Manusia dan Masalah
Memang lucu mengharapkan tidak mendapatkan masalah di dunia ini. Sebagian orang, mungkin sebagian besar manusia karena tidak mengetahui akan esensi dunia, menganggap bahwa masalah-masalah di dunia akan selesai dengan segenggam atau segepok uang? Selesaikan atau jangan-jangan malah sedang menjerumuskan diri dalam kubangan masalah yang lebih membebani lagi?! Secerdas dan serapih apapun dan sehebat persiapan apapun atau sebanyak kekayaan yang disiapkan manusia untuk mengatasi masalah untuk meringankan masalah, ia tidak akan luput dari masalah itu.
Sering kali seseorang berpikir bahwa kekayaan dapat meringankan beban hidup, namun ini juga tidak menjamin. Seberapa mampukah seseorang menjaga tetap kaya, tetap memiliki harta,kedudukan, kejayaan? Jika kita mencermati dan mungkin setiap orang yang masih memiliki hati nurani yang bersih dan terbuka akan mengiyakan bahwa dunia sebetulnya adalah masalah itu sendiri bagi manusia. Sia-sia saja untuk lepas dari guncangan-guncangan dunia,kecuali memang orang-orang pandir yang membiarkan hidupnya tidak berkualitas, yang bermalas-malasan sejak muda, yang menghabiskan hidup dalam berfoya-foya, maka mereka sebetulnya memang sedang membunuh dirinya secara pelan-pelan. Setiap orang telah diberi anugerah oleh Allah Swt untuk dapat hidup di dunia ini. Setiap orang telah dibekali kemampuan untuk beradaptasi dengan segala kemungkinan yang terburuk sekalipun.
Namun, kembali kita pada kenyataan yang ada dan kita harus mengakuinya dan tidak meragukan lagi agar kita tidak merasa jengkel dengan segala hal yang menyulitkan diri kita,baik itu kekurangan uang,penghinaan dari lingkungan, dihianati, dirugikan secara moral atau material, menghadapi masalah-masalah lain seperti penyakit, bencana alam, kehilangan sesuatu,kehilangan orang yang dicintai, gangguan terhadap fisik, dan sebagainya. Mengapa demikian? coba sekali lagi kita amati apa yang terjadi pada diri kita dan diri orang lain! setiap orang sebenarnya tidak berbeda.
Apa yang terjadi pada diri anda juga dapat terjadi pada orang lain demikian juga sebaliknya. Pertama dengan jelas bahwa kita tidak bisa menjamin bahwa kita akan selalu beruntung. Apakah ada yang menjamin pada diri kita bahwa setiap manusia akan selalu sehat wal afiat? Apakah ada dokter yang dengan tegas mengatakan kepada anda bahwa selama hidup anda tidak akan pernah terjangkiti penyakit apapun. Apakah juga ada yang menjamin kepada setiap orang bahwa di lingkungan mereka tidak akan terjadi bencana alam, banjir, longsor? Apakah ada yang menjamin bahwa selama hidup anda tidak akan terjadi fitnah pada diri anda? Apakah anda dan keluarga anda dijamin akan selalu beruntung,tidak pernah meminjam? Apakah ada yang berani menjamin kepada kita semua bahwa kita akan selalu bergaul dengan baik, tidak pernah menyakiti yang lain?tidak pernah terganggu. Dan seribu pertanyaan lain yang serupa?Yang pasti di sini, kita semua menjamin bahwa tidak ada yang bisa menjamin.karena itu Sesejahtera apapun,sekaya apapun yagn dimiliki seseorang sehingaga bisa melakukan apapun bisa membeli apapun. belum tentu ia bisa membeli kehidupan yang bebas dari masalah,sebab semua manusia masih hidup di kolong langit dunia ini di sebuah tempat eksistensi yang paling gelap.
Apakah kesejahteraan seseorang menjamin tidak akan terjangkiti penyakit demam?Apakah kedudukan dan prestasi yang hebat dari seseorang menjamin dirinya akan selalu diperhatikan? Dan sesuatu yang terlupakan oleh sebagian besar dari kita dan mungkin semua manusia adalah karunia-karunia Tuhan yang tidak terlihat bentuknya,tidak berbentuk materi, tidak berupa lembaran-lembaran uang, berupa gelar, ketenaran, produk-produk, dsb? Sesungguhya manusia yang insyaf harus menyadari betapa banyak sekali karunia dan rezeki dari tuhan yang berlimpah setiap hari tapi tidak disadari karena ia tidak menyadarinya,Ia merasakanya tapi tidak merasakan sebagai karunia.
Kesehatan yang selalu mendampingi hidup dalam waktu yang cukup panjang umur dengan kebugaran fisik, peluang untuk ibadah yang selalu terlewatkan karena sibuk memikirkan kesenangan yang lain, persahabatan dari lingkungan setempat yang dapat digunakan untuk menjadi ladang amal saleh dan amal sosial,pengetahuan yang khas,perasaan yang baik, pikiran yang baik dan perilaku sederhana tapi penuh ketulusan itu semua adalah kebahagiaan dan rezeki yang tak bisa dibandingkan dengan materi apapun. Bukankah kekayaan itu untuk menjamin ketenangan, kalau ketenangan itu sudah didapat oleh orang-orang yang sederhana mengapa perlu kepada alatnya.
Orang lain mencari kekayaan agar punya banyak waktu untuk merenung. Sementara alangkah seringnya kita merenung waktu emas yagn belum tentu dimiliki oleh orang kaya? Kekayaan dicari agar dapat meraih waku bermunajat kepada Allah, orang yang sederhana sudah memiliki waktu munajat itu. Setiap waktu salat ia bisa melakukannya secara berjama’ah dengan momen yang cukup? Apakah kita masih menginginkan apa yang tidak dimiliki oleh sebagian yang lain? menginginkan alat yang bisa jadi akan memasung dirinya dalam kerangkeng maya?