Transkrip Short Course Mahdawiyat ke 3
Pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas 2 tema. Yang pertama perihal urgensi Mahdawiyah, dan yang kedua adalah mengenal Imam. Kita telah membahas urgensi Mahdawiyat dari beberapa sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah akidah. Untuk mengenal Allah swt, maka jalan terbaiknya melalui para Imam. Hadits dari Nabi, ‘Barangsiapa yang mati tanpa mengenal Imam Zamannya, maka ia mati dalam kejahilan’. Ayatullah Jawadi Amuli, berkata kenapa seseorang yang tidak mengenal Imamnya, mati dalam kejahilan, itu karena hidupnya pun berada dalam kejahilan. Nabi saw tidak mengatakan bahwa seseorang yang sepanjang hidupnya tidak mengenal Imam Zamannya, maka ia hidup dalam kejahilan, melainkan seseorang yang ‘mati’ dan tidak kenal Imam Zamannya, maka mati jahiliyyah.
Ayatullah Jawadi Amuli menjelaskan; itu karena kematian merupakan hasil kehidupan. Karena kematian adalah buah dari kehidupan. Maksud dari kejahilan bukan hanya tidak tahu, tetapi kejahilan di zaman jahiliyyah dulu. Menyembah berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri, mengatakan sedang menyembah Tuhan. Mereka yang tidak mengenal Imam Zamannya, artinya tidak pernah menyembah Allah swt. Mereka sedang menyerahkan dirinya pada hawa nafsu. Dalam Al Quran disebutkan أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ ‘Apakah kalian lihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya’.
Allamah Majlisi punya ungkapan indah, beliau berkata, ‘Betapa banyak orang yang sedang beribadah pada Allah swt, sedangkan ia tidak pernah menyembah-Nya, melainkan hawa nafsunya.’ Menuju Allah tanpa melalui Imam adalah kesesatan. Poin lain dari hadits ini adalah, penekanan pada ‘Zaman’nya. Menunjukkan bahwa kita tidak hanya perlu menyakini keimamahan, tetapi juga meyakini adanya Imam Mashum di tiap zaman. Misalnya, di zaman Imam Husain as, manusia bertanggung jawab untuk mengenal, mengimani, serta patuh pada Imam di zaman itu. Begitu juga di zaman Imam lain. Di zaman sekarang, kita wajib mengenal, meyakini dan menaati Imam Zaman kita, yaitu Imam Mahdi ajf. Tetapi, bukankah semua Ahlul Bayt as berasal dari satu cahaya yang sama? Di ziarah Jamiah Kabirah disebutkan, ‘Dan sesungguhnya ruh, cahaya dan jiwa kalian adalah satu.’ Mereka memang berasal dari satu nur, tetapi ada perbedaan di praktisnya. Karena seorang Imam mengatur sesuai dengan kondisi zamannya. Misalnya di zaman Imam Hasan as, beliau harus berdamai dengan khalifah, tapi Imam Husein as di zamannya harus qiyam. Imam Ridha as harus terima menjadi wali ‘ahd nya khalifah, dan Imam Shadiq harus mengadakan kebangkitan keilmuan di zamannya. Kita tidak bisa berbuat semau kita, tetapi kita bertanggung jawab menjalankan perintah Imam Zaman kita dalam berbagai aspek kehidupan.
Bagaimana Imam Ghaib mengatur manusia? Secara langsung memang tidak mungkin. Tetapi Imam Zaman ajf sendiri berkata bahwa jika kalian berhadapan dengan suatu masalah, maka merujuklah pada para perawi hadits. Pada ahli agama, wali faqih. Karena mereka adalah hujjahku bagi kalian, dan aku adalah hujjah Allah bagi kalian. Menaati Imam di tiap zamannya, membuktikan bahwa Islam memberikan perhatian khusus terkait problematika sosial.
