Keutamaan Akhlak dan Ucapan Nabi Isa a.s. dalam Riwayat Ahlul Bait a.s.
Berkenaan dengan sebagian keutamaan akhlak dan ucapan Nabi Isa a.s. terdapat banyak riwayat yang dinukil melalui jalur Ahlul Bait a.s., di antaranya dapat kita sebutkan sebagai berikut:
1- Zuhud
Zuhud adalah salah satu keutamaan akhlak Nabi Isa a.s. Seperti nabi-nabi lainnya, Nabi Isa a.s. juga menjauhi kemewahan dunia dan kerlap-kerlipnya. Beliau enggan membebankan pekerjaannya kepada orang lain.
Tentang kezuhudan Nabi Isa a.s. ini, Imam Ali a.s. dalam Nahjul Balaghah berkata, “Isa putra Maryam a.s. menggunakan sebongkah batu untuk bantalnya, memakai pakaian kasar dan memakan makanan kasar, bumbunya adalah lapar, lampunya di malam hari adalah bulan, tempat berteduhnya di musim dingin hanyalah hamparan bumi timur dan barat, buah-buahan dan bunga-bungaannya hanyalah yang tumbuh dari bumi bagi ternak. Ia tidak mempunyai istri untuk menggodanya dan tidak pula putra untuk memberikan kepedihan kepadanya. Tidak ada kekayaan untuk memalingkan (perhatiannya) dan tidak ada keserakahan untuk menghinakannya. Kedua kakinya adalah kendaraannya dan kedua tangannya adalah pelayannya.[1]
2- Seimbang dalam ‘takut dan berharap’
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin adalah rasa takut terhadap azab Ilahi dan mengharapkan rahmat Allah. Sebagian hamba Allah yang mukhlis senantiasa merasa takut karena keimanan penuh mereka terhadap neraka dan azab Ilahi, namun di antara mereka tedapat orang-orang yang lebih tinggi kedudukannya, yaitu orang-orang yang seimbang dalam rasa takut dan harapan.
Berkenaan dengan hal ini, Imam Ridha a.s. berkata tentang Nabi Isa a.s., “Nabi Isa a.s. terlihat menangis dan tertawa, berbeda dengan Nabi Yahya a.s. yang hanya terlihat menangis dan tidak pernah terlihat tertawa. Kondisi yang ditampakkan oleh Nabi Isa a.s. lebih baik dari kondisi yang diperlihatkan oleh Nabi Yahya a.s.[2]
3- Berkhidmat kepada makhluk
Karena Tuhan seluruh makhluk Maha Esa dan semuanya bersumber dari-Nya, maka tidak boleh berpikir bahwa keharusan berbuat baik hanya berlaku untuk sesama manusia atau sesama agama atau mazhab saja, bahkan hukum ini mencakup binatang juga; artinya seorang hamba Allah yang baik bahkan memiliki perhatian terhadap binatang sekalipun.
Dalam hal ini diriwayatkan bahwa dalam suatu perjalanan ketika Nabi Isa a.s. bersama hawariyun sampai di pantai, beliau melemparkan sepotong roti ke laut. Salah seorang sahabat bertanya kepada beliau, “Wahai Ruhullah! Kenapa Anda berbuat demikian? Roti tersebut adalah makanan Anda.” “Potongan roti itu aku lemparkan ke laut untuk santapan salah satu binatang laut. Pahala perbuatan tersebut sangat besar,” jawab Nabi Isa a.s.[3]
4- Fokus kepada akhirat
Meskipun dunia juga penting bagi manusia, akan tetapi jika dibanding dengan kehidupan akhirat tidak ada apa-apanya. Oleh karena itu, Nabi Isa a.s. berkata kepada hawariyun, “Ketika agama kalian selamat, jangan bersedih karena kehilangan dunia; sebagaimana orang-orang yang hanya mengejar kehidupan dunia, ketika dunia mereka selamat, tidak akan bersedih karena kehilangan agama mereka.”[4]
5- Mengetahui dampak sifat tercela
Para nabi utusan Allah swt. bertugas memberikan petunjuk kepada umat manusia. Salah satu tugas mereka adalah menjelaskan dampak negatif dari sifat tercela dan perbuatan buruk. Berkenaan dengan hal ini, sebuah riwayat dinukil dari Nabi Isa a.s., “Barangsiapa banyak bersedih, badannya akan sakit, barangsiapa akhlaknya buruk, ia menyiksa diri sendiri, barangsiapa banyak berbicara, kesalahannya akan banyak, barangsiapa banyak berdusta, tidak akan nilai, dan barangsiapa yang suka cekcok, kewibawaannya akan lenyap.”[5]
6- Mengenal hakikat dunia
Kebanyakan manusia hanya melihat lahiriah dunia saja dan melalaikan hakikatnya. Nabi Isa a.s. menjelaskan batin (hakikat) dunia kepada hawariyun tentang dunia, “Dunia adalah jembatan, maka jadikanlah tempat berlalu, bukan tempat tinggal tetap yang harus dimakmurkan.”[6]
7- Mengenal karakter sahabat
Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap seseorang adalah keberadaan orang-orang yang bergaul dengannya. Ketika hawariyun bertanya kepada beliau, “Dengan siapa kita harus bergaul?” Nabi Isa a.s. menjawab, “Bergaullah dengan orang yang bila kalian melihatnya akan mengingatkan kepada Tuhan, pembicaraannya akan menambah ilmu kalian dan perbuatannya akan mendorong kalian beramal untuk akhirat.”[7]
8- Tentang banyak bicara
Ulama senantiasa memaparkan dampak negatif dari banyak bicara. Dalam hal ini, Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata, “Nabi Isa a.s. selalu berkata, “Jangan berbicara selain untuk mengingat Allah swt. Orang-orang yang banyak berbicara, hati mereka akan mengeras, namun mereka tidak sadar.”[8]
==============================
[1] Nahj Al-Balaghah, Khutbah 160.
[2] Qishash Al-Anbiya’, Said bin Hibatullah Quthbuddin Rawandi, halaman 273.
[3] Al-Kafi, Muhammad bin Ya’qub Kulaini, jilid 4, halaman 9.
[4] Al-Amali, Muhammad bin Ali Shaduq, halaman 496.
[5] Ibid, halaman 543.
[6] Al-Khishal, Muhammad bin Ali Shaduq, jilid 1, halaman 65.
[7] Al-Kafi, jilid 1, halaman 39.
[8] Ibid, jilid 2, halaman 114.