Agen Peradaban
Ali syariati pernah mengingatkan seorang cendekiawan yang terjun di tengah-tengah masyarakat agar tetap mempertahankan penampilan yang sederhana di tengah masyarakat awam. Simbol-simbol , baju, gaya hidup, bahasa, dapat menjadi dinding komunikas antara ilmuwan dan rakyatnya. Bahasa Ilmu tidak hanya menyingkapkan dan mentransformasi seseorang. Ilmu juga meningkatkan kelas. Inilah yang ingin dikritik Syariati. Seorang ilmuwan yang memisahkan dari hiruk-pikuk rakyatnya adalah para penghianat yang bermulut manis.
Sang cendekiawan (rusyahnfikr) tidak boleh hanya diam di menara gading menikmati kenikmatan buku-buku berat yang memuaskan syahwat intelektualnya saja tapi ia harus lebih dekat dengan rakyat dibanding rakyat itu dengan dirinya sendiri.
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang normalnya suka bergaul, bertatap muka, berbicara dan melakukan aktifitas sosial saling membantu satu sama lain, dan saling memperhatikan. Seorang cendekiawan harus hadir untuk memberikan kepuasan dan ketenangan batin kepada orang-orang awam. Orang pintar mudah menemukan ketenangan batin lewat bacaan, renungan, releksi, menulis atau meneliti, sementara orang awam tidak memiliki kemewahan seperi itu , Jadi akfit secara sosial adalah dalam rangka menghibur dan mencerahkan mereka.
Jemput dan dekati mereka dan berikan kata-kata yang mencerahkan dan menghibur. Sentuh suasana batin mereka yang resah dan gelap melihat hidup. Sebagian orang awam kadang-kadang memiliki kearifan tapi hanyalah sekilas dan timbul tenggelam. Sebagaimana cendekiawan juga bisa jadi menjadi awam karena tidak pernah turun ke bawah.
Imam Jafar Shadiq as mengatakan “ Bergaulah dan berbuat baiklah kepada sesama karena Allah SWT!”
Jiwa manusia adalah lautan yang tidak bisa diprediksi. Manusia tidak bisa ditundukan, diperlakukan dan difahami dengan mudah. Gunung bisa bisa didaki akhirnya lautan bisa disebrangi, tapi jiwa manusia tidak. Semakin cemerlang seseorang dan semakin posisinya kuat belum tentu semakin mudah didekat dan dijadikan teman atau guru, terkadang itu adalah hal terberat yang harus dilakukan seseorang mendekati orang-orang yang tampaknya secara lahiriyah sangat mengagumkan.
Melayani dan bergaul dalam kenyataannya adalah hal terbesar dan juga merupakan peristiwa sejarah yang akan terus dikenang. Ada orang-orang yang mudah dan menyenangkan tapi tidak sedikit juga yang memang sulit didekati (difficult people)
Orang-orang penuh antusias tentunya punya ambisi untuk mempengaruhi orang lain. Mendekati dengan berbagai cara, berkomunikasi yang aktif dan lancar dan memperlihatkan aspek-aspek yang bermanfaat bagi masyarakat. sangat aktif, spontan, bergerilya mempengaruhi siapapun yang dilihat, ditemui dan yang menjadi tetangga dekat atau jauh.
Imam Jafar shadiq as berkata, “Bergaul dengan cara yang baik dengan makhluk-makhluk Allah dengan menghindari bermaksiat adalah tambahan karunia dari Allah terhadap hamba-Nya. Sesiapa yang tunduk kepada Allah secara sembunyi-sembunyi adalah orang yang bisa bergaul dengan manusia secara baik dalam keadaan terang-terangan. Bergaulah dengan makhluk Allah karena lillahi ta’ala dan janganlah bergaul dengan manusia karena untuk urusan dunia, mencari posisi, ingin dilihat dan didengar orang, ..dan janganlah sekali-kali engkau melanggar hukum-hukum syariat karenanya, karena ikutan-ikutan, atau karena popularitas. Karena mereka tidak bisa mencukupimu sedikitpun sementara akhirat akan luput darimu tanpa memberikan keuntungan sedikitpun. Jadikanlah yang lebih tua sebagai ayahmu, dan yang lebih muda sebagai anakmu dan yang seusia sebagai saudaramu… (Misbah asy-Syariat : 42)
Mindset itu tidak hanya dalam masalah aktifitas pekerjaan tapi juga dalam mempengaruhi orang. Misalnya mindset diskriminasi, atau semi diskriminasi yang mengistimewakan teman-teman dalam komunitas dan menyepelekan orang-orang yang tidak dalam jaringan atau berbeda mazhab, atau karena frame kita tentang kelompok tertentu.
Bahwa lingkungan memiliki pengaruh adalah hal yang sangat penting dan penting sekali. Tidak boleh diabaikan oleh siapapun yang ingin berjuang demi kebaikan manusia. Pengaruh yang baik yang mengarahkan pada kebaikan itu lebih baik daripada tidak berpengaruh atau tidak mau berusaha menjadi orang yang berpengaruh.
Apa yang disebut pengaruh? Pengaruh adalah istilah yang sangat komplek yang mengandung banyak elemen seperti penghormatan, kredibilitas, kecintaan, ilmu, karimastik, kepemimpinan dan juga impian-impian. Seseorang yagn berpengaruh dengan segala tingkatan adalah orang yang dapat mengendalikan orang lain hanya dengan tindakan saja, atau hanya dengan kata-kata atau juga hanya dengan pertemuan-pertemuan biasa saja.
Mereka yangn rendah diri, kurang percaya diri, memiliki mindset yang memisahkan, tidak memliki ideologi sosial, dan kurang dimotivasi akan sangat sulit memiiki kekuasaaan atau pengaruh. Individu yang acuh terhadap yang lain bukan hanya akan kehilangan pengaruh, ia juga akan terdegradasi di depan yang lain. Ambisius, wibawa dan pengaruh masih dianggap karakter atau sifat yang negatif.
Untuk mengawali seorang individu harus mengubah dulu imajinasi tentang kekuasaan, power, negosiasi, leadership, dan kharisma dan itu dapat dimiliki dengan memulai dari performa, bahasa, sorot mata, suara dan keteguhan hati. Dan juga dorongan, energi dan sinergi dari komunitas.
Pengaruh yang baik akan mempercepat dan memperkuat sistem atau komunitas yang baik. Siapapun juga layak mendapatkan pengaruh dan dipengaruhi. Individu yang selalu mencari kesempurnaan akan haus dengan teladan dan kepribadian yang baik.
Setiap orang secara fitrah suka dipimpin dan dan diajarkan hal-hal yang utama dan penting. Setiap individu untuk menjadi baik harus dicerahkan nalarnya, diguncangkan pemikirannya lewat pemikiran yang baik, performa, aura, sorot mata, dan keyakinan yang kuat. (Ahmad Kaladera).
.