Episode Menyedihkan dari Kehidupan Fatimah az-Zahra
Fatimah dan Kepergian Nabi saw
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Siti Aisyah yang berkata: Ketika Rasulullah saw sakit, maka beliau memanggil putrinya Fatimah. Lalu beliau menghiburnya tapi Fatimah malah menangis. Kemudian beliau menghiburnya kembali lalu Fatimah tertawa. Lalu aku bertanya kepada Fatimah perihal hal itu. Fatimah menjawab: Aku menangis karena Nabi memberitahuku bahwa ia akan meninggal dunia sehingga aku menangis, kemudian dia memberitahuku bahwa aku yang pertama kali menyusulnya di antara keluargaku sehingga aku tertawa.
Pengarang kitab Kasyful Ghummah pada juz dua dalam kitabnya mengatakan: Karakter manusia biasanya membenci kematian dan berusaha lari darinya. Yang demikian ini karena manusia cinta dan cenderung kepada dunia. Adapun Fatimah adalah wanita muda yang masih mempunyai anak kecil dan suami yang mulia. Ironisnya, ketika ayahnya memberitahunya bahwa ia yang tercepat di antara keluarganya yang akan menyusul Nabi maka ia justru tidak merasa sedih dan justru tertawa dan bahagia karena ia pun akan meninggalkan dunia dan berpisah dengan kedua anaknya dan suaminya.
Ini adalah masalah besar yang manusia tidak akan mampu untuk memahaminya. Allah mengajarkan hal ini kepada keluarga yang mulia ini. Dan ini adalah rahasia yang Allah berikan kepada mereka keutamaan dan keistimewaan dengan mukjizat-Nya dan tanda-tanda kebesaran-Nya.
Diriwayatkan dari Imam Baqir yang berkata: Sepeninggal Rasulullah saw, Fatimah tidak pernah terlihat dalam keadaan tertawa sehingga ia meninggal dunia.
Diriwayatkan dari Imam Shadiq yang berkata: Ada lima orang yang suka menangis: Adam, Ya`qub, Yusuf, Fatimah binti Muhammad dan Ali bin Husain. Adapun Adam, ia menangis karena harus meninggalkan surga sehingga ia diletakkan di suatu lembah, sedangkan Ya`qub, ia menangisi Yusuf hingga matanya buta, sedangkan Yusuf menangisi perpisahannya dengan Ya`qub hingga terganggu karenanya para penghuni penjara, adapun Fatimah, ia menangis karena kepergian Nabi saw sehingga karenanya penduduk Madinah terganggu. Bahkan mereka berkata kepadanya, banyaknya tangisanmu membuat kami terganggu. Lalu Fatimah pergi ke makam syuhada dan menangis di sana sampai puas lalu ia pulang. Sedangkan Ali bin Husein menangis karena kesyahidan ayahnya selama dua puluh tahun atau empat puluh tahun.
Diriwayatkan bahwa Ali berkata: Ketika aku mencuci baju Nabi saw maka Fatimah berkata, perlihatkanlah kepadaku baju itu. Lalu Fatimah menciumnya dan pingsan. Takkala aku mengetahui hal itu maka aku menyembunyikan pakaian itu (hingga kejadian ini tidak terulang kembali).
Takkala Nabi saw meninggal, Bilal tidak mau mengumandangkan azan. Bilal berkata: Aku tidak mau mengumandangkan azan untuk seseorang setelah meninggalnya Nabi saw. Kemudian pada suatu hari Fatimah berkata: Aku ingin mendengar suara muazin ayahku yang mengumandangkan azan. Lalu hal tersebut sampai ke telinga Bilal sehingga ia mengumandangkan azan dan memulainya dengan takbir “Allahu Akbar”. Fatimah mulai mengingat-ingat kebersamaannya dengan ayahnya sehingga ia tidak mampu membendung air matanya. Dan ketika Bilal sampai ke kalimat “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Fatimah tidak kuasa menahan dirinya dan ia pun terjatuh pingsan. Kemudian mereka mengira bahwa ia telah mati dan Bilal pun tidak melanjutkan azannya. Takkala Fatimah sadar, ia meminta Bilal untuk melanjutkan azannya namun Bilal dengan berat hati menolak sambil berkata: Wahai penghulu para wanita, aku khawatir terjadi sesuatu pada dirimu. Dan Fatimah pun mengerti kecemasan Bilal dan memaafkannya.
Akhir Hayat Fatimah
Diriwayatkan bahwa Abi Abdillah ash Shadiq as berkata: Fatimah meninggal pada bulan Jumadil Akhir, hari Selasa, tahun sebelas Hijrah.
Diriwayatkan dari Ummu Salma, istri Abi Rafi` yang berkata: Fatimah sakit. Di hari menjelang kematiannya, ia berkata: Datangkanlah untukku air! Lalu aku menuangkan air untuknya hingga ia mandi dengan air tersebut dengan cara yang terbaik. Kemudian ia berkata: Bawalah untukku pakaian yang baru hingga aku dapat memakainya. Lalu Fatimah berbaring dan menghadap kiblat dan ia meletakkan tangannya di bawah pipinya dan berkata: Sebentar lagi aku akan meninggal…[1]
Diriwayatkan dari Jabir al-Anshari yang berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw berkata kepada Ali bin Abi Thalib as—tiga hari sebelum beliau meninggal: Salam kepadamu wahai ayah dua sekuntum bunga. Aku berwasiat kepadamu tentang dua sekuntum bungaku di dunia. Demi Allah wahai khalifahku, sebentar lagi dua sandaranmu akan roboh. Ketika Rasulullah saw meninggal, Ali berkata: Inilah salah satu sandaran yang dikatakan Rasul saw padaku dan takkala Fatimah meninggal, Ali berkata: inilah sandaranku yang kedua.
Menurut penuturan sebagian riwayat/sejarah, Fatimah lahir lima tahun setelah tahun pengutusan Nabi saw dan ia meninggal dunia saat berusia delapan belas tahun lima puluh tujuh hari, dan sepeninggal ayahnya ia hidup selama tujuh puluh lima hari.
Imam Ridha pernah ditanya tentang kuburan Fatimah lalu beliau menjawab: Ia dimakamkan di rumahnya, namun ketika Bani Umayyah banyak datang ke Masjid, ia berada di Masjid. Ada yang mengatakan bahwa ia disemayamkan di Baqi.
Fatimah mengalami sakit keras dan ia bertahan selama empat puluh hari atas sakitnya hingga ia meninggal. Saat menjelang ajalnya, ia memanggil Ummu Aiman dan Asma` binti Umais dan sambil memandang suaminya Ali, ia berkata: Wahai putra pamanku, engkau tidak pernah mendapatiku dalam keadaan berbohong dan berkhianat, dan selama aku menjadi istrimu, aku tidak pernah menentangmu. Ali menjawab: Aku berlindung kepada Allah, engkau lebih tahu tentang Allah dan lebih baik dan lebih takwa di sisi-Nya serta lebih takut kepada-Nya. Sungguh musibahmu di sisiku sama dengan musibah Rasulullah saw. Sungguh besar kematianmu. Dan kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali.
[1] al Ishabah, juz 4, hal. 379.