Peradaban Islam: Antara Cahaya dan Kegelapan
Ilmu dapat identik dengan kebenaran. Sedangkan hakekat kebenaran atau kebenaran puncak adalah Tuhan (ultimate reality). Sehingga dapat dikatakan mencari dan berupaya menuntut ilmu pada hakekatnya adalah upaya untuk mencari Tuhan. Mencari kebenaran tanpa berupaya menyandarkan diri pada Tuhan adalah kebodohan.
Obyek ilmu dalam Islam dapat dibagi pada dua bagian yaitu ayat-ayat tertulis (qauliyah) yaitu al Qur’an dan ayat-ayat tidak tertulis (Kauniyah) yaitu alam semesta. Ayat dalam bahasa indonesia adalah tanda atau petunjuk. Ayat pada dasarnya bukan yang dicari tapi hanya memberi tanda agar menemukan tujuan sesungguhnya.
Dalam ayat 53 surat al Fusilat dijelaskan bahwa tanda-tanda (ayat-ayat) terdapat di cakrawala (afak) dan dalam dalam diri manusia sendiri (anfusihim). Islam sangat menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan baik yang bersifat metafisik maupun yang bersifat fisik. Islam memberi jalan akan kemajuan budaya dan peradaban yang sesuai dengan fitrah,akal dan (wahyu) al Qur’an. Sehingga dapat dikatakan berbagai upaya yang menyebabkan kemunduran dan kebodohan bukan berasal dari Islam.
Peradaban Islam antara idealitas dan realitas
Ayat pertama al Qur’an adalah surat al Alaq yang berkenaan dengan perintah membaca. Membaca dapat dipahami sebagai upaya untuk menyingkap kebenaran atau untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Pada surat al Baqoroh ayat 30, 31, dan 32 ketika Allah SWT akan menciptakan Khalifah di muka bumi ada dialog antara Allah SWT dan malaikat. Dialog terjadi kemudian para malaikat mempertanyakan, mengapa Adam AS yang akan menjadi Khalifah? Dalam ayat berikutnya dijelaskan bahwa Adam diajari (a’llama) tentang asma kemudian malaikat menerimanya. Proses penciptaan Adam juga berkaitan dengan Ilmu.
Sedangkan tugas nabi dan alasan diutusnya nabi juga berkaitan dengan ilmu sebagaimana yang terdapat dalam surat Jum’ah ayat 2, yang berbunyi “Dialah yang mengutus seorang Rosul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan(jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.
Keutamaan orang berilmu dalam al Qur’an sebagaimana dalam surat al Mujadilah ayat 11 juga menjadi indikator bahwa ajaran Islam sesungguhnya sangat menekankan pentingnya memiliki ilmu pengetahuan. Dan berbagai ayat dan hadits lain yang mendorong manusia untuk menuntut ilmu. “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” atau hadits lain yang “menyatakan tuntutlah ilmu meskipun hingga ke negri China”.
Ayat-ayat al Qur’an dan hadits Nabi telah menginspirasi berbagai kemajuan dan keilmuan Islam pada abad pertengahan, seperti Ibn Sina pada kedokteran, Ibn Haytsam pada optik, Ibn Sathir dan Qutb al Din Syirozi pada astronomi, Tsabit b Qurrah dan Khawarizmi pada matematika dan kimia, al Kindi, al Ghazali, Mulla Sadra, dan lain sebagainya telah memberikan pijakkan pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Namun sayang ajaran Islam dan kemajuan yang pernah di raih oleh ilmuan muslim pada masa dulu bertolak belakang dengan perkembangan Islam (muslim) di abad industri dan informasi kini. Sebagaimana paparan di bawah ini:
Pada tahun 2000 jumlah penduduk muslim dunia sekitar 1,1 miliar atau sekitar 20% penduduk dunia dan memiliki cadangan minyak 73% dari cadangan minyak dunia. Sedangkan GNP (gross national product) hanya sebesar 1.016 miliar dolar AS. Jika dibandingkan dengan Perancis yang berpenduduk sekitar 60 juta jiwa dengan GNP 1.293 miliar dolar AS. Maka umat Islam nyata-nyata ketinggalan. Penghasilan terbesar negara OKI (organisasi konferensi Islam) lebih pada kekayaan alam sedangkan negara-negara barat seperti Perancis menekankan akan pengembangan ekonominya pada kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Negara-negara mayoritas berpenduduk muslim mengalami berbagai ketertinggalan dan bahkan terus mengalami peperangan. Yaman, Irak, Suriah, Libya, Palestina, Afganistan, Turki, Tunisia, dan Mesir masih mengalami gejolak peperangan atau pertikaian. Sedangkan negara-negara lainnya masih menjadi konsumen terbesar dari berbagai produk barat (negara non muslim).
Hampir semua negara yang berpenduduk mayoritas muslim dalam hegemoni kekuatan Amerika dan barat. Kekuatan militer (pangkalan) Amerika dapat menjangkau hampir seluruh wilayah dan daerah kaum muslimin. Pangkalan militer Amerika terdapat diberbagai negara muslim atau sekitarnya. Pangkalan amerika terdapat di Saudi Arabia, Australia yang dekat Indonesia, Filiphina, Turki, Irak, Afganistan, dan berbagai negara lainnya. Pangkalan militer AS juga terdapat diberbagai negara baik secara tersembunyi maupun terang-terangan.
Kekuatan media dan informasi dunia juga dikuasai oleh negara-negara adi daya seperti televisi, satelit, dan jaringan internet. Belum lagi sistem perekonomian dunia seperti nilai tukar mata uang dan sistem perbankan dunia juga dikendalikan oleh kekuatan barat.
Mengapa?
Kajian tentang berbagai kemunduran dalam tubuh umat Islam telah dibahas ratusan atau mungkin ribuan kali kajian. Tapi mengapa kajian dan penelitian yang dilakukan belum cukup untuk membangkitkan semangat dan menyadarkan umat Islam untuk bersatu padu membangun kejayaan umat Islam. Tokoh ternama yang telah mengkaji dan meneliti adalah Sayid Jamaludin al Afghani (1838-1897).
Diantara alasan yang dikemukakan oleh Jamaludin al Afghani adalah tidak adanya persatuan di antara umat Islam. Islam sebagai sebuah ajaran memiliki banyak interpretasi dan berbagai tafsir sehingga meniscayakan perbedaan dalam pemahaman teks al Qur’an dan Hadits. Penyeragaman pemahaman merupakan hal yang mungkin mustahil dilakukan. Upaya saling pemahaman dan toleransi merupakan upaya penting dalam membangun kejayaan peradaban umat Islam.
Sebaliknya upaya memecah belah dan terus saling menghancurkan satu sama lain merupakan upaya musuh Islam yang ingin melanggengkan kemunduran peradaban Islam. Pertikaian yang terjadi dalam tubuh umat Islam adalah gagal fahamnya umat islam terhadap identifikasi mana kawan dan mana lawan. (wallahu a’lam)