bermakna ayah. Terdapat juga dalil-dalil Quran pendukung bahwa nenek moyang para Nabi adalah orang-orang suci, orang yang mengesakan Allah Swt.
Adanya perbedaan keyakinan bahwa orang tua nabi adalah seorang muwahid atau ada yang seorang musrik merupakan tema ikhtilafiah antar madzhab-madzhab islam (1) terkait hal ini sudah ada makalah dan buku yang tertulis mengupas tema ini (2).
Pandangan Ulama Syiah
Syaikh Saduq (meninggal 380 H) berkata bahwa kami (pecinta ahlul bait) meyakini bahwa dari Nabi Adam sampai Abdullah adalah seorang muwahid, seorang muslim (3). Syaikh Mufid (meninggal 413 H) termasuk ulama yang mendukung pernyataan Syaikh Saduq. Beliau berkata bahwa semua orang tua dari para nabi adalah seorang muwahid dan beriman kepada Allah sebagaimana Abu ja’far Saduq berkata dan semua ahli hak juga sepakat mengenai hal ini.
Thabrasi dalam Majma Al-Bayan dibawah ayat 219 surat Syuara menyatakan bahwa sifat sajidin (تقلبک فی الساجدین)adalah sifat dari orang tua para nabi.(5). Nasirudin Thusi dan Alamah Hilli dalam kitab tajrid al-I’tiqad dan kitab sarahnya meyakini bahwa orang tua para nabi harus bersih dari berbagai keburukan dan dosa(6).
Pandangan Ulama Ahlu Sunnah
Sebagian ulama ahlu Sunnah meyakini dan menekankan bahwa datuk-datuk dari Nabi Muhammad adalah orang-orang yang beriman. Alusi al-baghdadi dalam kitab Ruh al Ma’ani (7) menerima keyakinan ini dia menolak bahwa keyakinan ini hanya khusus diyakini kalangan syiah. Dia menilai bahwa penilaian bahwa keyakinan ini miliki syiah semata yakni Fakhru Razi tidak melakukan penelitian yang cukup.(8)Fakhru Razi sendiri adalah ulama yang tidak menerima bahwa seluruh orang tua para Nabi itu seorang muwahid (9). Seorang ahli mutakalim madzhab Asy’ari yakni Ala’uddin Qusychi dalam sarah atas kitab tajrid al-itiqad menjelaskan bahwa orang tua para nabi haruslah orang yang bersih dari syirik.(10) Jalaluddin Suyuthi juga bagian dari ulama yang meyakini bahwa nenek moyang Nabi Muhammad Saw bahkan beliau juga menulis terkait hal-hal ini.(11)
Muhammad Rasyid Ridha menilai bahwa bersihnya nenek moyang semua Nabi itu bertentangan denang lahiriah Quran dan Hadis shahih.(12) hal ini juga didukung oleh Ibnu Taimiyah seorang ulama salafi wahabi yang bahkan meyakini bahwa ayah Nabi Muhammad adalah orang kafir(13). Ketika di jaman sekarang ada yang meyakini bahwa orang tua Nabi Muhammad Saw adalah orang kafir dan musyrik rata-rata merujuk kepada pemikiran dan buku-buku karya tulis Ibnu Taimiah. Sebuah ajaran yang sayang sekali cukup berkembang di Arab Saudi dan disebarkan keberbagai penjuru dunia termasuk ke Indonesia.
Kenyataan ini menjadi pengingat bahwa warga Indonesia harus selektif ketika membaca atau menyimak ceramah-ceramah ulama dari Arab Saudi.
Dalil Kelompok Pendukung
Dalil pendukung kelompok yang meyakini bahwa orang tua para nabi itu muwahid adalah dua ayat Quran, satu darinya adalah surat Syura: 219 dimana sesuai penjelasan Syaikh Thusi seperti sudah dinukil Ibnu Abbas maksud dari ayat adalah bawah sulbi para Nabi itu berpindah dari orang suci ke orang suci yang lain hingga akhirnya lahir ke dunia.(14) Surat Albaqarah: 127 juga menjadi dalil ketika Nabi Ibrahim berkata anak keturunannya menjadi orang-orang islam. Dalam surat Zuhruf kita mendapat bahwa doa Nabi Ibrahim sudah diijabah Allah Swt. Disisi lain sejarah membuktikan bahwa nenek moyang nabi Muhammad Saw adalah dari keturunan Nabi Ibrahim As. Jadi Nabi dan ayah beliau menjadi misdaq (wujud realitas) ayat doa dan ayat ijabah dari doa Nabi Ibrahim diatas.(15)
*Tulisan ini dari wikishiah berbahasa persia https://fa.wikishia.net/
- مدنی بجستانی، ایمان اجداد رسولخدا، ص۱۶۲.
- مدنی بجستانی، ایمان اجداد رسولخدا، ص۱۸۸.
- شیخ صدوق، الاعتقادات، المؤتمر العالمی للشیخ المفید، ص۱۱۰.
- شیخ مفید، تصحیح اعتقادات الامامیه، المؤتمر العالمی للشیخ المفید، ص۱۳۹.
- طبرسی، مجمع البیان، ج۷، ص۳۵۶.
- علامه حلی، کشف المراد، مؤسسة النشر الاسلامی، ص۴۷۲.
- آلوسی، روح المعانی، دار الکتب العلمیة، ج۱۰، ص۱۳۵.
- آلوسی، روح المعانی، دار الکتب العلمیة، ج۴، ص۱۸۴.
- فخر رازی، مفاتیح الغیب، دار احیاء التراث العربی، ج۱۳، ص۳۱-۳۵.
- قوشچی، شرح تجرید العقائد، منشورات رضی، ص۳۵۹
- مدنی بجستانی، ایمان اجداد رسولخدا، ص۱۶۶.
- رشیدرضا، المنار، ج۷، ص۴۵۱-۴۵۴
- ابن تیمیه، مجموع الفتاوی، تحقیق: عبدالرحمان بن محمد، ج۱، ص۱۴۴
- شیخ طوسی، التبیان، دار احیاء التراث العربی، ج۸، ص۶۸.
- مدنی بجستانی، ایمان اجداد رسولخدا، ص۱۷۰-۱۷۱.