Tajrīd Al-I‘tiqād: Tonggak Kalam Filosofis
Buku ini adalah sebuah buku klasik berbahasa Arab dalam ilmu Kalam; buku yang sangat bernilai dengan gaya penulisan yang kokoh, padat, singkat dan kaya makna; ditulis oleh Khwajeh Nashiruddin Al-Thusi atau disingkat juga dengan nama Syaikh Thusi, seorang sarjana besar dan filosof berasal dari Iran yang hidup pada abad 9 H. Tajrīd Al-I‘tiqād adalah buku yang menghimpun pandangan dan keyakinan yang dikemukakan pertama kalinya secara filosofis. Untuk masa yang sangat panjang dan hingga sekarang, buku ini masih menjadi teks kuliah di berbagai perguruan tinggi filsafat dan teologi.
Syaikh Thusi memiliki banyak karya ilmiah di berbagai disiplin ilmu pengetahuan: Filsafat, Matematika, Geometrika, Astronomi, Irfan dan Tasawuf, Etika, Logika. Para ahli bibliografi menyebutkan lebih dari 70 karyanya yang kebanyakan berbahasa Arab. Beberapa karyanya ditulis dalam bahasa Persia seperti buku logika Asās Al-Iqtibās dan buku tasawuf Ansāb Al-Asyrāf. Salah satu aspek keilmuan yang menonjol pada dirinya adalah kepakarannya dalam ilmu Kalam yang tertuang dalam Tajrīd Al-I‘tiqād.
Buku Tajrīd Al-I‘tiqād terdiri dari 6 bab: bab satu, hukum-hukum umum; bab dua, substansi dan aksidden; bab tiga, pembuktian Pencipta alam dan sifat-sifat-Nya; bab empat, kenabian; bab lima, imamah atau kepemimpinan pasca Nabi SAW; dan bab enam, hari kebangkitan.
Mengingat orientasi uniknya pada Filsafat dan Kalam, buku ini merupakan sebuah titik tikung yang tajam dalam sejarah ilmu Kalam. Dalam buku ini, penulis mengharmonikan filsafat Peripatetisme dan kalam Syiah. Upaya ini telah menyebabkan konvergensi dan kedekatan lebih solid antara filsafat dan kalam di kalangan para sarjana dan pemikir Syiah.
Dalam bidang filsafat, pemikiran Syaikh Thusi tidak jarang berseberangan dengan pendapat-pendapat Ibn Sina, misalnya ia memandang tempat sebagai dimensi, bukan permukaan, alam benda sebagai hal yang baru, bukan sebagai hal yang kadim.
Ia juga menampilkan pandangannya dalam masalah imamah atau kepemimpinan setelah Nabi SAW. Misalnya, kepercayaannya pada imamah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s., menjelaskan keunggulan dan kelayakan Ali bin Abi Thalib a.s. sebagai khalifah langsung setelah wafat Nabi SAW, menerangkan dalil-dalil dan riwayat sahih atas imamah dua belas imam.
Nama Buku
Seperti dalam judul di atas, buku ini bernama Tajrīd Al-I‘tiqād, atau dikenal juga dengan nama Tajrīd Al-‘Aqā‘id atau Tajrīd Al-Kalām. Pada mulanya buku ini berjudul Tahrīr Al-‘Aqā‘id, namun Syaikh Thusi lantas mengubahnya.
Keunikan Buku
Dalam bidang Kalam, buku ini sangat fenomenal dan menjadi fokus telaah banyak sarjana dari berbagai kalangan dan mazhab. Keunikan buku ini ialah kepadatan dan keringkasan luar biasa teksnya sehingga terasa begitu kaya makna dan kokoh deskripsi dibanding teks-teks Kalam Syiah yang lain. Kepadatan dan keringkatan kaya penulisan ini merupakan ciri khas metode penulisan Syaikh dalam banyak karyanya. Namun kepadatan dan keringkasan buku Tajrīd Al-I‘tiqād begitu tajam sehingga Syam Al-Din Mahmud Isfahani menyebutnya sebagai buku teka-teki (al-alghāz).
Komentar atas Buku
Banyak sarjana dan pemikir dari berbagai mazhab Islam membubuhkan komentar, tafsiran dan syarah juga catatan pinggir berbahasa Arab dan Persia atas buku Tajrīd Al-I‘tiqād. Komentar pertama atas buku ini ditulis oleh Allamah Hilli, murid paling terkenal dari Syaikh Thusi sendiri. komentar itu berjudul Kasyf Al-Murād (menyingkap maksud). Kemudian datang setelahnya komentar dan syarah lainnya seperti: Al-Syarh Al-Jadīd karya Gadhil Qusyji, syarah Syasm Al-Din Muhammad Isfarayini Bayhaqi, syarah Mulla Abdulrazzaq Lahiji berjudul Syawāriq Al-Ilhām (Pancaran-pancaran Ilham)–[afh].