Melihat Beradab-Nya Tuhan
Adab dalam bahasa bermakna: kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak.[1] Adab adalah nilai mulia dalam perkataan atau perbuatan. Ucapan dan perbuatan yang memberikan nilai sebagaimana seharusnya. Beradab kepada manusia yakni berucap dan bertindak yang manusiawi dan penuh penghargaan kepada manusia.
Manusia ketika memiliki posisi atau kedudukan sedikit lebih mentereng, beberapa karena ketidaksadaran memiliki prilaku yang berbeda, memperlakukan orang lain lebih remeh memperlakukan bawahan dengan sebelah mata dan semacamnya. Karena kepunyaan ini sebagian manusia memilih jalan yang kurang beradab atau ada juga yang memilih sikap yang tidak memanusiakan orang lain. Sementara logika kebahasaan Tuhan dan juga tercermin pada para Nabi as, kita dapati sesuatu yang sangat unik dan benar-benar terasa bahwa ucapan-ucapan itu datang dari Yang Maha. Pilihan kata dan rangkaian kalimat yang menarik dan sangat elegan. Bahasa yang penuh nilai dan adab.
Manusia sebenarnya cukup sensitif dengan ucapan yang ditujukan padanya, masyarakat pun sama mereka juga benar-benar detail ketika kata-kata itu ditujukan kepada mereka, ketika ada satu kata atau apalagi ada satu kalimat yang “tidak beradab” dan itu ditujukan padanya, sontak dia akan berpikir bahwa ada maksud apa gerangan. Mengapa ucapan seperti itu ditujukan padanya. Atau ada juga yang spontan marah lalu mengambil sikap melaporkan pihak yang mengucapkan kalimat tadi ke pihak yang berwajib.
Ucapan kepada seseorang sebenarnya ditujukan kepada eksistensi orang tersebut. Inilah yang menjadi penyebab mengapa setiap ucapan yang ditujukan kepada seseorang akan diberi tanggapan yang beragam, ada yang spontan marah, ada yang spontan memberikan pelukan, ada yang datar-datar saja tanggapannya, ada juga yang memberikan tanggapan yang unik, semua tergantung kepada pengetahuan dan kedewasaan si Pemberi ucapan dan juga si Penerima ucapan.
Di semua bangsa pasti memiliki adab, suatu tindakan dan ucapan yang memiliki nilai lebih tinggi dibanding ucapan dan tindakan yang lain. Seperti dalam bahasa Indonesia kita menggunakan Anda sebagai ganti kata kamu demi memperhalus ucapan kita, bentuk penghormatan kita kepada orang yang sedang kita ajak berbicara. Seperti Sikap sobremesa di Spanyol, menunggu beberapa saat hingga makanan telah selesai dicerna oleh tubuh, adab yang ternyata bagus untuk menjaga kesehatan. Dikorea bila hendak menerima makanan atau minuman dari orang yang lebih tua, tidak boleh lupa untuk menggunakan kedua tangan. Hal ini merupakan cara untuk menghormati orang yang lebih tua. Kita khususnya bangsa timur
Pada kesempatan ini coba kita cek bagaimana dengan ayat-ayat Quran. Apakah Tuhan sudah benar dalam memilih kosa kata yang dituangkan dalam wahyu-Nya, mari kita uraikan disini.
Walau kita bukan siapa-siapa ketika memposisikan diri sebagai panelis kualitas keberadaban atau ketidak beradaban Quran, namun kita bisa melakukan pendekatan sebatas kemampuan yang kita miliki.
Dalam artikel pendek ini tentu kita tidak mungkin untuk mengupas seluruh contoh yang menonjol dari ayat-ayat Quran terkait ayat yang menyinggung langsung atau tidak langsung seputar adab mulia. Karena itu cukup kita mengambil sampel saja darinya, untuk penelitian lebih detail maka bisa merujuk pada kitab-kitab tafsir sekaligus membaca pendapat dari para mufasir seputar tema diatas.
Manusia disebut sebagai makhluk yang diciptakan berpasang-pasangan, manusia tanpa dijari pun memiliki adab khusus dalam tata cara pernikahan. Pernikahan menjadi momen sangat penting bagi keluarga maupun pengantin pria dan wanita. Terkait masalah seputar pernikahan dalam fikih mandi junub maka ada dalam alquran ayat yang menyatakan. Idza lamastumun nisa
وإن كنتم مرضى أو على سفر أو جاء أحد منكم من الغائط أو لامستم النساء فلم تجدوا ماء فتيمموا صعيدا طيب[2]
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. [3]
Secara umum ini adalah dalil yang menjadi dasar bahwa dalam Islam ada konsep tayamum, tatacara bersuci dimana lazimnya menggunakan air tapi pada saat akan bersuci ternyata tidak bisa mendapatkan atau terhalangi untuk mendapatkan air dengan alasan-alasan yang sudah dikupas tuntas dalam buku-buku fikih.
Pada kesempatan ini mari kita lihat pada bagian kata yang sesuai dengan tema bahasan kita, kata-kata itu adalah “lamastumun nisa”( لامستم النساء). Kata ini merupakan kata-kata dalam bahasa arab yang dengan mudah dipahami oleh orang yang sejak kecil lahir dari orang Arab dan menggunakannya sebagai bahasa ibu. Orang Arab tidak akan mengatakan bahwa lamastumun nisa adalah bersentuhan tangan, bersentuhan kulit dengan kulit, terjemahan yang lebih kearah terjemahan lughawi, sementara bahasa tidak melulu menggunakan makna lugas dari setiap kata, seperti bahasa-bahasa lain, bahasa Arab juga menggunakan konsep idiom atau ungkapan, dimana dua kata yang awalnya ketika berdiri sendiri memiliki makna mandiri, namun ketika dua kata itu disatukan maka mereka memiliki satu makna yang padu. Lamastumun nisa dipakai sebagai pengganti kata “dukhul” atau berhubungan badan, berhubungan suami istri.
Dari sini jelas kita rasakan bahwa dalam kasus ini lamastumun nisa juga dipakai sebagai sebuah idiom, bukan dimaknai secara lughawi semata tapi lebih jauh dari sisi makna balaghah dan ma’ani. Mungkin ada yang menggunakan ayat diatas sebagai dalil bahwa bersentuhan antara pria dan wanita maka akan membatalkan wudhu. Menurut hemat penulis pendapat ini perlu dikaji ulang dan lebih mendalam, sehingga mendapatkan kesesuaian dengan makna asli yang benar-benar dikehendaki Dia yang telah mewahyukannya.
[1] KBBI online keyword kata “adab”.
[2] Qs Annisa: 43.
[3] Qs Annisa: 43.