Arbain Membuat Kita Pandai dan Berakal!
Imam Ali as mengatakan “barang siapa mencintai Allah SWT akan mencintai Rasul-Nya, dan barang siapa mencintai Nabi Muhammad SAW akan mencintai Kami (Keluarganya) dan barang siapa mencintai Kami pasti mencintai pengikut (Syiah) Kami”.
Kami Masuk dari Pintu Firman Allah SWT
Allah SWT menggerakkan kita dari tanah dan air untuk menuju kembali kesisi-Nya. Dalam perjalan tersebut, bimbingan dan kepemimpinan bukan pekerjaan semua orang. Karena terdapat banyak jurang, pegunungan, bebatuan, penyamun dan lobang sumur yang tidak semua orang dapat melaluinya. Kita dapat melihat madzhab-madzhab dan kelompok yang terjerumus ke dalam jurang dan dari jurang itu mereka membuat hal yang mengerikan. Dengan begitu semua sesepuh, tokoh, mulai dari filsuf dan arif, orang kehilangan arah dan pengembara membutuhkan pembimbing sehingga mengetahui dari awal dan akhir perjalanan dan sadar betul tujuannya, dan mereka adalah orang-orang yang kita bacakan doa dalam setiap ziarah kubur.
Sebelum alam semesta diciptakan, Allah SWT menciptakanmu (Rasulallah SAW) dari cahaya dan ditempatkan diatas tahta disinggasana-Nya. Rasulallah kepada Imam Ali as bersabda: “wahai Ali sebagaimana engkau dalam umatku adalah sebagaimana pintu kebebasan yang terdapat dalam Bani Israil; maka barang siapa yang masuk dalam wilayahmu, mereka masuk dari pintu yang telah Allah SWT perintahkan dalam firman-Nya”[1].
Kesalehan dan Ketangguhan Sebagai Kartu Truf Muslim Syiah Ahlul Bait
Setiap kecintaan memiliki tanda, maka perlu dalam kehidupan para sahabat dan pengikut Ahlu-Bait juga dipenuhi dengan tanda-tanda pengabdian kepada mereka. Imam Ali as mengatakan, “barang siapa mencintai kami, maka perbuatannya harus seperti kami dan mengenakan pakaian kesalehan dalam masyarakat”[2].
Begitu pula Imam Ali as dalam Nahjul Balagha dalam memperingatkan para sahabatnya; “wahai para sahabatku yang mulia, Bantu saya dengan kesalehan, hindari dosa, berjuang dalam penghambaan, kesucian dan teguh lurus di jalan agama”[3]. Artinya, membantu Imam Ali as untuk bisa menjadi perantara mendapatkan syafaatnya. Janganlah hidup dengan segala keinginan. Beragama dengan sebenarnya sehingga dalam cahaya keagungan wilayah Imam Ali as diberikan derajat kebahagiaan yang tertinggi[4].
Mencitai Para Sahabat
Orang yang mencintai keluarga Nabi SAW serta merta harus mencintai para sahabatnya. Dan ini satu dari tanda-tanda akseptasi dalam berwilayah kepada Ahlu-Bait Nabi SAW. Imam Ali as mengatakan; “barang siapa mencintai Allah SWT maka akan mencintai Muhammad SAW. Dan barang siapa mencintai Nabi Muhammad maka akan mencintai kami (keluarganya) dan barang siapa mencintai kami maka akan selalu mencintai para (syiah) pengikut kami”[5].
Berlepas Diri dari Musuh Islam
Imam Ali dalam sebuah pernyataan menjelaskan mengenai tanda-tanda pecinta Ahlul Bait as, dan berkata; “sahabat kami dan sahabat musuh kami tidak dapat dikumpulkan dalam satu manusia, karena Allah SWT tidak memberikan dua hati kepada satu manusia yang dengan satunya berteman dan dengan yang lainnya bermusuh. Cinta dan kasih sayangnya sahabat kami harus tulus kepada kami, seperti emas dalam api yang tulus meleleh sempurna. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin mengetahui sahabat kami sebenarnya atau tidak, hatinya perlu diuji terlebih dahulu. Jika dalam hatinya bersama dengan cinta kami, dan mencintai musuh kami juga, perlu dipastikan ia bukan dari kami dan kami juga bukan darinya”[6].
