Intangible Management
Manajemen biasa diartikan “…is how to get things done through other people”. Namun seiring waktu arti tersebut mengalami perubahan tidak lagi through other people tapi menjadi with other people. Perubahan cara pandang tersebut sesuai dengan perubahan zaman yang semakin egaliter dan terbuka. Hubungan atas bawah sudah mulai bias, yang ada hubungan kemitraan dalam mencapai sesuatu. Hal ini pernah diungkapkan oleh pakar manajemen terkenal Peter Drucker “I’m not comfortable with the word manager anymore because it implies subordinates”.
Perubahan paradigma tersebut, saya pikir tidak hanya terjadi pada lingkungan bisnis saja. Perubahan cara pandang hubungan murid dan guru kini mulai bergeser. Kalo dulu guru dianggap sebagai sumber ilmu satu-satunya, tapi kini guru sebagai fasilitator, tidak hanya berperan sebagai teacher tapi juga learner. Peserta didik tidak hanya dianggap obyek tapi juga sebagai subyek pendidikan. Pola kemitraan menjadi trend hubungan antar manusia.
Perubahan perlakuan dan cara pandang tersebut dimaksudkan agar organisasi dapat lebih efektif dan produktif. Tujuan dari organisasi adalah bukan memberi perlakuan tertentu pada pemimpin atau manajer. Tujuan organisasi adalah mencapai tujuan dengan menggunakan manajemen yang tepat yang dikelola oleh pemimpin tepat.
Manajemen Sumber daya
Manajemen adalah suatu cara untuk mencapai tujuan “melalui” atau “dengan” orang lain. Adapun yang dikelolanya berupa sumber daya yang biasa disingkat 5 M (man, machine, material, methode, dan money). Pada masa lalu manajemen fokus pada manajemen financial tapi kemudian berubah ke arah yang bersifat non material.
Inti dari manajemen adalah manusia yang memiliki tujuan dan meraihnya. Oleh karena itu pengetahuan tentang manusia menjadi penting bagi pengelolaan sebuah organisasi. Substansi manusia tidak berasal dari materi atau jasadnya ia lebih bersifat ruhani.
Tujuan manusia menurut Islam adalah mendekatkan diri pada Allah SWT. Sehingga setiap langkah dan upaya harus senantiasa mendekatkan diri pada Allah. Kekuasaan, kepemimpinan hanya merupakan wasilah bagi tercapainya tujuan tersebut.
Manajemen Ruhani
Setiap individu dalam organisasi pasti memiliki rasa sedih, gembira, duka, senang, kecewa atau puas. Perasaan tersebut kalau tidak dikelola dengan baik akan berdampak merugikan organisasi. Oleh karena itu pengelolaan rasa perlu menjadi perhatian stake holder organisasi. Maslow membuat hierarki kebutuhan manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Kelima kebutuhan Maslow hanya satu yang bersifat tangible. Dominasi kebutuhan manusia lebih bersifat non materi. Namun sayang sumber kebutuhan utama manusia yang bersifat fitrah yang ada pada setiap masa dan tempat tidak di bahas.
Manusia memiliki potensi akal, syahwat, amarah, khayal, dan hati. Kelima potensi tersebut perlu dikelola dengan benar sesuai dengan watak dan fitrah manusia. Pengelolaan akal selaras dengan rasa, khayal, dan emosi manusia. Diantara pengelolaan tersebut telah dikemas dalam berbagai peringatan.
Peringatan suka dan duka dalam tradisi Islam
Mengelola diri merupakan bagian dari tugas individu. Mengelola diri tentu lebih penting sebelum mengelola orang lain. Pengelolaan diri berkenaan dengan potensi yang dimiliki manusia. Mengenal dan mengelola diri biasa dilakukan oleh para sufi seperti seperti tahapan mujahadah, muroqobah, dan mahasabah dan lain-lain.
Mengelola diri bukan hanya milik elit muslim tertentu. Mengelola diri perlu bagi setiap muslim baik awam maupun ulama. Cara pengelolaan emosi perlu biasa dipupuk, dijaga dan dibina agar tidak keluar dari nilai-nilai kebenaran seperti tindakan radikal yang merugikan orang lain.
Budaya memperingati hari suka, biasa dilakukan oleh kaum muslimin khususnya ahli sunah wal jama’ah dan syia’h. Demikian juga acara memperingati kematian atau hari duka, biasa dilakukan oleh kalangan ahli sunah wal jama’ah dan syiah seperti pada peringatan haul ulama atau anggota keluarga, yang meninggal. Peringatan tersebut didasari atas kecintaan pada sosok yang kita peringati.
Peringatan tradisi suka dan duka dalam Islam Syi’ah khususnya mazhab istna asy’ariyah biasa dilakukan dan terjadi hampir setiap bulan. Mereka memperingati kelahiran dan wafatnya 12 imam mereka dan juga memperingati kelahiran dan wafatnya Rosulullah SAW dan putrinya Fatimah. Tidak hanya itu hari pernikahan sayidah fatimah dengan Imam Ali KW juga menjadi hari raya kasih sayang.
Setiap peringatan tersebut dapat dipahami sebagai upaya untuk mengelola diri agar selalu berupaya merasakan suka dan derita yang dicinta. Sehingga dapat meneladaniNya.
Peringatan Duka Karbala
Jargon “setiap hari Asyuro dan setiap tanah Karbala” di Iran menjadi jargon bagi gerakan perjuangan melawan Amerika dan Israel. Boikot dan tekanan Barat terhadap Iran tidak dianggap sebagai ujian berat dibanding Imam Husen berjuang untuk menegakkan Islam di Padang Karbala. Bagi mereka sebagai Muslim harus siap pada setiap masa dan pada setiap tempat untuk menderita demi tegaknya Islam.
Jika ditinjau dari kaca mata kaum materialis mungkin perjuangan Imam Husen mengalami kekalahan, Ia wafat dan kepemimpinan Yazid terus berlanjut. Imam Husen sesungguhnya telah mengetahui akan mengalami kekalahan namun ia pun mengetahui bahwa justru dengan kekalahan tersebut Islam akan Jaya.
Imam Husen syahid tapi Islam tetap terjaga. Tugas pemimpin bukan menyelamatkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain, tugas sesungguhnya adalah menyelamatkan Islam sebagai sebuah ajaran dan organisasi, yang harus dijaga kesuciannya.
Inti ajaran agama adalah pengelolaan spiritual dalam rangka menuju sumber kebenaran. Agama fokus pada revolusi batin(spiritual) dan memberi kita cinta. Adapun manajemen batinnya mengikuti fitrah dan wahyu Ilahi.