Mengajari Anak Menjaga Amanah
Mengajari Anak Menjaga Amanah
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.[1]
Ayah bunda pasti sangat geram ketika mengetahui anaknya tidak jujur, tidak bisa menjalankan atau menjaga amanah yang dipikulkan pada mereka. Pepatah mengatakan mencegah lebih baik dari mengobati, nah anak akan menjadi jujur atau tidak juga termasuk pada upaya kita para orang tua.
Mengajari dimulai dari kedua orang tua
Kita bisa mengajari anak-anak kita untuk memiliki sifat amanah, kita mulai dari hal-hal kecil didalam keseharian. Pertama tentu kita sebagai orang tua jangan sampai berlaku tidak amanah baik dihadapan anak kita maupun diluar sepengetahuan anak kita. Disebutkan bahwa nasihat orang yang sudah melakukan jauh lebih memberikan efek daripada dari orang yang tidak melakukan. Dengan juga menjauhkan diri kita dari sifat tidak amanah, ketika kita membimbing anak kita untuk menjadi amanah akan lebih memiliki nilai, setidaknya anak kita tidak akan mengembalikan nasihat, “Ayah saja tidak menjaga amanah yang diberikan pada ayah”.
Tentu bukan hanya ayah yang semestinya menjaga diri sehingga menjadi sosok yang bisa menjaga amanah, sosok ibu pun tidak kalah penting, ibu pun perlu sama-sama menjaga diri. Dengan kondisi lingkungan keluarga yakni ayah dan ibu yang amanah, anak akan lebih mudah untuk memiliki sifat amanah. Sebagaimana nasihat Rahbar bahwa yang pertama perlu dibuat oleh para orang tua adalah lingkungan bagi anak-anak, ketika lingkungan sudah terbentuk dengan baik maka jumlah anak berapapun tidak akan sulit dididik, jika lingkungan tidak dibentuk terlebih dahulu maka walau anak satu maka akan sulit untuk mendidiknya [2]
Mengajari anak dari hal-hal yang sederhana
Salah satu hal yang diberikan orang tua kepada anak adalah uang saku dan uang jajan. Disini mungkin ada yang salah memahami sehingga mereka menyamakan antara uang saku dan uang jajan. Orang tua juga menasihati agar menyimpan uang dalam bentuk tabungan baik dari uang saku yang diberikan atau pun dari uang jajan.
Sebenarnya bisa juga kita bedakan bahwa pada umur tertentu anak hanya siap untuk menerima uang jajan saja, lalu pada saat umurnya sudah lebih tua baru bisa diberi uang saku. Memberikan uang saku hanya ketika anak sudah lebih bisa memilah dan bisa mengontrol diri.
Semestinya uang jajan adalah uang yang memang dialokasikan untuk beli jajan. Ketika orang tua menasihati anak agar menabung uang jajan yang dimiliki berarti orang tua sedang mengajari anak untuk membelok dari amanah yang pertama diberikan padanya, amanah yang seyogyanya dipergunakan untuk jajan. Berbeda kondisi jika dengan uang jajan itu anak diajak untuk beli jajan lalu jajan yang ada juga diberikan kepada temannya. Disini membeli jajan sudah tunai baru diajari untuk berbagi kepada orang lain.
Dari uang saku inilah anak diajari untuk menabung, jadi mengajari mereka dari uang yang mereka punya ikhtiar penuh bukan dari uang yang didalamnya ada amanah khusus (uang jajan). Anak-anak pun tidak akan kekurangan karena jatah uang jajan sudah mereka pakai untuk jajan, mereka tidak berpikir menabung dengan menzalimi diri sendiri, menahan lapar tidak pada tempatnya, bisa jadi akan menjadi biang penyakit. Karena kekurangan asupan anak bisa membuat anak terkena gejala tipes, magh, asam lambung dan semacamnya, penyakit yang akan dibawa seumur hidup.
Mengajari anak detil
Kadang orang tua meminta anak untuk membelikan sesuatu, disini ketika anak pulang dengan barang bawaan yang dibeli maka seyogyanya orang tua menanyakan uang kembaliannya, bukan menjadi pelit, tapi mengajari anak untuk detail dan menjaga amanah, bukan dilihat uang kembalian hanya sedikit jumlahnya tapi dari hal kecil ini anak akan belajar tanggungjawab, belajar menjaga amanah berupa uang kembalian dan memberikan kepada orang tuanya sebagai pihak yang berhak.
Amanah kecil untuk belajar menjaga amanah besar
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.[3]
Kita semua termasuk anak-anak kita adalah pihak yang dituju oleh ayat ini, menjadi mukhatab ayat. Kita sebagai orang tua juga semestinya mengajari anak akan amanah besar dari Allah Swt, kita sudah diberi kepercayaan Allah dengan berbagai amanat nikmat yang diberikan, kita juga ada amanah dari Nabi Muhammad Saw, amanah berupa ajaran mulia yang beliau bawa dari Allah Swt.
Amanah ketiga adalah amanah dari sesama manusia, menjaga amanah baik amanah yang dititipkan orang baik maupun dititipkan oleh orang yang tidak baik. Keduanya sama-sama tetap disebut amanah, jadi walau dari orang buruk tapi kalau sudah kita sepakati untuk kita jaga maka kita tidak berhak untuk berkhianat. Hal-hal inilah amanah besar yang penting sekali kita sampaikan kepada anak kita, dengan cara mengajari mereka dari menjaga amanah-amanah yang kecil.
[1] Anfal : 27
[2] Kata-kata bijak dari Rahbar
[3] Anfal : 27