Bagaimana Memaknai Tahun Baru?
Sumber: http://goukm.id/peluang-usaha-2018
Gegap gempita tahun baru melanda dunia. Tak ketinggalan negeri kita tercinta pun ikut meramaikan pesta pora tahun baru. Saya tidak tahu berapa banyak biaya yang dikeluarkan; berapa banyak mercon dan kembang api yang diletupkan; berapa banyak artis yang panggungkan, dan berapa dan berapa…
Dalam menyambut tahun baru Masehi, minimal kita dapat membagi masyarakat kita dalam dua kelompok: kelompok yang menghabiskan tahun baru dengan pelbagai acara suka cita, dalam bentuk pentas musik, pesta kembang api, hiburan rakyat, dsb. Dan kelompok yang memilih bergabung dengan kafilah zikir di masjid-masjid, musala, dll. Kelompok ini menggunakan tahun baru sebagai media untuk introspeksi dan mawas diri serta jalan membangun kedekatan dengan Sang Khaliq, Allah Swt.
Ya, tentu saja manusia sebagai makhluk yang merdeka bebas untuk menentukan jalan yang dikehendakinya dan setiap manusia bertanggung jawab atas setiap perbuatannya.
Saya tidak sedang menggurui Anda bagaimana sebaiknya melalui tahun baru, tapi saya hanya mengajak diri saya sendiri dan Anda (itu pun kalau Anda mau) untuk sama-sama menatap masa dengan dengan semangat dan ide yang baru. Bagi saya, orang yang sukses dalam hidupnya dan dunia yang digelutinya, apapun bentuknya, baik ia tampil sebagai politisi, artis, polisi, petani, pengusaha , guru, kyai, ibu rumah tangga, remaja, maupun abang tukang becak itu sama-sama bertemu dalam satu hal, yaitu: mereka semua berani mencoba hal yang baru. Sebab, kegagalan dalam hidup itu dikarenakan orang takut mencoba hal yang baru. Mengapa kita masih mempertahankan “yang lama” sementara ia jelas-jelas sudah usang, tidak layak pakai alias ketinggalan zaman, dan bahkan kadang-kadang jelas-jelas merugikan kita?
Sekolah-sekolah dan pusat-pusat pendidikan kita tidak maju, meski sudah puluhan tahun berganti tahun baru karena hanya tahunnya yang baru, sementara sistem pendidikan yang dikembangkannya masih lama alias itu-itu melulu. Musisi-musisi kita mungkin gagal mendapatkan tempat di hati penggemarnya karena alat musik dan lirik yang ditampilkannya ya itu-itu saja, baru tapi sebetulnya lama. Para juru dakwah yang rajin mengkampanyekan agama di pelbagai tempat perlu mencoba menyampaikan gagasan dan pandangan yang baru. Bukankah agama itu selalu relevan dengan perkembangan zaman? Bukankah Alquran turun bukan hanya untuk bangsa Arab, sehingga pesan-pesannya selalu aktual sepanjangan masa dan generasi? Lalu mengapa kita takut berhadapan dengan hal-hal yang baru? Dan apakah hal-hal yang baru selalu harus kita musuhi dan kita sepelekan serta kita anggap berlawanan dengan ajaran Islam?
Mungkin ketidakmajuan kita dalam banyak bidang dan kelesuan keberagamaan kita dipicu oleh ketakutan kita untuk mencoba hal-hal yang baru. Majelis-majelis taklim dan zikir ada di mana-mana; jumlah masjid, sura dan musala nyaris tak terhitung lagi karena saking banyaknya, tapi mengapa salat yang dijanjikan oleh Allah Swt sebagai “pencegah dari perbuatan keji dan mungkar” gagal menciptakan kedamaian dan ketenangan hati bagi para pelakunya, sehingga kita saksikan ada kejahatan dan korupsi serta penipuan yang konon dilakukan oleh orang-orang yang masih rajin mengerjakan salat? Lalu, apakah janji Allah Swt yang salah ataukah kita sendiri yang gagal mendirikan salat secara baik dan benar? Sehingga salat yang kita dirikan itu sangat tidak berkualitas; salat yang tidak dibangun dengan sebuah kesadaran teologis.
