Kecintaan kepada Nabi Muhammad dan Keluarga adalah Bekal Persatuan Umat Islam
Tugas Alumni IKMAL (Ikatan Alumni Jamiah Al Musthafa) adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju Cahaya, minadzulumati ila annur, salah satu bentuk nyata mengeluarkan dari kegelapan menuju cahaya adalah memberikan tabayun/ klarifikasi, tentang apa yang sebenarnya terjadi, tentang apa yang sesungguhnya ma huwa atau kaifa huwa sebenarnya. Karena alasan diatas maka buku SAFF (Syiah antara Fitnah dan Fakta) yang ditulis oleh tim IKMAL, tim yang terdiri dari kalangan akademisi dan bukan orang-orang dengan background politisi. Hal ini membuat nilainya lebih tinggi (dan lebih layak dipercaya dibanding dari yang dengan background politik)
Beliau menyampaikan bahwa waktu pemberitahuan cukup mepet sehingga tidak bisa membaca keseluruhan buku yang sedang dibedah secara detail.
Menurut beliau SAFF Mengulas poin poin cukup lengkap, khususnya hal hal yang sering diperdebatkan, hal-hal yang dituduhkan (kepada kelompok Syiah Imamiah itsna Asyariah), diantaranya tentang sikap syiah tentang sabbu syahabah, tentang mutah, tentang sikap syiah terhadap NKRI, tentang Yasir Habib yang merupakan Syiah London, buku ini sebenarnya sudah lengkap mengklaarifikasi apa yang sering diperdebatkan seputar Syiah di Indonesia.
NU itu memiliki prinsip menjaga ukhuwah, ukhuwah Islamiah, dalam Islam ada Syiah, ada ahlu sunnah, ada islam tradisional, ada yang modern, dalam syiah juga ada pembagian lagi, syiah ghuluw, syiah zaidiah, dll, Sebuah kenyataan bahwa di semua Firqoh terdapat banyak sekali perbedaan-perbedaan. Lalu bagaimana cara menjaga ukhuwah Islamiah ini, solusinya adalah dengan mencari kalimatun sawa diantara semua madzhab, mencari sisi-sisi kesamaan dan menonjolkan hal itu. Jadi mengutamakan titik temu, titik persamaan dan tidak memperuncing perbedaan, perbedaan adalah hal yang lumrah. Ukhuwah Islamiah ini perlu dijaga baik antara sunni dan syiah, atau bahkan dengan neo mu’tazilah. Sebab kalau kita mau diadu, maka pihak yang akan mendapat keuntungan hanya pihak yang mengadu domba, kita sebagai manusia jelas tidak bisa menerima untuk diadu domba.
Beliau membaca referensi baik dari buku-buku ahlu sunnah maupun buku-buku dari kalangan pemikir syiah, beliau membaca banyak buku syiah seperti buku Mula Shadra “Hikmah Muta’aliah, Mafatihul Ghaib,”, buku karya Muthahari, Ali Syariati dll,
Menurut beliau ada titik persamaan, misalnya dalam filsafat, seperti dalam kitab Syarhu Uyunil Hikmah, Syarah atas buku Uyunil Hikmah, mata air hikmah, sebuah karya dari Ibnu Sina, seorang penulis yang konon merupakan orang Syiah, buku ini diberi syarah/ penjelasan oleh Fakhrudin Ar Razi, buku tersebut memiliki tiga jilid, buku ini adalah salah satu gambaran bahwa antara ulama baik ulama suni dan syiah sejak dulu bisa berdampingan, saling mensyarahi karya masing-masing, kalau antara syiah dan suni tidak mau bertemu dalam satu wacana, maka ini akan menjadi sebuah kemunduran, lebih terbelakang dibanding Ibnu Sina dan Fakhruddin Ar Rozi.
Selain buku seputar filsafat diatas ada juga buku lain di NU yaitu dalail al-khairot. Sebuah buku yang berisi ratusan atau bahkan ribuan shalawat, orang NU pada umumnya menguasai buku ini, buku ini dikaji selama tiga tahun dimana pada masa-masa itu pihak pelaku juga melakukan ibadah puasa.
Hal ini adalah gambaran bahwa kecintaan pada Nabi dan keluarga Nabi adalah sangat dahsyat dikalangan Nahdatul Ulama.
Dikalangan NU juga ada Hirzul Jaushan, KH Mukti mendapatkan ijazah kitab tersebut ketika belajar di Lirboyo dari Kyainya, beliau selama tiga tahun membaca doa ini tanpa putus, sesuai amanat dari sang guru. Sebuah kesungguhan yang luar biasa.
Untuk tawasul, buku yang beliau dapatkan menggunakan laqab sayidina Ali, Sayidina Hasan, Sayidina Husain, agak berbeda dengan tawasul di Syiah yang menyebut dengan Alaihi salam dan menggunakan kata Imam untuk ketiga tokoh besar Islam tersebut.
Jadi buku-buku itu ketika sampai ke beliau dari para Kyai dibarengi dengan amalan khusus, dibaca dalam rentang waktu lama dan juga pada waktu mengamalkan dibarengi dengan puasa. Menunjukkan perhatian khusus pemberi ijazah yakni Kyai sebelumnya kepada apa yang diijazahkan kepada santrinya.
Beliau menerima syarah dari doa Jaushan Kabir, Karya Mula Hadi Sabzawari. Buku ini sudah beliau khatamkan dan menurut beliau isinya sama dengan Hirzul Jausan, doa dan amalan yang beliau dapatkan dari Pesantren Lirboyo. Beliau menjelaskan bahwa buku-buku semacam ini hanya ada di pesantren-pesantren tradisional dan tidak akan ditemukan di pondok-pondok ahlu sunnah yang modern.
Beliau mengungkapkan fakta bahwa dalam syiah sendiri, buku-buku diatas juga digunakan sebagai bahan untuk wiridan, (dibaca seminggu sekali misalnya seperti doa tawasul dan doa Kumail).
Beliau menambahkan bahwa terkait adil tidaknya sahabat ternyata dikalangan ahlu sunnah juga ada sebagian kalangan yang meyakini bahwa ada sahabat adil ada juga sahabat yang tidak adil, beliau menukil beberapa kejadian dimana salah satunya adalah ada yang menyatakan bahwa semua sahabat adil kecuali yang telah membunuh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.
Kesimpulan beliau bahwa baik suni maupun syiah keduanya memiliki kecintaan yang dahsyat terhadap Rasulullah, ini adalah modal besar untuk mewujudkan ukhuwah diantara suni dan syiah.
Tulisan ini adalah kutipan dari penjelasan dan uraian KH. Mukti Ali Qusyairi dalam bedah buku Syiah antara Fitnah dan Fakta.
Video lengkap dapat disimak di Funpage IKMAL Indonesia di FaceBook