Kisah Dakwah Nabi Saleh as
Kaum Tsamud tidak mengambil ibrah dari kebinasaan kaum Ad akibat kedurhakaan mereka kepada Allah. Kekayaan materi, hidup dalam kemewahan dan kesenangan duniawi membuat mereka lupa diri, congkak dan menjadi para pemuja berhala.
Di tengah kaum ini, Allah swt mengutus seorang hamba-Nya bernama Saleh as. Maka ia menyeru mereka agar kembali ke jalan tauhid: Sesungguhnya Tuhan Yang Mahaesa menciptakan kalian dari tanah, lalu menempatkan kalian di bumi dan mengangkat kalian sebagai wakil-Nya. Dia lah yang memberi kalian segala karunia, yang nyata maupun yang tersembunyi bagi kalian.”
Mereka ingkar terhadap risalahnya, memperolok-olok dakwahnya dan menyimpulkan bahwa: Saleh yang mempunyai akal sempurna dan pandangan yang benar. Namun apa yang dia katakan kini adalah sesuatu yang baru, aneh dan tak mungkin datang dari dirinya.
Mereka mengakui bahwa Saleh seorang pemikir yang matang dan sangat bijak. Andalan mereka di dalam menghadapi cobaan dan bencana yang mungkin terjadi. Tetapi setelah ia sampaikan risalahnya, mereka mengatakan bahwa ia sedang meracau! Mereka menolak untuk meninggalkan ajaran nenek moyang mereka, yaitu menyembah tuhan-tuhan berhala. Mereka tidak mempercayai kenabian Saleh as.
Nabi Saleh memperingatkan mereka yang menentangnya, bahwa ia telah menyampaikan risalahnya kepada mereka, dan tentang murka Allah. Ia berkata: “Aku berdakwah tidak untuk mencari keuntungan pribadi. Aku tak tertarik untuk memerintah kalian. Aku tak berharap imbalan sedikitpun atas menyampaikan risalahku dan nasihati kalian. Pahala dari Tuhan lah yang aku harapkan.”
Kekhawatiran Kaum Penentang
Sekelompok orang yang baik beriman kepadanya. Sedangkan yang lain adalah orang-orang elit, yang angkuh dan bersikeras menentangnya. Mereka itu para pemuja berhala. Kepada nabi Saleh as, mereka berkata: Kau hanyalah seorang yang tak lebih tinggi dari kami dalam kedudukan sosial maupun dalam kekayaan materi. Di antara kami, ada yang lebih pantas menjadi daripada dirimu.
Mereka telah menuduhnya ambisi kedudukan dan ingin memerintah kaum. Namun, nabi Saleh tak peduli apapun yang mereka katakan mengenai dirinya.
Ia berkata kepada mereka: Hai orang-orang, aku mempunyai bukti nyata dari sisi Tuhanku. Seandainya aku mengikuti jalan kalian, berarti aku bermaksiat kepada Tuhanku. Siapakah yang akan menyelamatkan aku dari azab-Nya dan yang akan melindungi aku dari siksaan-Nya? Sesungguhnya kalian adalah kaum pendusta dan suka memfitnah.
Para pembesar kaum merasa khawatir pengikut Saleh bertambah banyak dan semakin kuat. Jika ia dibiarkan terus-terusan berdakwah, mengajak orang-orang kepada ajaran tauhid dan mendapat simpati dari kaum, hal ini melemahkan kekuasaan dan pengaruh mereka di tengah masyarakat.
Onta Nabi Saleh as Dibunuh
Ketika itu mereka telah berencana untuk menjatuhkan Saleh di hadapan masyarakat, dengan menuntut pembuktian mukjizat jika memang ia seorang utusan Tuhan. Nabi Saleh as pun memenuhi tuntutan mereka. Maka di hadapan dan dengan saksi mata mereka, ia mengeluarkan seekor onta dari perut gunung (sebagai mukjizatnya).
Kejelasan hujjah dan bukti nyata dari nabi Saleh as, pun tak membuat mereka beriman kepadanya. Malah mereka terlihat marah ketika menyaksikan mukjizat itu. Hal ini karena mereka telah menyimpan rasa benci dan dengki terhadap dirinya, hingga meluap ke permukaan.
Nabi Saleh as memperingatkan mereka, jangan sampai mereka mencelakai onta ini! Yang berakibat turunnya azab bagi mereka. Namun kesombongan mendesak diri mereka untuk melenyapkan mukjizat ini dan bukti kebenaran dia. Mereka menyadari bahwa mukjizat ini menarik hati dan simpati orang-orang nabi Saleh as.
Jumlah para pengikutnya bertambah banyak. Hal ini menjadi ancaman serius bagi kedudukan sosial dan pengaruh mereka di tengah masyarakat. Oleh karenanya, mereka berniat akan membunuh onta itu. Tetapi diri mereka dikuasai rasa takut akan bahaya yang bisa menimpa diri mereka, sehingga tak seorang pun dari mereka yang berani mencelakai onta itu. Mereka mencari cara, bagaimana untuk bisa membunuhnya.
Akhirnya, cara yang terbaik bagi mereka ialah dengan memperalat wanita. Kecantikan seorang wanita mampu menundukkan pria, yang membuatnya patuh dan menuruti apapun kemauan dia.
Disebutkan, seorang laki bernama Mashda bin Mahraj dan Qadar bin Salif, dua pria ini menjadi korban rayuan wanita yang sangat cantik, bersedia melakukan apa saja yang dia inginkan demi mendapatkan cintanya, termasuk membunuh onta nabi Saleh sekalipun. Ketika mereka sampai di tempat di mana onta itu berada, Mashda melepaskan anak panah ke arahnya, dan Qadar memukulnya dengan pedang. Onta itu pun terhempas, dadanya ditusuk dan mati terbunuh.