Kiat Meraih Cinta Allah Swt Menurut Al-Habib Abdullah Al-Haddad[
Hendaklah engkau mencintai Allah sehingga Dia lebih engkau cintai daripada segala sesuatu selain-Nya. Bahkan tidak ada Kekasih bagimu kecuali Dia. Dan sebab kecintaan pada Sang Kekasih adalah karena dua hal: Adanya kesempurnaan padan-Nya atau mendapatkan anugerah/karunia dari-Nya.
Bila engkau mencintai karena kesempurnaan, maka kesempurnaan dan keindahan serta kebesaran adalah semata-mata milik Allah Swt yang tiada sekutu bagi-Nya. Adapun penampakan kesempurnaan dan makna kesempurnaan pada sebagian makhluk atau munculnya daya tarik keindahan pada mereka, maka pada hakikatnya yang menyempurnakan dan memperindah pelbagai ciptaan itu adalah Allah Swt, bahkan Dia-lah yang mewujudkan dan menciptakannya. Andaikan Allah tidak mengaruniai nikmat wujud kepada makhluk tersebut, niscaya mereka akan hilang dan binasa. Dan andaikan Allah tidak menganugerahi mereka daya kreasinya, niscaya mereka tampak buruk dan tidak layak dipandang.
Dan bila engkau mencintai karena adanya karunia-Nya, maka sesungguhnya engkau tidak pernah melihat kebaikan dan menyaksikan anugerah serta tidak memandang kemuliaan dan kenikmatan padamu serta atas pelbagai makhluk kecuali Allah-lah yang mengaruniai seluruh pemberian tersebut dengan kedermawanan dan keluasan kasih-Nya.
Berapa banyak kebaikan yang dianugerahkan kepadamu dan berapa banyak kenikmatan yang dikucurkan kepadamu. Dia adalah Junjunganmu dan Pemimpinmu yang menciptakan kamu dan membimbingmu, yang di tangan-Nya kematian dan kehidupanmu. Dia-lah yang memberimu makanan dan menghilangkan dahagamu. Dia-lah yang melindungimu dan mengasuhmu, dan Dia pula yang menenteramkan dan mengamankanmu. Ia melihat keburukanmu lalu menutupinya dan kamu meminta ampun atas dosamu lalu Dia mengampunimu. Ia melihat keindahan darimu lalu Ia memperbanyak dan menampakkannya dan kamu menaati-Nya atas taufik dan inayah-Nya dan Ia menyebut namamu di alam gaib, dan Ia mengagungkanmu dan menanamkan kecintaan padamu di dalam hati manusia. Dan saat engkau bermaksiat kepada-Nya atas pelbagai karunia-Nya, maka Ia tetap mengucurkan kebaikan-Nya kepadamu meskipun engkau menentang-Nya. Maka, mana mungkin engkau patut untuk mencintai selain Yang Maha Pengasih, yaitu Tuhan Yang Maha Dermawan ini?! Atau bagaimana mungkin engkau melanjutkan dosa dan kemaksiatanmu kepada Tuhan Sang Maha Pengatur yang penuh kasih ini?!
Dan ketahuilah bahwa dasar mahabbah (cinta) adalah ma’rifat (pengetahuan) dan buahnya adalah musyahadah (penyaksian) dan derajat yang paling rendah darinya adalah hendaklah cinta kepada Allah mendominasi hatimu. Dan tanda ketulusan cinta itu adalah hendaklah engkau tidak memenuhi ajakan orang yang paling engkau cintai ketika ia menyuruhmu kepada sesuatu yang mengundang kemurkaan Allah, seperti perbuatan maksiat atau meninggalkan taat. Dan derajat cinta yang paling tinggi adalah hendaklah engkau tidak meletakkan dalam hatimu cinta selain Allah dan ini adalah hal yang mulia dan kelanjutannya lebih mulia darinya. Dan saat kondisi ini berlanjut terus, maka kemanusiaan akan luluh dan darinya timbul ketenggelaman dalam cinta kepada Allah Swt sehingga manusia tidak akan lagi merasakan keberadaan (mengalami kefanaan—pen.) dan melupakan keluarganya.
Dan ketahuilah bahwa cinta kepada Rasulullah saw dan seluruh para nabi serta para malaikat-Nya dan hamba-hamba-Nya yang saleh dan segala sesuatu yang membantu ketaatan kepada-Nya, semua itu merupakan bentuk cinta kepada Allah. Dan Nabi saw bersabda: “Cintailah Allah karena Ia senantiasa memberi kalian pelbagai nikmat-Nya dan cintailah aku karena cinta kepada Allah dan cintailah ahlul baitku karena cinta kepadaku.”[2]
Diriwayatkan dalam hadis qudsi bahwa Allah Swt berfirman: “Aku telah wajibkan kecintaan-Ku kepada orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan saling duduk berdekatan (bergaul) karena Aku, dan orang-orang yang saling berkunjung satu sama lain karena Aku, dan orang-orang yang saling memberi karena Aku.”[3]
Dan cinta yang benar memiliki tanda-tanda, dan tanda cinta yang paling besar dan paling tinggi adalah mengikuti Rasul saw secara sempurna, dalam ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan dan akhlak-akhlaknya. Allah Swt berfirman: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali ‘Imran: 31). Dan cinta kepada Allah meniscayakan mengikuti kekasih Allah (Rasulullah saw). Jika kadar cintanya besar maka kadar mengikutinya juga besar dan jika sedikit maka kadar mengikutinya juga sedikit.
[1] Tulisan ini diterjemahkan dan disarikan dari kitab Risalah al Mu’awanah wa al Muzhaharah wa al Muwazarah, karya al Imam al ‘Arif Billah al Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al Haddad al Hadrami al Syafi’i, terbitan Dar al Kutub al Islamiyah, tahun 2010.
[2] Hadis tersebut diriwayatkan oleh Turmudzi, begitu juga al Hakim dalam Mustadrak-nya, dan Turmudzi mengatakan: “Ini adalah hadis hasan gharib.”
[3] Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Malik dalam bab Ma ja’a fil Mutahabin fillah dengan sanad yang sahih dan juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dan juga al Hakim dalam al Mustadrak dan Al Baihaqi dalam al Sunan al Kubra dan Al Thabrani dalam al Mu’jam. Mereka semua meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal.