Kepemimpinan Ilahi, Berbudaya Insani
Agama menurut antropog Barat adalah bagian dari budaya. Pendapat demikian memiliki implikasi terhadap pemahaman agama, yang menganggap bahwa agama diciptakan manusia. Islam sebagai sebuah agama tentu tidak berpendapat seperti itu. Islam adalah ajaran yang bersumber dari Tuhan. Konsep dan pemahaman tentang Tuhan menjadi penting dalam pandangan Islam.
Tuhan adalah pencipta dan pemilik manusia dan seluruh alam semesta. Ia lebih tahu dari manusia tentang berbagai urusan, oleh karena itu Dia lah sumber pengetahuan yang denganNya manusia akan selamat dunia dan akhirat.
Kepemimpinan Ilahi dapat diartikan kepemimpinan yang berasal dari wahyu Ilahi. Karena bersumber dari perintah Ilahi, maka kepemimpinan Ilahi pasti bersesuaian dengan akal, fitrah, dan potensi manusia. Oleh karena itu kepemimpinan Ilahi akan menghasilkan budaya Insani. Kepemimpinan yang bersumber dari ajaran agama berawal ketika Nabi Adam AS. Diciptakan (2:30). Kepemimpinan dalam Islam merupakan wakil Allah di muka bumi. Seperti para Nabi dan Rosul. Nabi dan Rosul kadang juga menjadi Imam seperti Nabi Ibrahim AS.(2: 124).
Definisi Kepemimpinan dan unsur-unsur Kepemimpinan
Stephen P. Robbins mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Sedangkan Rauch dan Behling berpendapat bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.
Sedangkan arti kepemimpinan dalam Islam dapat disejajarkan dengan Imamah. Seorang Imam adalah yang menjalankan Imamah. Kepemimpinan dalam Islam terdiri dari tiga tipe kepemimpinan yaitu kepemimpinan masyarakat/politik, kepemimpinan agama, dan kepemimpinan wilayah (manusia sempurna).
Kepemimpinan dalam masyarakat artinya kepemimpinan yang fungsinya mengelola masyarakat untuk mencapai tujuan masyarakat, seperti jabatan kepala negara dan pemerintahan. Sedangkan kepemimpinan agama adalah kepemimpinan yang berfungsi memberi arahan dan petunjuk di bidang agama, seperti para Faqih, Ulama, dan Hakim. Sedangkan kepemimpinan wilayah adalah kepemimpinan sebagaimana konsep wali kutub yaitu konsep manusia sempurna yang ada pada setiap zaman.
Kepemimpinan dalam Islam dapat juga dibagi pada kepemimpinan mutlak dan kepemimpinan relatif. Kepemimpinan mutlak adalah kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang ma’sum sedangkan kepemimpinan relatif adalah kepemimpinan yang dipimpin oleh pemimpin yang tidak ma’sum.
Kepemimpinan terdiri dari beberapa unsur yaitu: Pemimpin, yang dipimpin, tujuan organisasi interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin, dan hasil interaksi berupa kegiatan dalam upaya mencapai tujuan.
Pemimpin
Menentukan Pemimpin seperti Nabi dan Imam adalah urusan Tuhan. Sebagaimana firman Tuhan: “Dan ingatlah, ketika Ibrahim diuji TuhanNya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia(Allah) berfirman, “sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia”. Dia(Ibrahim) berkata,”dan juga dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(benar,tetapi) janjiKu tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Yang di Pimpin
Rosulullah lahir, tumbuh, dan dewasa di Mekah. Beliau berupaya menyebarkan Islam di Mekah dengan sekuat tenaga. Hinaan, siksaan, cercaan, dan boikot yang kejam Ia rasakan. Masyarakat Mekah menolak Rosulullah. Oleh karena itu Beliau tidak mendirikan Negara Islam di Mekah. Beliau mendirikan Negara Islam di Madinah karena masyarakat Yatsrib menerima Beliau sebagai pemimpin mereka.
Nabi muhammad SAW tidak memaksakan dengan kekerasakan untuk mendirikan negara Islam, ia menyebarkan Islam dengan Ilmu dan perbuatan. Jadi dapat dikatakan budaya kekerasan dengan alasan untuk mendirikan atau menegakkan syariat Islam tidak atau bukan berasal dari Nabi. Tindakan kekerasan dan main hakim sendiri demi agama adalah perbuatan bid’ah.
Kesiapan masyarakat untuk dipimpin merupakan syarat bagi didirikannya sebuah negara atau masyarakat Islam. Hal ini pernah dilakukan Iran ketika akan menetapkan dasar hukum Islam di Iran dengan mengadakan referendum. Hasil referendum menyatakan bahwa 98,2 % rakyat Iran memilih hukum Islam(Kepemimpinan relatif).
Tujuan Kepemimpinan
Tujuan kepemimpinan terkait dengan tujuan penciptaan dan tujuan hidup manusia secara umum. Dalam al Qur’an dijelaskan Inna lillah wa Inna ilaihi roojiuun, dalam ayat lain dijelaskan bahwa tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah. Tujuan kepemimpinan dalam Islam selalu dikembalikan pada Tuhan.
Interaksi antara Pemimpin dengan yang Dipimpin
Hubungan yang dipimpin dengan pemimpin dibangun melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu seorang pemimpin haruslah orang yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Yang dikomunikasikan berupa pesan-pesan Ilahi atau wahyu Ilahi. Manusia yang mengkomunikasikan wahyu Ilahi idealnya adalah orang yang mengenal Tuhan sebagai sumber pesan. Oleh karena itu perlunya pemimpin orang suci agar dapat berkomunikasi dengan yang maha suci.
Hasil Interaksi (Kegiatan yang Dipimpin dalam Upaya Meraih Tujuan)
Kegiatan atau aktivitas anggota organisasi atau struktur organisasi dalam upaya meraih tujuan berkenaan dengan kemampuan sumber daya manusia didapat lewat pendidikan(pengaruh) yang dilakukan oleh pemimpin. Hasil interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin dapat dilakukan secara bertingkat yaitu pemimpin tertinggi atau pemimpin yang tidak dipimpin, ke dua pemimpin yang juga dipimpin, dan yang terakhir hanya yang dipimpin.
Kaderisasi dan pembinaan berkelanjutan merupakan upaya pemimpin untuk menjaga dan mengembangkan Islam agar tetap berjaya. Berlepas tangan atas pembinaan/ kaderisasi bagi kader berikutnya merupakan tindakan yang dlolim dan hal itu mustahil bagi ma’sumin.
Oleh karena itu peristiwa Ghadir Hum, menunjukkan bahwa Rosul telah melakukan kaderisasi bagi calon pemimpin berikutnya. Rosul menyampaikan pesan terakhir yang berkenaan dengan pengangkatan Sayidina Ali sebagai Imam. Kepemimpinan Imam Ali AS. Berlanjut hingga para Imam berikutnya yaitu Imam Mahdi AS. Setiap ma’sum adalah pemimpin yang berhasil yang telah menyampaikan pesan Ilahi sesuai konteks zamannya.