Menyerupa Tuhan, Klaim Sesat Menyesatkan
Beberapa gelintir orang karena sudah merasa masuk syiah, menilai syiah paling benar, merasa sudah di jalan yang paling tepat, lalu melakukan upaya mensyiahkan orang lain. Hal ini dilakukan baik di Medsos atau dunia nyata. Cirikhasnya membabi buta, tidak mencerminkan akhlak mulia, tulisan asal berbau syiah atau ahlul bait langsung di like dan di share tanpa dibaca terlebih dahulu. Mengklaim sudah berada di jalan paling benar, menilai yang di madzhab dan agama lain itu salah dan keliru. Orang perorang atau kelompok yang tidak beda dengan kelompok-kelompok takfiri yang lainnya, sebuah titik terang ketika tidak mengutamakan akhlak, menjadi pendakwah padahal bukan kompetensinya, hanya akan membuat runyam, tidak menjadi hiasan bagi Rasul dan keluarga tapi sebaliknya membuat orang lain menjadi pembenci mereka.
Apakah Pensyiahan diperlukan?
Sebagaimana Pengkafiran, Beriman dan tidaknya tidak bisa di klaim dan tidak diperlukan, pensyiahhan pun tidak diperlukan, tidak semestinya ada. Sebab kebenaran adalah hak mutlak dan murni milik Tuhan semata, tidak ada yang memiliki hak untuk mengklaim kebenaran kecuali Tuhan atau orang-orang yang mendapatkan mandat langsung dari-Nya. Menilai kafir pihak lain pun bukan miliki makhlukNya termasuk manusia. Keimanan dan kekafiran hanya Allah yang mengetahui dan mengakui, bisa jadi dimata manusia seseorang terlihat sebagai sosok agamis dan paling beriman tapi dimata Allah dia sama sekali tidak berharga, seseorang yang tampak hanya sekadar layaknya gembel dan gelandangan bisa jadi dimata Allah dia sangat berharga, sangat dicintai-Nya.
Jelas pensyiahhan tidaklah diperlukan. Ajaran ahlul bait itu wangi dan berharga, siapa saja yang mengetahui dan sampai pada titik paham siapa sebenarnya Ahlul Bait maka mereka akan bersama Ahlul Bait. Penjelasan seputar Ahlul Bait sudah cukup banyak tersebar, bahkan di dalam Al-Quran pun banyak ayat yang menjelaskan keberadaan dan kemuliaan mereka. Jadi cukup dengan kejelian dan kedewasaan berpikir orang bisa dengan mudah sampai pada informasi seputar Ahlul Bait.
Ketika ada seseorang yang berhasil menjadi syiah hakiki, yang diakui oleh Allah, Rasulullah dan Ahlul baitnya selayaknya orang itu bersyukur atas karunia tiada tara tersebut. Semua mengetahui bahwa menjadi syiah adalah hal totalitas, kepatuhan tanpa syarat, kepatuhan tanpa ‘karena’, ketaatan kepada Allah, Rasul dan ulil Amri yang sudah mewujud nyata dalam ucapan, perbuatan, pikiran, maupun persetujuan dalam diam. Sehingga jika menjadi syiah harus disebut rafidhi tentu itu bukan menjadi masalah sedikit pun, penamaan, tudingan dan segala tuduhan tidak merubah hakikat diri seseorang, seperti halnya Bilal bin Rabbah, jika beliau meninggal pada saat ditindih batu dengan segala tudingan, cercaan yang di semburkan kepadanya hal itu tidak merubah hakikat keislaman seorang Bilal bin Rabbah, keberimanannya tidak akan ternodai sedikitpun.
Apakah Pengisalaman diperlukan?
Islamisasi orang-orang non muslim secara langsung, dengan memaksa mereka untuk masuk Islam jelas tidak ada jalan bagi agama suci ini, Islam secara tegas dan jelas mengatakan tidak ada paksaan dalam beragama Islam, Agama Islam adalah agama fitrah, ajaran-ajarannya sesuai dengan apa-apa yang sudah dimiliki manusia sejak lahir, ketika manusia memperhatikan dan mengikuti bisikan nurani lalu memperhatikan seorang muslim sejati dalam amalan dan tingkah lakunya dengan mudah mereka akan menemukan Islam, Islam adalah agama kemanusiaan, semua manusia menginginkan nilai kemanusiaannya diakui oleh semua pihak, hal ini juga yang ditawarkan oleh Islam, Islam mengajarkan keadilan untuk semua pihak, baik golongan bangsawan atau orang-orang yang dinilai rendahan, dimata Islam semua orang memiliki kedudukan sama, bahkan antara laki-laki dan perempuan secara tegas juga disebut memiliki kedudukan sama, hanya saja dibedakan dengan kadar ketakwaan mereka.
Rasul dan Ahlul Bait berdakwah dengan amalan mulia dalam kehidupan mereka, bukan hanya sekedar mengandalkan argumen kuat tidak terbantahkan serta mukjizat yang membuat mata dan pikiran manusia terkesima. Mereka adalah para pelaku nyata. Imam Ali AS sebagai pemangku tertinggi di dalam pemerintahan Islam waktu itu, secara defacto diakui kepempimpinannya oleh suni maupun Syiah namun gaji beliau sama besarnya dengan pegawai pemerintah Islam yang lain waktu itu, tidak lantas merasa Istimewa dan semaunya sendiri menggunakan baitul mall.
Penyakit Klaim
Beberapa orang yang suka mengklaim keimanan dan kekafiran orang lain sebenarnya dia sedang meminjam paksa kuasa Tuhan. Mereka ingin menjadi Tuhan-tuhan gadungan. ini jelas diluar dari sifat asli manusia. Makhluk yang mendekati hal ini hanya iblis, ketika dia disuruh menghormati Adam, namun dia merasa takabur, menggunakan sifat yang hanya milik Tuhan ini, merasa sebagai ciptaan yang jauh lebih sempurna dan prima dibandingkan makhluk-makhluk yang lain, termasuk dari Adam makhluk dari sebongkah tanah yang baru diciptakan. Bukan masalah tidak menghormatnya Iblis, tapi ketidaktaatan dan menggunakan sifat khusus Tuhan yakni sifat takabur itulah yang membuat terjerembabnya Iblis dari kedudukannya yang sangat tinggi menjadi begitu rendah. Kedua Iblis lupa bahwa dia sedang berhadapan dan bertentangan denan pencipta keberwujudannya.
Sekarang ketika ada orang yang secara serampangan menuding kelompok ini dan itu sesat, menjualnya secara masive ke media sosial, memviralkannya sekuat tenaga, berusaha mempengaruhi masyarakat yang rentan dengan info-info hoaks, tidak mampu memfilter informasi yang sampai kepada mereka. Jelas hal ini berbahaya. Karena alasan ini maka sebaiknya kajian logika perlu digalakkan, sehingga masyarakat mampu memfilter info-info yang sampai kepada mereka. Lebih dari itu tidak akan ada lagi tuhan-tuhan kecil yang menyaingi tugas Tuhan.