Sayyidah Fathimah Maksumah (Bagian 1): Napak Tilas Kehidupan Sayidah Fathimah Maksumah, Putri Imam Musa Al-Kadzim a.s.
Euis Daryati-Keberadaan idola atau teladan bagi kehidupan manusia sangatlah penting dalam menuju kesempurnaan. Sebagaimana disinyalir dalam Alquran surat At-Tahrim bahwa konsep keteladanan dalam Islam itu tidak mengenal gender dan jenis kelamin. Laki-laki yang baik akan menjadi teladan bagi laki-laki dan perempuan yang baik. Sebaliknya perempuan yang baik juga akan menjadi teladan bagi laki-laki dan perempuan yang baik. Di antara perempuan baik nan agung yang dapat menjadi teladan dan idola bagi orang-orang baik adalah Sayidah Fathimah maksumah a.s., putri Imam Musa Al-Kadzim a.as, saudari Imam Ali ar-Ridha a.s.
Keagungan Sayidah Fathimah Maksumah a.s.
Nama beliau ialah Fathimah al-Kubra. Beliau memiliki gelar Maksumah atau perempuan yang suci dari dosa, dan Karimah Ahlulbait a.s., atau perempuan kemuliaannya Ahlulbait a.s. Beliau adalah putri Imam Musa al-Kadzim as. Ibunda beliau bernama Najmah Khatun. Berdasarkan pendapat masyhur, beliau lahir tanggal satu Dzulqaidah 173 Hijriah di kota Madinah.
Fathimah Maksumah merupakan salah satu putri Imam Kazim as dan saudari Imam Ridho as. Beliau terkenal dengan kemuliaannya, terpuji, ahli ibadah, memiliki kedudukan tinggi dan sangat bertakwa. Penulis kitab Nasikh-Tawarikh dalam menggambar kedudukan beliau menyatakan bahwasanya beliau sebagai kekasih Allah Swt (waliyatullah), manusia suci, ahli ibadah, seorang yang zuhud dan sangat bertakwa. Beliau memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah Swt.
Dalam doa ziarah untuk beliau disebutkan,
يا فاطمة اشفعي لي في الجنة، فان لك عند الله شأن من الشأن
“Wahai Fathimah, syafaatilah aku untuk dapat masuk ke sorga, karena engkau memiliki kedudukan di sisi Allah SWT.”
Maqam syafaat tidak didapati oleh semua orang, melainkan hanya dimiliki oleh orang-orang yang diberi ijin oleh Allah SWT untuk memberikan syafaat, “Tidak ada yang dapat memberikan syafaat di sisi-Nya tanpa ijin-Nya …”[1]
Ijin Allah SWT terhadap seseorang agar dapat mensyafaati orang lain itu atas dasar kedudukan agung yang dimiliki oleh individu tersebut.
Beberapa ulama agung seperti Abul Qasim dalam berbagai sumber menyatakan bahwa di antara para putri Imam Musa al-Kazim a.s. hanyalah Fathimah yang bergelar Maksumah (perempuan yang suci dari dosa dan kesalahan). Begitupula Syeikh Abbas Qummi dmenyatakan bahwa berdasarkan sumber yang sampai kepada kita, Sayidah Maksumah merupakan putri termulia di antara para putri Imam Musa al-Kazim as. Kuburan beliau merupakan tempat berteduhnya para pendoa, dan kelahiran serta kedudukan mulia beliau telah disampaikan oleh Imam Jakfar Shadiq a.s. beberapa tahun sebelum kelahirannya seperti yang telah disebutkan dalam sebuah riwayat,
“Akan meninggal dan dikuburkan seorang perempuan dari salah satu anak keturunanku yang namanya adalah Fathimah putri Musa al-Kadzim a.s., seorang perempuan yang dengan syafaatnya pada hari kiamat, seluruh pengikut Syiah akan masuk sorga.”[2]
Keilmuan dan Intelektualitas Sayidah Fathimah Maksumah as
Sayidah Fathimah Maksumah a.s. bukan saja telah mencapai kedudukan tinggi dalam spiritualitas dan maknawi, namun beliau pun memiliki keagungan dalam bidang intelektualitas dan keilmuan. Hal ini dapat kita lihat dalam sebuah riwayat yang menjelaskan tentang tingkat intelektualitas dan keilmuan Sayidah Fathimah Maksumah a.s.,
“Suatu hari, berangkatlah sekelompok pengikut Syiah menuju kota Madinah. Mereka pergi untuk meminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka kepada Imam Musa al-Kazim a.s. Saat tiba di halaman rumah beliau, mereka mendapat berita bahwa beliau tengah berada dalam perjalanan. Padahal, mereka harus cepat kembali ke kampung halamannya. Akhirnya dengan terpaksa mereka meninggalkan tempat itu, dan menulis semua pertanyaan untuk diserahkan kepada Imam Musa al-Kadzim melalui anggota keluarganya. Di lain kesempatan mereka akan kembali untuk mengambil jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk beberapa saat, mereka istirahat di kota tersebut untuk menghilangkan rasa lelah. Tak lama kemudian mereka pun kembali ke rumah Imam Musa al-Kadzim a.s. untuk berpamitan pulang. Ternyata, pada saat itu juga, surat yang mereka serahkan untuk Imam Musa al-Kadzim a.s. dikembalikan kepada mereka lengkap dengan semua jawabannya. Mereka melihat Fathimah Maksumah a.s. yang telah telah menjawab semua pertanyaan dan menuliskannya untuk mereka. Padahal, saat itu beliau hanyalah seorang gadis kecil yang berusia sekitar enam tahunan. Mereka sangat senang dan mengambil surat tersebut untuk kemudian kembali pulang. Di tengah perjalanan pulang, mereka bertemu dengan Imam al-Kazim as. Lalu mereka menceritakan semua kejadian tersebut kepada beliau. Sesaat kemudian, Imam Musa al-Kadzim a.s. meminta surat tersebut dari mereka. Untuk beberapa saat beliau membaca dengan seksama surat dan jawaban-jawaban Fathimah Sayidah Maksumah a.s. Usai membacanya beliau membenarkan semua jawaban Fathimah Sayidah Maksumah a.s. seraya memuji dan menjunjung tinggi Sayidah Fathimah Maksumah, dan sebanyak tiga kali berkata, “Ayahmu sebagai tebusanmu, ayahmu sebagai tebusanmu, ayahmu sebagai tebusanmu…”[3]
Dalam riwayat tersebut dengan jelas telah menggambarkan kapasitas intelektual dan keilmuan Sayidah Fathimah Maksumah a.s. yang pada saat itu masih gadis kecil usia enam tahun. Beliau telah menjawab dengan benar semua pertanyaan para pengikut Syiah yang ingin disampaikan kepada ayahandanya, Imam Musa al-Kadzim a.s. Karena keagungan tersebut Imam Musa al-Kadzim a.s. mengucapakan, “Ayahmu sebagai tebusanmu.” Sebanyak tiga kali. Ungkapan luar biasa ini tidak begitu saja diucapkan melainkan untuk sesuai hal yang luar biasa dan layak jiwa sebagai tebusannya.
[1] QS al-Baqarah:255
[2] Majlisi, Biharul Anwar, jilid 60, hal 288
[3] Kasyful Laali, Shaleh bin Arandis Hilli