Keindahan Alam Akhirat
By Khoirunnisa
Iman kepada akhirat adalah salah satu pilar rukun Islam. Artinya, seorang mukmin wajib memiliki keyakinan terhadap adanya alam akhirat. Alam akhirat adalah terminal akhir dari perjalanan hidup seorang manusia. Di sanalah segala amal perbuatan kita sendiri selama di dunia akan mewujud. Jika di akhirat kemudian tercipta surga dan neraka, maka itu karena kita telah membangunnya sendiri dengan amal perbuatan kita selama di dunia.
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan, begitu kejahatan yang telah dikerjakannya.” (Ali Imran: 30)
Alam akhirat merekam secara sangat detail segala amalan yang dilakukan oleh manusia; amalan baik ataupun amalan buruk. Manusia akan melihat efek dari segala amalannya itu.
“Maka, siapa saja yang melakukan amal kebaikan sebesar biji dzarrah, ia akan mendapatinya. Dan, siapa saja yang melakukan amal buruk, meskipun sebesar biji dzarrah, ia juga akan mendapatinya.” (Al-Zilzalah: 6-7)
Di akhirat, segala tirai penutup akan tersingkap; segala hal yang tidak terlihat selama di dunia, di akhirat akan terlihat nyata dan jelas.
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ini. Maka, Kami singkapkan bagimu tutup matamu; sehingga penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaf: 22)
Menurut para mufassir, di akhirat kelak, segala sesuatu yang diamalkan di dunia akan menjadi hidup. Bebatuan, tanah, pohon, bahkan seluruh anggota tubuh kita akan hidup dapat berbicara untuk memberi kesaksian. Mata yang di dunia tidak dapat melihat akibat dari perbuatan menggunjing yang ia lakukan, di akhirat kelak, mata tersebut akan melihat bagaimana dirinya telah memakan daging saudaranya sendiri.
Dari berbagai keterangan Al-Quran, akhirat dideskripsikan sebagai tempat yang penuh dengan kekontrasan. Segala sesuatunya serba berlawanan secara amat tajam. Para pelaku kebaikan akan menjadi penghuni surga dengan segala macam keindahannya. Sedangkan penghuni neraka digambarkan berada dalam situasi yang sangat menakutkan. Karena segala sesuatu yang akan dialami oleh manusia di akhirat sangat bergantung kepada amal perbuatan manusia, maka keindahan atau keburukan akhirat sangat bergantung kepada amal perbuatan manusia.
Hanya saja, patut diingat bahwa meskipun segala sesuatu yang ada di akhirat adalah wujud amal perbuatan kita sendiri, akan tetapi ada faktor khusus lain yang terkait dengan keindahan alam akhirat, yaitu limpahan rahmat Allah SWT. Yang menyebabkan surga dan pahala yang tersedia di dalamnya itu sangat indah, faktornya bukan hanya perbuatan baik manusia, melainkan karena adanya rahmat Allah yang Maha Pemurah. Kejahatan akan dibalas secara setara; akan tetapi, berkat adanya rahmat Allah, balasan bagi kebaikan menggunakan cara perhitungan yang berbeda. Berikut ini beberapa rahmat Allah yang telah Dia janjikan kepada manusia.
- Allah akan memberikan tiap amal kebaikan ganjaran sepuluh kali lipat bahkan tak terhitung bergantung keikhlasannya. Sementara Allah hanya membalas amal buruk manusia dengan satu balasan yang setara dengan kejahatannya. (Al-An’am: 160; Ghafir: 40).
- Allah akan segera mencatat amal kebaikan walaupun hanya sekedar niat. Niat amal baik yang urung diamalkan karena terhalang sehingga seorang gagal melakukan kebaikan tetap mendapatkan pahala atas niat baiknya. Adapun amal buruk yang gagal dilaksanakan karena langkahnya terhalang, meski sudah di niatkan, tidak mendapat balasan siksa karena Dia masih berharap agar orang itu mau bertaubat.
- Allah mengampuni dosa-dosa tanpa istighfar. Surat An-Nisa: 31 menjelaskan bagaimana dosa-dosa kecil terampuni tanpa permohonan istighfar. Cukup dengan menjauhi dosa-dosa besar, dengan sendirinya dosa-dosa kecil dapat terampuni.
- Allah selalu membuka pintu-pintu taubat setiap saat. Kapan saja seorang bertekad untuk meninggalkan perbuatan keji, maka pintu taubat akan terbuka bagi seluruh hambaNya (As-Syura: 25, At-Tahrim: 8, Hud: 90).
- Allah membuka pintu pengampunan atas segala bentuk dosa besar maupun kecil, dengan taubat –kecuali dosa syirik (Az-Zumar: 53 – 54, An-Nisa: 116).
- Perbuatan baik menghapus dampak buruk dari dosa (Hud: 114, Al-Ankabut: 7).
- Penyucian diri dengan mengamalkan ketakwaan akan menyucikan diri dari dosa-dosa (Al-Anfal: 29).
- Allah menjanjikan penghapusan atas dosa melalui sakit dan musibah (Al-Baqarah: 155; kitab Bihar Al-Anwar)
- Ada juga sistem pengampunan dosa yang didapat melalui syafa’at Nabi dan para kekasih Allah lainnya. Ketika seseorang telah memperoleh seluruh rahmat-Nya, namun nilai amal kebaikan dan keburukannya ternyata berimbang, sementara pada akhir hayatnya, ia tidak memiliki kesempatan bertaubat, maka harapan terakhirnya adalah memperoleh syafa’at Rasulullah SAW dan orang-orang suci yang mendapat izin untuk memberikan syafaat (An-Nisa’: 64, Al-Munafiqun: 5).
- Di alam kubur, ada sebagian orang yang mendapatkan siksaan. Dalam perspektif rahmat Allah, siksa alam kubur adalah cara bagi Allah untuk mengurangi siksa akhirat yang kekal dan lebih mengerikan. Tentu saja, bagi sekelompok lainnya, siksa kubur saja tidak cukup karena beratnya dosa yang ditanggung hingga mendapat siksa akhirat juga (Al-Mu’minun: 99- 100).
- Pengampunan dosa melalui siksa neraka sementara. Kelak di akhirat, seluruh manusia akan melewati jembatan di atas neraka (sirath) terlebih dahulu untuk sampai ke surga. Bahkan semua nabi juga akan melewatinya. Sebagian manusia akan melewati jembatan secepat kilat, sebagian lambat jalannya, dan sebagian akan terjatuh dalam beberapa waktu, untuk kemudian akan diangkat dari jurang neraka, dan ditempatkan di alam surga (Maryam: 71-72, Al-Hajj: 47).
- Terakhir, akhirat menjadi sangat indah karena adanya kehidupan abadi bagi penghuni surga (At-Taubah: 72, At-Taghabun: 10).