Membincang Wacana Peradaban Baru Islam
Setelah pada abad-abad yang lalu pernah berjaya di dunia, peradaban Islam mengalami kemunduran. Pada saat yang sama, setelah revolusi industri, dan kemajuan teknologi dan memanfaatkan berbagai sarana yang dimiliki, dunia Barat melakukan hal besar menuju kenyamanan dan kesejahteraan kehidupan material manusia.
Kelemahan internal negara-negara Islam dan perasaan minder yang berlebihan dari bangsa-bangsa Islam dalam menghadapi kemajuan Barat menyebabkan sebagian orang yang terpengaruh westernisasi, menganggap jalan kemajuan adalah dengan mengikuti peradaban baru dari Barat ini.
Meski segala kemajuan telah diraih untuk menciptakan kenyamanan material, namun hal itu masih belum mampu meraih kenyamanan yang sesungguhnya, yaitu ketentraman jiwa dan pikiran.
Sejak muncul untuk pertama kali, agama Islam berada di sebuah jalur untuk membangun peradaban. Menariknya, peradaban Islam tersebut berakar di sebuah wilayah yang sangat jarang muncul manifestasi peradaban darinya, yaitu di Jazirah Arab. Itu pun muncul pada suatu era ketika dunia berada dalam kegelapan dan peradaban-peradaban besar saat itu sedang menurun.
Dengan adanya beberapa peradaban besar seperti Persia Kuno, Romawi, dan Yunani, peradaban Islam menampilkan wajah baru peradaban dengan beberapa karakter uniknya.
Dalam waktu singkat, peradaban Islam menunjukkan berbagai indikator kemajuan masyarakat dan membangun struktur hukum, ekonomi, pertanian, pendidikan, manajerial dan lainnya untuk masyarakat.
Struktur dan program ini membawa transformasi dan munculnya peradaban terbesar dan paling berpengaruh. Keyakinan terhadap Islam sebagai sistem komprehensif yang memiliki program untuk semua aspek keberadaan manusia dan dunia di semua bidang, menjadi salah satu dasar dan mukadimah terbentuknya satu umat dan peradaban baru Islam.
Peradaban Islam yang didukung oleh agama dan budaya Islam adalah sebuah eksistensi yang hidup, dinamis dan stabil yang meski saat ini jauh dari era puncak keemasannya dan mengalami kemunduran, namun selalu berpotensi untuk memperbarui hidupnya kembali.
Peradaban Islam adalah kumpulan pemikiran, keyakinan, ilmu pengetahun, seni, industri, hubungan politik, sosial, ekonomi, kultural dan bahkan keamanan militer yang telah diraih oleh umat Islam dengan inspirasi ajaran-ajaran Islam selama beberapa abad silam.
Peradaban Islam adalah peradaban religius yang semua unsur dan komponennya bermuara kepada Islam. Oleh karenanya, peradaban Islam memiliki semua karakter peradaban Ilahi dalam kerangka ajaran-ajaran Qurani dan bersandarkan kepada sunnah Nabi saw. Unsur dan komponennya berupa agama, akhlak, ilmu pengetahuan, keadilan, hukum dan undang-undang, prinsip-prinsip keagamaan dan lain-lain.
Pemimpin Revolusi Islam Iran saat ini, Ayatullah Khamenei menyebut peradaban Islam sebagai sebuah ruang yang di dalamnya manusia dapat berkembang dari sisi spiritual dan material, mencapai tujuan yang diinginkan, sebagaimana Allah swt menciptakannya untuk tujuan tersebut; yaitu memiliki kehidupan yang baik dan terhormat, menjadi manusia mulia, memiliki kekuatan dan iradah (keinginan), memiliki inovasi dan kemauan untuk membangun alam dunia. Itulah yang dimaksud dengan peradaban Islam. Tujuan dan cita-cita Republik Islam Iran ke arah sana.
Imam Khamenei juga menyebut spiritualitas dan rasionalitas sebagai pondasi penting dalam peradaban baru Islam.
Prinsip pertama nilai peradaban ini adalah keimanan kepada Islam dan nilai-nilai tauhid. Prinsip keduanya adalah metode dengan akal, Kitab Suci dan sunnah. Sedangkan prinsip praktisnya adalah usaha keras, perjuangan dan kemuliaan.
