Manajemen dan Cara Mengelola Perut dari Hasan al-Bashri
Perut adalah biang dan sumber penyakit. Demikian kandungan hadis yang disampaikan oleh Nabi saw. Karena itu, keberhasilan mengelola perut merupakan cara jitu untuk mendapatkan kesehatan dan keamanan dari penyakit.
Kaum sufi memberikan perhatian khusus dalam masalah manajemen perut, bahkan sebagian mereka menganggap banyak makan sebagai penghalang serius dalam perjalanan spiritual dan suluk menuju Allah Swt. Perut kenyang dianggap penutup jalan makrifat dan pencipta kemalasan dalam ibadah dan perjuangan. Maka, makrifat dan kelezatan ibadah hanya dirasakan oleh “perut kosong” alias orang yang lapar dan rajin berpuasa dan berbagi terhadap sesama.
Tulisan singkat ini hendak memperkenalkan kepada kita bagaimana mengatur urusan perut sebagaimana yang diajarkan oleh tokoh kesohor, Syekh Hasan al-Bashri.
Pada kesempatan kali ini, saya kira ada baiknya jika kita mengenang kembali peristiwa yang terjadi pada Hasan al-Bashri berkenaan dengan cara mengelola perut. Beliau pernah ditanya tentang keadaan manusia dan keadaannya sendiri, lalu beliau menjawab: Celakalah kita! Apa yang telah kita lakukan terhadap diri kita? Kita telah mengebiri agama kita dan mengeyangkan dunia kita serta merusak akhlak kita dan memperbaiki tempat tidur kita dan pakaian kita.[1]
Allamah Ibnu Abidin menyebutkan hukum-hukum yang berkenaan dengan makanan. Saya akan menjelaskannya sehingga kita menjadi mengerti.
Hukum-hukum makanan
1-Wajib: Yang bersangkutan akan mendapatkan pahala selama ia memakan makanan sekadar dapat mencegah dirinya dari kematian.
2-Sunah: yang bersangkutan akan mendapatkan ganjaran selama ia makan sekadar untuk membantunya agar kuat melaksanakan shalat dalam keadaan berdiri.
3-Mubah: bila seseorang makan sampai kenyang agar kekuatannya bertambah.
4-Haram: bila seseorang makan sampai lebih dari kenyang; karena yang demikian ini menyia-nyiakan harta dan menyebabkan badan tidak sehat. Dalam suatu hadits disebutkan: Tidak ada tempat yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih jelek daripada perutnya.[2]
Dalam suatu riwayat disebutkan: Allah SWT sangat membenci hal-hal berikut ini:
1-Makan saat belum lapar
2-Banyak Tidur dan jarang bergadang
3-Tertawa tanpa sebab
4-Suara lonceng (ar-rinah) saat musibah
5-Dan (menyembunyikan) seruling saat (mendapatkan) nikmat[3]
Sebagian pujangga berkata:
Ada tiga hal yang menghancurkan manusia dan membuat sehat menjadi sakit
Banyak minum arak, sering hubungan seks, dan makan saat kenyang
Sebagian orang bijak berkata:
Barangsiapa banyak makan maka ia banyak minum, dan barangsiapa yang banyak minum maka ia banyak tidur, dan barangsiapa yang banyak tidur maka ia banyak mencerna, dan barangsiapa yang banyak mencerna maka hatinya keras, dan barangsiapa yang hatinya keras maka ia tenggelam dalam dosa!
Dalam riwayat lain dikatakan: Sumber segala penyakit adalah banyak makan.
Menurut hemat saya, Rasulullah saw telah menyampaikan—melalui sabdanya: Tidak ada tempat yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih jelek daripada perutnya—suatu hikmah yang indah. Ibnu Rajab mengatakan dalam Jami`ul Ulum wal Hikam 2/468: “Hadis ini merupakan pondasi utama dalam bidang kedokteran.” Bahkan Ibnu Masawih, seorang dokter, ketika membaca hadis ini dalam kitab “Abi Haitsamah” mengatakan: “Seandainya orang-orang memperhatikan pernyataan ini niscaya mereka akan selamat dari berbagai penyakit, dan berbagai klinik dan apotik akan tutup.” Beliau mengatakan demikian itu karena asal segala penyakit adalah pencernaan.
Dengan logika demikianlah Rasulullah saw mendidik para sahabat setianya, dan atas dasar prinsip inilah para sahabatnya yang mulia berkembang, sehingga mereka mengikatkan batu di atas perut mereka dan mereka tidak beralas kaki, bahkan mereka pun pernah makan daun-daun pohon.
Wahai para kekasih kami dan anak-anak kami! Demi Allah, kita telah mengambil sesuatu tanpa kita sadari, dan sebenarnya kita menuju jurang kehancuran namun kita tidak mengetahui; kita telah menyia-nyiakan agama kita; kita telah mengabaikan peninggalan kita; kita telah menyimpang dari jalan kaum salaf kita. Sehingga perut kita menjadi seperti api Jahanam dimana setiap kali dicampakkan di dalamnya sekelompok manusia maka ia akan berkata: apakah ada tambahan lagi?
Dan termasuk fitnah besar yang dialami oleh dunia Islam, baik di masa lalu maupun di masa sekarang adalah fitnah perut. Adalah hal yang menyedihkan jika kita melihat keadaan Muslimin sekarang, dimana mereka berlomba-lomba di bidang ini. Ironis sekali jika mereka bangga dengan perut besar dan ketamakan dalam makan serta kecenderungan yang luar biasa kepada makanan dan minuman. Sehingga pada akhirnya kita menjadi tawanan perut, dan kita tidak memiliki pembicaraan selainnya. Dan akibatnya adalah, kaum Muslim lambat dalam melaksanakan kewajiban dan tidak bersemangat dalam mengerjakan kebaikan dan hati mereka mati karena cinta kepada syahwat, hingga mereka meniadakan banyak dari syiar Islam demi mewujudkan apa yang diinginkan oleh perut.
[1] Silakan Anda merujuk kitab “Hayat at-Tabi`in”, karya DR. Abdurrahman Basya
[2] Silakan Anda merujuk kitab “Hayat at-Tabi`in”, karya DR. Abdurrahman Basya, dan kitab kami “Samirul Mu`minin”, cetakan 7, hal. 288. Bukhari meriwayatkan dalam kitab “adh-Dhu`afa’” dan Ibnu Abi Dhunya dalam kitab al-Ju` bahwa Aisyah berkata: Bencana pertama yang menimpa umat ini sepeninggal Nabinya adalah rasa kenyang. Sesungguhnya suatu kaum apabila telah kenyang perutnya maka badan mereka akan menjadi gemuk lalu hati mereka menjadi lemah dan hawa nafsu mereka akan berkobar. Juga diriwayatkan dalam at-Targhib: 3/137, dan silakan lihat juga “Hayat ash-Shahabah”, karya Syeikh Muhammad Yusuf al-Kandahalawi.
[3] Hadist ini diriwayatkan oleh Ibnu `Amr bin Ash dengan sanad yang lemah, namun maknanya shahih.