Mengingat Allah (Zikir) Adalah Titik Awal Perjalanan Spiritual (Bag. 1)

zikir
Mengingat atau menyebut Allah (zikir) dianggap sebagai titik awal perjalanan esoteris atau mi’raj ruhani seorang salik menuju kedekatan kepada penguasa alam semesta. Melalui zikir, seorang salik sedikit demi sedikit mengangkat dirinya melampaui cakrawala dunia materi dan melangkah ke alam malakut yang agung dan indah. Dia akan bernjak menuju kesempurnaan dan akhirnya mencapai posisi tertinggi yang mulia yaitu kedekatan kepada Allah. Zikir kepada Allah adalah esensi dibalik segala bentuk ibadah. Zikir adalah tujuan terbesar dibalik ibadah, karena nilai setiap ibadah bergantung pada tingkat perhatian yang diberikan seorang hamba terhadap ibadah. Ayat Alquran dan hadis banyak menganjurkan tentang pentingnya zikir. Misalnya Alquran menyatakan :
“Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (QS 33:41).
(yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Wahai Tuhan kami, Engkau tiada menciptakan semua ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” (QS 3:191).
Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. (QS 87:15).
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. (QS 76 : 25).
Berkata Zakariya : “Berilah aku tanda (bahwa istriku mengandung).” Allah berfirman : “Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (QS 3 : 41).
Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS 4 : 103).
Imam as-Shadiq berkata : “Barangsiapa banyak berdzikir, Allah akan membalasnya dengan surga dimana dia akan hidup abadi dengan bahagia di bawah lindungan rahmat-Nya””[1]
Beliau juga berkata kepada sahabatnya :
“Ingatlah Allah sebanyak mungkin pada setiap saat sepanjang siang dan malam, karena Dia telah memerintahkan hamba-Nya untuk banyak berzikir. Barangsiapa berzikir kepada Allah, akan mendapat balasan pahalanya; ketahuilah, tidak seorang beriman pun yang mengingat Allah melainkan pasti Allah mengingatnya juga dengan kebaikan.”[2]
Selanjutnya Imam juga berkata :
Allah berfirman kepada Musa a.s., “Perbanyaklah mengingat-Nya sepanjang siang dan malam. Khusyuklah selama berzikir, bersabarlah saat ditimpa bencana, dan tenangkan hatimu saat mengingat-Ku. Sembahlah aku dan jangan menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Semua orang akan pasti akan kembali kepada-Ku. Wahai Musa ! Jadikanlah aku sebagai bekal untuk hari kemudian dan simpanlah simpanan amal kebaikanmu disisi-Ku.” Iwasail asy-Syiah, jilid 4 hlm. 1182).
Di kesempatan lain beliau berkata :
Setiap sesuatu ada batasannya kecuali mengingat Allah. Ada banyak kewajiban agama yang dilakukan sesuai asas tertentu, misalnya puasa pada bulan Ramadhan dibatasi 30 hari, begitu pula ibadah haji dibatasi dengan melakukan ritual-ritual haji tertentu yang sudah ditetapkan. Tetapi mengingat Allah tidak punya batasan apapun dan tidak terbatas oleh bilangan dan jumlah tertentu. Lalu beliau membaca ayat berikut :
Wahai orang-orang yang beriman ! Ingatlah Allah dengan ingatan yang banyak dan pujilah Dia di pagi dan sore hari. (QS 33 :41-42).
Dalam ayat di atas Allah tidak menentukan batasan untuk mengingat dan memuji-Nya. lalu beliau berkata : Ayahku (Imam al-Baqir), banyak berzikir. Ketika berjalan bersamanya aku selalu melihatnya sedang berzikir kepada Allah. Ketika kami duduk bersama untuk menyantap makanan, beliau masih sibuk berzikir. Bahkan ketika berbicara dengan orang lain, beliau tidak lalai dari berzikir. Aku dapat melihat lisannya senantiasa berucap :la ilaha illa allah (tidak ada Tuhan selain Allah). Setelah salat subuh beliau biasa mengumpulkan kami semua dan memerintahkan untuk berzikir hingga matahari terbit.”
Kemudian beliau mengutip hadis Rasulullah yang menyatakan : “Tidak inginkah kalian aku beritahu tentang sebaik-baik amal perbuatan yang akan memberikan keistimewaan dibanding amal lainnya? Amal yang paling disukai Allah, amal yang jauh lebih baik bagimu ketimbang emas dan perak, bahkan lebih tinggi dibanding jihad di jalan Allah ?
Para sahabat bertanya. “Wahai Rasulullah ! Beritahulah kami.”
“Perbanyaklah zikir kepada Allah,” jawab Rasulullah.
Lalu Imam berkata, “Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah yang terbaik diantara orang-orang yang beriman ?” “Orang yang banyak berzikir.” jawab Rasulullah. Lebih lanjut beliau bersabda, “Barangsiapa mempunyai lidah yang senantiasa berzikir, maka ia benar-benar mendapat berkah kebaikan di dunia dan akhirat.”[3]
[1] Wasail, jilid 4 hlm. 1182.
[2] Wasail, jilid 4 hal. 1183.
[3] Wasail, jilid 5, hal. 1181.