Alhasil, menurut hemat saya, bila kita ingin memaknai tahun baru secara benar maka mestinya kita harus merenung bahwa hal-hal baru apa yang selama ini belum kita lakukan. Kalau Anda hanya membaca buku-buku ilmu pengetahuan, maka cobalah membaca buku-buku agama; kalau Anda hanya terpenjara dengan hanya membaca buku-buku si anu, maka beranikan diri untuk membaca buku si una; kalau Anda biasa mampir di warung Bu Tarmi, cobalah mampir di warong Pak Joko; kalau suasana ruang kerja dan rumah Anda selalu begitu, cobalah sekarang mengubah posisi kursi, cat dan asesorisnya; kalau Anda cuma suka iseng membuka situs “langganan” Anda, cobalah buka situs lainnya; kalau tahun kemarin Anda dikenal oleh keluarga dan tetangga Anda sebagai orang yang cemberut dan mahal senyum maka tahun baru ini ubahlah penampilan Anda dan berusahalah jadi orang yang ramah dan murah senyum. Semua ini sebenarnya berpikir positif alias berpikir dengan memberdayakan otak kanan yang akhir-akhir ini banyak digunjingkan orang. Inilah sebenarnya pesan utama ajaran Islam. Otak kanan mengajarkankan kita untuk murah senyum dan inilah pesan Nabi saw ketika beliau bersabda: Barangsiapa bertemu dengan saudaranya dengan wajah yang ceria maka ia terhitung sebagai orang yang bersedekah. Lebih jauh Nabi saw mensifati orang mukmin sebagai berikut: Orang mukmin itu sedihnya disimpan di hatinya dan cerianya ditampakkan di raut wajahnya.
Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu berkreativitas dan berani mencoba hal yang baru. Agama tidak pernah menjadi musuh kemodernan. Alquran tidak pernah mati di hadapan ilmu pengetahuan modern. Alquran bukan hanya tidak kontradiksi dengan sains dan perkembangan ilmu pengetahuan bahkan ia senantiasa selaras dengan pelbagai penemuan baru di bidang ruang angkasa, kedokteran dsb.
Yang tetap dan tidak pernah berubah adalah nilai-nilai akhlak dimanapun dan kapanpun. Sebab, akhlak itu tidak berubah dengan terjadinya perubahan zaman dan tempat. Itulah mengapa Nabi saw mengatakan bahwa aku diutus untuk menyempurnakan moral (akhlak). Moral merupakan nilai yang universal yang harus ada pada setiap masyarakat. Sebab, tanpa moralitas yang baik maka sebuah masyarakat akan oleng dan akan menjadi bangsa yang kerdil dan tidak terhormat serta berada di ambang kehancuran. Hanya saja, motif orang yang berbuat baik dalam Islam itu semata-mata karena dorongan keyakinan dia terhadap Allah Swt. Sebab, mungkin saja orang menolong sesama saudaranya hanya karena alasan kemanusiaan, sedangkan seorang Muslim yang membantu saudaranya baik seagama maupun tidak karena motifasi keyakinan yang mendalam terhadap Allah Swt.
Akhirnya, semoga tahun baru ini membawa keberkahan dan kebahagiaan buat negeri dan bangsa kita. Semoga para pejabat kita memiliki semangat pengabdian yang baru terhadap rakyak yang dipimpinnya dan menggunakan amanat jabatan di jalan yang dikehendaki oleh Allah Swt. Semoga tahun baru kali ini kita memiliki tekad untuk mengubah kebiasaan dan sikap yang salah yang selama ini menjadi benalu dalam diri kita. Semoga hari demi hari kita semakin dekat dengan Allah Swt dan kita diberi-Nya taufik dan hidayah untuk memperkecil peluang dosa dan bahkan kita mampu mensterilkan diri kita dari pelbagai kejahatatan dan kemaksiatan. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Syekh Muhamad Ghazali
Pemerhati Sosial-Keagamaan