Dari segi amal, ketika seseorang mengimani Imam, ia yakin bahwa Imam melihatnya, iapun menjaga perbuatannya. Imam Shodiq as berkata, bahwa setiap siang dan malam, aku memohon ampun ribuan kali bagi para pendosa. Imam Zaman ajf di hadits berkata, “Kami tidak pernah melupakan kalian, tidak pernah meninggalkan kalian. Dalam kondisi apapun, senantiasa kami ingat kalian.’ Imam akan sedih karena dosa kita dan bahagia karena kebaikan kita. Jika kita sudah konsisten dari segi akidah dan amal, maka penanatian kita akan menjadi kokoh dan hakiki.
Ada satu kaidah mufasal. Seseorang yang berdoa agar zuhurnya Imam dipercepat, akan tetapi sebenarnya kezuhuran Imam belum waktunya, maka di catatan amal akan dituliskan bahwa orang ini telah mempercepat kezuhuran Imam. Jika kita terus berusaha mengenal Imam Zaman ajf, maka kita seperti mengenalkan Imam Zaman ajf pada semua orang dan menghidupkan masayarakat. Tidak hanya kehidupan materi tapi juga maknawi. Kezuhuran Imam Zaman ajf akan membuat penghuni langit dan bumi berbahagia. Berdoa untuk kezuhuran Imam Zaman ajf puncaknya dimulai dari Nisfu Sya’ban sampai bagian tertingginya di Laylatul Qadr. Ketika kita bersungguh-sungguh mendoakan Imam Zaman ajf dan tercermin dalam amal kita, maka kita adalah penanti sesungguhnya.
Topik selanjutnya yang dibahas Mahdawiyat dalam Al-Quran. Ada beberapa ayat Al Quran yang berkaitan dengan Imam Zaman ajf, kira-kira 256 ayat. Banyak kitab-kitab yang ditulis tentang Mahdawiyat dalam Al-Quran. Ada salah satu kitab yang sangat berguna untuk tema ini, namanya الوحی , menafsirkan ayat dengan riwayat yang tertulis dibawahnya. Ayat-ayat Mahdawiyat ada dua jenis;
- Ayat Mahdawiyat (Tafsiri) : Ayat-ayat yang menjelaskan tentang Mahdawiyat secara mufasal dan gamblang, dilihat dari zahirnya. Tafsil sendiri memiliki arti menyingkap yang tersembunyi, yakni menjelaskan maksud dari suatu pembahasan. Misalnya menafsirkan suatu ayat, sesuai dengan aturan sastra arab, ayat-ayat lain, dalil aqli dan aturan lainnya.
- Ayat Mahdawiyat (Takwili) : Takwil adalah mengetahui batinnya suatu ayat, hakikat ayat di Lauhul Mahfuzh. Karena sebagaimana Nabi saw bersabda bahwa Al Quran memiliki zahir dan batin. Ayat-ayat yang menjelaskan tentang Mahdawiyat secara mufasal dan gamblang, dilihat dari batinnya.
Walaupun begitu, antara zahir dan batin Al-Quran saling berkaitan dan tidak terpisah. Syarat agar bisa mengetahui batin Al Quran adalah penyucian jiwa. Sebagaimana dikatakan di surat Al Waqiah, yang bisa menggapainya adalah mereka yang disucikan. Berdasarkan ayat Tathir, mereka yang disucikan adalah Ahlul Bayt as. Agar manusia bisa sampai ke batinnya, maka harus melalui lisan Ahlul Bayt as. Tepatnya melalui tafsir riwayat Ahlul Bayt. Banyak juga riwayat tentang Mahdawiyat, kira-kira ada 2000 hadits. Bahkan Ahli Sunnah punya 400 hadits tentang ini. Salah satu sumber riwayat yang sangat mudah dipelajari dan didapat adalah dari kitab ziarah dan doa.
(Div. Perempuan Ikmal bekerjasama dengan bagian Short Course Jamiah al Musthafa mengadakan short course Mahdawiyat)