Sesungguhnya karakter utama perabadan baru Islam terletak pada ketidakterpisahan antara dimensi material dan spiritual. Untuk menunjukkan budaya ini dengan baik, perlu kiranya dimensi-dimensi material dan spiritual senantiasa ditekankan secara bersamaan. Dalam agama dan tradisi Islam, perhatian ini dialihkan dari perhatian yang bersifat individual menuju perhatian yang bersifat sosial.
Oleh karena itu, secara umum yang dimaksud dengan peradaban Islam adalah seluruh capaian umat Islam dalam berbagai bidang ekonomi, kebudayaan, keagamaan, sosial, moral, material, spiritual, industri, dan penemuan yang dimulai sejak masa Nabi Muhammad saw dan dengan perluasan wilayah Islam mencakup perbatasan barat Cina hingga Andalusia.
Maka, dapat dikatakan bahwa indikator-indikator peradaban menurut perspektif para cendikiawan muslim berbeda sesuai dasar-dasar pemikiran dan kondisi lingkungan. Artinya, beberapa indikator peradaban pada setiap era berdasarkan kondisi lingkungan yang selalu berubah dan mengalami pasang surut.
Menghidupkan kembali peradaban Islam adalah sebuah isu fundamental. Mengenalnya tanpa mengetahui prinsip-prinsip dasar pembentukan peradaban Islam tidak akan mungkin. Prinsip-prinsip dasar yang dimaksud adalah dasar-dasar ontologi, teleologi, epistemologi dan metodologi.
Dari sisi ontologis, peradaban ini berada bersamaan dalam dua dimensi material dan spiritual. Dari sisi epistemologis, menganggap karakter orang yang berperadaban tidak hanya dalam kelompok tertentu, namun dalam cakrawala kemanusiaan. Dari sisi teleologis, tujuan final peradaban baru Islam adalah mencari kebahagiaan. Dan dari sisi metodelogis, peradaban ini didasarkan pada etika dan makna.
Hal-hal inilah yang harus diberikan perhatian khusus oleh umat Islam, terutama para elit masyarakat, karena dalam membangun peradaban baru Islam ini, manusialah yang berperan utama dan bahkan eksklusif di dalamnya. Dengan mengenal unsur-unsur dan kondisi muncul dan naiknya peradaban Islam secara mendalam, umat Islam dapat menghidupkan kembali peradaban Islam.
Termasuk keyakinan utama dan mendasar kita sebagai umat Islam, bahwa Al-Quran, tidak diragukan lagi, sebagai kitab petunjuk dan mengandung ayat-ayat penerang yang membuat manusia menjadi bashir (memiliki bashirah dan kesadaran penuh). Hal itu dikarenakan Al-Quran adalah kalamullah, kalam Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui seluruh sisi dan dimensi makhluk ciptaan-Nya.
Oleh karena itu, sesungguhnya manusia akan memiliki peradaban tertinggi bila mengamalkan ajaran-ajaran Sang Pencipta, yaitu perintah-perintah-Nya dan kitab yang suci dari segala penyelewengan. Hanya Kitab suci samawi inilah yang menyuguhkan cahaya bashirah, kesadaran dan peradaban murni.
Setiap peradaban insani memiliki kapasitas khusus sesuai dengan pemikiran dan prinsip dasarnya yang tidak dapat dilampaui. Oleh karena Al-Quran memiliki pemikiran transenden dan selaras dengan fitrah manusia, maka kita meyakini kapasitas peradaban yang dihasilkan dari pemikiran tersebut seluas sejarah umat manusia hingga akhir dunia dan hari kiamat serta tidak akan pernah lenyap. Alasannya karena fitrah manusia tidak pernah berubah dan bersifat permanen.
Singkatnya, kondisi dan persyaratan fundamental untuk menghidupkan kembali peradaban Islam adalah kembali kepada Al-Quran dengan benar, mengikuti sunnah Nabi saw, mewujudkan persatuan, menciptakan sistem, mengidentifikasi tantangan dan bahaya yang mengancam peradaban Islam.