Kajian Singkat Sunan Nasai (Bag. Terakhir)
* Kandungan Kitab Sunan Nasai
1- Muawiyah meninggalkan sunnah Nabi saw.
Tentu saja Nasai menyebutkan tema lain untuk pembahasan ini, yaitu At-Talbiyah Fi Al-Haj (Bertalbiyah dalam haji). Di dalamnya terdapat sebuah poin penting untuk diketahui:
Said bin Jubair berkata, “Kita pernah di tanah padang Arafah bersama Ibnu Abbas. Ibnu Abbas (yang pada akhir usianya buta sehingga tidak dapat melihat apa pun) berkata, “Aku tidak mendengar orang-orang bertalbiyah.”
Aku menjawab, “Mereka takut kepada Muawiyah.”
Lalu Ibnu Abbas keluar dari kemahnya dan berucap dengan suara keras, “Labbaikallahumma labbaik! Mereka telah meninggalkan sunnah Nabi karena kebencian terhadap Ali.””[1]
Dalam hasyiah Sunan Nasai disebutkan, “Maksudnya, Ali menjaga sunnah-sunnah Nabi, akan tetapi mereka meninggalkannya hanya karena kebencian terhadap Ali.” Ini mungkin yang dikeluhkan oleh Dzahabi tentang Nasai, yaitu karena menyimpang dari Muawiyah.[2]
2- Sujud di atas tikar
عَنْ مَيْمُونَةَ أنَّ رَسُولَ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي عَلَى الْخُمْرَةِ
Maimunah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw. selalu shalat di atas khumrah[3] (tikar atau anyaman daun kurma dengan ukuran kecil, yaitu hanya muat untuk meletakkan tangan dan dahi saat sujud).”
Terdapat perbedaan antara kalimat “أنَّ رَسُولَ الله صَلَّى” dengan “أنَّ رَسُولَ الله كَانَ يُصَلِّي”. Kalimat yang kedua menjelaskan kontinuitas dan sirah beliau saw.
3- Jamak antara dua shalat
Menurut nukilan Ahlu Sunnah, di antara para sahabat terdapat beberapa orang seperti Ibnu Abbas, Abu Ayyub, Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Umar yang membolehkan jamak antara dua shalat.
Dinukil dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi saw. sering menjamak antara shalat zuhur dengan asar dan maghrib dengan isya di Madinah tanpa ada ketakutan dan juga hujan.”
Ditanyakan kepada beliau (Ibnu Abbas), “Kenapa demikian?”
Ibnu Abbas menjawab, “Supaya tidak memberatkan umatnya.”[4]
Selain itu, masih terdapat riwayat lain dari Ibnu Umar dan juga Ibnu Abbas dalam Kitab Sunan Nasai di halaman yang sama.
4- Jumlah takbir dalam shalat mayit
Dalam shahih Nasai disebutkan bahwa Ibnu Abi Laila berkata, “Sesungguhnya Zaid bin Arqam menshalati satu jenazah dan bertakbir sebanyak 5 kali. Kemudian Zaid berkata, “Rasulullah saw. juga bertakbir seperti itu.””[5]
Adapun saat Rasulullah saw. bertakbir 4 kali dalam beberapa kasus kemungkinan untuk suatu kekhususan dan alasan tertentu.
* Syarah Dan Kritik Kitab Sunan Nasai
Terdapat beberapa syarah dan kritik terkait Sunan Nasai yang dapat disebutkan sebagai berikut:
1- Zahr Ar-Ruba, Suyuti (Syarah ini terdapat dalam hasyiah litografi Sunan Nasai).
2- Bughyah Ar-Raghib, Sakhawi, 1 jilid.
3- Taqrib As-Sa’iy Fi Marasil An-Nasai, Kasrawi Hasan.
4- Is’ad Ar-Ra’iy Bi Ifrad Wa Zawaid An-Nasai, Kasrawi Hasan, 2 jilid.
5- Shahih Sunan An-Nasai, Albani, 3 jilid.
6- Dhaif Sunan An-Nasai, Albani, 1 jilid.
Dalam dua kitab terakhir, hadis-hadis shahih dikumpulkan di satu bagian dan hadis-hadis dhaif juga diletakkan dalam bagian lain.
==========================
[1] Sunan Nasai, jilid 5, halaman 253.
[2] Dzahabi, “Hanya saja dalam dirinya terdapat sedikit unsur tasyayyu’ dan menyimpang dari musuh-musuh Imam Ali, seperti Muawiyah dan Amr bin Ash. Semoga Allah memaafkannya.” [Siyar A’lam An-Nubala’, jilid 14, halaman 133]
[3] Sunan Nasai, jilid 2, halaman 57.
[4] Ibid, jilid 1, halaman 290.
[5] As-Sunan Al-Kubra, jilid 1, halaman 642.