Manusia dan Menempatkan Pelindung[1] Terbaik
Sekarang beberapa remaja cukup menikmati dengan menyebut dirinya sebagai generasi Ambyar. Kelompok anak-anak remaja putra dan putri patah hati, generasi mundur alon-alon, generasi galau, tidak pusing dengan masa depan, menghabiskan waktu dengan ketidakjelasan, generasi tanpa memiliki impian, generasi yang salah dalam memilih tempat berlindung atau melampiaskan kegalauan hati.
Allah swt sebagai pencipta manusia sangat mengerti dengan semua kebutuhan yang dimiliki manusia. Termasuk apa-apa yang dibutuhkan manusia diusia remaja. Bukan hanya itu, Allah bahkan juga sudah menyiapkan apa saja yang secara primer maupun sekunder dibutuhkan manusia. Manusia adalah makhluk yang sangat bergantung, manusia tanpa adanya oksigen dalam 30 menit saja sudah tidak mampu bertahan. Allah pun menempatkan manusia di bumi, sebuah planet yang penuh dengan oksigen dan sumber-sumber alami produsen oksigen.
Andai ada kekurangan dan kerusakan seperti kasus kabut sehingga orang kesulitan bernafas, itu tidak lain adalah karena adanya unsur kesalahan dari manusia itu sendiri. Membakar hutan, membuka lahan, demi keserakahan pribadi dan perusahaan yang dikelola. Demi mendapat jumlah uang yang lebih berlipat lagi. Orang-orang yang meyakini uang sebagai pelindung terbaik.
Secara jelas manusia diperintahkan Allah untuk berlindung, qul a’uzu…, katakanlah “aku berlindung…., kepada apa dan siapa berlindung?, jelas diperintahkan berlindung kepada yang paling bisa melindungi, Yang Maha kuasa.
Kejadian meminta perlindungan dalam Quran bisa kita lihat dalam kisah Nabi Nuh as. Beliau sudah berdakwah hampir 1000 tahun namun yang mengikuti ajaran beliau hanya segelintir saja, Allah menguji Nabi Nuh as, Dia menyuruh sang Nabi untuk membuat kapal ditengah-tengah daratan yang jauh dari sungai atau laut, beliau harus sabar mendengar ejekan dan cercaan dari kaumnya sendiri, disebut pandir, bodoh, gila, kurang kerjaan dan semacamnya, lalu dihari yang dijanjikan ternyata pada awalnya langit tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa akan segera hujan, namun setelah itu Allah memerintahkan langit dan bumi untuk mengeluarkan air sehingga terjadi banjir bandang. Ketika banjir sudah benar-benar terjadi, ternyata anak Nabi Nuh sendiri ada yang tidak beriman kepada beliau, ketika diajak naik kapal anak itu berkata, aku akan mencari gunung yang lebih tinggi (dan aku akan selamat), ajakan Nabi Nuh ini sebenarnya bukan ajakan seorang ayah kepada anaknya, lebih kepada ajakan seorang Nabi kepada umatnya, namun pemuda itu meyakini adanya pelindung yang lebih unggul dengan penalarannya sendiri, dia yakin gunung bisa mengalahkan banjir, padahal Allah dengan mengajaknya naik ke atas perahu bukan menyuruh naik ke gunung sedang berkata bahwa banjir ini akan melampaui gunung juga. Akhirnya anak durhaka itu pun ikut binasa bersama orang-orang kafir lainnya.
Dalam kehidupan ini kita juga sering dihadapkan dengan dua pilihan untuk dijadikan sebagai pelindung, menjadikan Allah sebagai pelindung atau menjadikan logika matematik kita sebagai pelindung, misal ada yang sedang bekerja ditempat maksiat, dia mendapat gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perbulannya ketika dia bekerja disana, dia berpikir bahwa jika dia keluar dari tempat bekerjanya itu maka anaknya akan kehilangan rizki, disini dia lalai bahwa Allah adalah sebaik-baik penjamin, Dia menjamin rizki setiap manusia, bahkan semua makhluk yang ada diseluruh alam semesta. Uang yang ia dapatkan di tempat maksiat bukanlah sebuah rizki, uang dari tempat-tempat seperti itu sulit menjadikan seseorang mendapat keberkahan, rumah tangga pun tidak akan bahagia, selalu gelisah, selalu terjadi seteru, anak-anak kurang mendapat perhatian dan selamanya, rizki Allah adalah rizki yang membawa keberkahan dalam keluarga.
Allah adalah sebaik-baik pelindung, manusia semuanya sudah dijamin rejekinya oleh Allah swt.
Allah berfirman
وَ يا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّماءَ عَلَيْكُمْ مِدْراراً وَ يَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلى قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمينَ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa“. [2]
Jika manusia mau beristighfar dan bertaubat maka bagi mereka disediakan limpahan rizki, dalam ayat ini disebut yursilu sama’a midrara, menurunkan hujan yang sangat deras, ini adalah gambaran limpahan rizki dari Allah, seperti kita baca dalam surat albaqarah,
وَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُوْا ِللهِ أَندَاداً وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْن
….dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menumbuhkan dengan hujan itu segala jenis buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.[3]
Namun sayang karena sering kali manusia mengedepankan logika dan matematika materiil mereka dari Allah, berulang-ulang Allah memerintahkan untuk hanya kepadanya bersandar, menjadikan Dia sebagai wakil karena Dia adalah sebaik-baik wakil. Namun tidak dihiraukan.
إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ رَبِّي وَ رَبِّكُمْ ما مِنْ دَابَّةٍ إِلاَّ هُوَ آخِذٌ بِناصِيَتِها إِنَّ رَبِّي عَلى صِراطٍ مُسْتَقيمٍ
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku berada di atas jalan yang lurus.[4]
Seyogyanya kita bertawakal kepada Allah karena Dia Yang Paling Kuasa, tidak ada yang berada diluar-Nya, semua rizki berasal dari-Nya. Dari sini seyogyanya semua hal kita kembalikan kepada-Nya, berlindung kepada-Nya, melakukan iyyaka nasta’in kepada-Nya dalam segala hal, ketika sakit hati kita mengadu kepada-Nya, sungguh tidak bijak untuk membiarkan diri menjadi generasi sakit hati, generasi yang tertolak dan hidup berlarut-larut dalam ketidak pastian. Indonesia adalah bangsa maju tak gentar, bukan mundur alon-alon, dengan keyakinan kuat pada-Nya, singkirkan rintangan, tidak perlu menyerah, cari inovasi baru, kalau melamar ditolak lamar lagi yang lain sampai dapat, sambil dipersiapkan yang seharusnya dipersiapkan. Semoga pemuda-pemudi Indonesia dan seluruh dunia menjadi generasi yang optimis dan senantiasa berpikir positif.
[1] Berlindung dalam KBBI – ber·lin·dung adalah kata kerja yang bermakna, menempatkan dirinya di bawah (di balik, di belakang) sesuatu supaya tidak terlihat atau tidak kena angin, panas, dan sebagainya; bersembunyi. (https://kbbi.web.id/perlindungan ) Jadi berlindung adalah memanfaatkan pihak lain baik benda atau non bendawi yang diyakini bisa memberikan keamanan dari gangguan atau keburukan suatu hal.
[2] Hud : 52.
[3] Al Baqarah: 22.
[4] Hud: 56.