Pandai dan Berakal Karena Cahaya Kebangkitan Imam Husein as
Imam Husein as adalah seperti malaikat penghantar cahaya Nabi Muhammad dan Keluarganya serta pemilik wilayah (baca sabda nabi: Husein dariku dan aku dari Husein) yang harus mencerahkan dan menyadarkan umatnya (pengikutnya). Artinya, hukum dan perintah serta pendidikan agama harus diajarkan kepada mereka dengan membuat mereka ahli dalam mengamalkannya. Seluruh Ahlul-Bait Nabi mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan kewajiban tersebut dan dengan pengajaran, bimbingan, ceramah dan surat menyurat serta yang lain diamalkan sebagai kewajibannya sendiri.
Akan tetapi Sayyid As-Syuhada (Imam Husein as) disamping tugas-tugas diatas dengan sebab kekecewaan dari dampak yang mendasar terhadap instrumen pada saat itu, dengan situasi dimana jantungnya terkoyak mengalir darah sucinya demi tercapainya suatu tujuan. Hanya Imam Husein as yang tak hanya mengorbankan jiwanya, namun juga memperjuangkan budaya, politik dan ijtihad serta jihad perang di jalan Allah. Sebagaimana dalam doa ziarah Arbain kita baca; “Al-Husein merupakan kesempurnaan hujah atas ciptaan, apa pun alasannya untuk mensejahterakan pengikutnya, memberikan saran dan nasihat dengan penuh kasih sayang, dan darah sucinya dikorbankan dijalan-Mu yaa Allahh.. sehingga hamba-hamba-Mu diselamatkan dari kebodohan, kedunguan dan kesesatan”[7].
Falsafah Memperingati Ziarah Arbain Imam Husein as
Arbain adalah empat puluh hari pasca gugurnya Imam Husein as. Ketika kuburan suci Imam Husein as dihormati, mereka berdatangan ke Karbala. Dan Jabir ibn Abdullah Anshari salah satu sahabat Rasulallah SAW dari kota Madinah datang ke Karbala untuk ziarah di depan pusara Al-Husein as. Dari hadist Imam Hasan Askari sa disebutkan “orang-orang yang berziarah ke Arbain Imam Husein as salah satu dari tanda-tanda orang mukmin”[8].
Tujuan bangkitnya perjuangan Imam Husein as merupakan tujuan yang sama dengan risalah kenabian SAW berdasarkan Al-Qur’an dan Nahjul Balagha. Tujuan risalah kenabian ilahi terdapat dua hal; yang pertama memandaikan masyarakat dan yang kedua menjadikan mereka lebih bijak dengan penyucian diri.
Barang siapa yang tidak berilmu tidak akan pernah mengerti mengenai perintah Allah SWT serta tidak akan pernah mampu mengedukasi dirinya sendiri maupun orang lain. Imam Ali as dalam menjelaskan mengenai diutusnya Nabi mengatakan; “Allah SWT dengan tangan Rasulallah SAW masyarakat dipandaikan dan bijaksana”[9]. Selain tujuan utama dari penghulu para syuhada adalah membudidayakan pendidikan rakyat dan dengan jalan seperti itu pula, melaksanakan baik melalui ucapan dan tindakan serta juga mengorbankan darahnya. Oleh karena itu, kami menghormati peringatan Arbain dengan niat membaca doa ziarah Arbain dan melangkah menuju jalan Allah SWT untuk menumbuhkan semangat mereka para penghulu syuhada.
Penerjemah: H. A. Shahab
Karya: Hajir Nadi Ali, MA.
Sumber:
[1] تفسیر نورالثقلین،ج١،صص ٨٢-٨٣
[2] بحارالانوار،ج١،ص٩٢
[3] نهج البلاغه،نامه ٤٥
[4] ضیاءآبادی،سیدمحمد،امام علی فضیلت ایمان حقیقت پنهان،ص٨٣
[5] تفسیر فرات کوفی، ص١٢٨
[6] تفسیر قمی،ج٢،ص ١٧١ و ١٧٢
[7] آیت الله جوادی آملی، نشریه افق حوزه، شماره ٢٩٧
[8] شیخ طوسی،تهذیب، ج ٦، ص ٥٢
[9] نهج البلاغه،خطبه١