Palestina: Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia, Indonesia Tak Akan Melupakan Dukungan Ini
Annisa Eka Nurfitria, M.Sos—- Palestina, dengan segala sejarah dan signifikansinya bagi tiga agama besar dunia—Islam, Kristen, dan Yahudi—memiliki tempat yang sangat istimewa di hati rakyat Indonesia. Namun, hubungan istimewa ini bukan hanya tentang sejarah atau agama, tetapi lebih dalam lagi, terkait dengan dukungan luar biasa yang diberikan oleh Palestina kepada Indonesia dalam perjuangannya untuk meraih kemerdekaan. Pada saat dunia masih terbagi dan banyak negara ragu untuk mengakui kedaulatan Indonesia yang baru lahir, Palestina dengan tegas menjadi negara pertama yang memberikan pengakuan resmi. Hal ini menjadi tonggak penting dalam hubungan diplomatik kedua negara dan mengukuhkan rasa persaudaraan yang kuat di antara keduanya.
Peran Palestina dalam Pengakuan Kemerdekaan Indonesia
Pada tahun 1944, jauh sebelum Indonesia secara resmi memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Palestina sudah memberikan isyarat dukungannya. Muhammad Amin al-Husaini, Grand Mufti Palestina yang juga pemimpin tertinggi Dewan Palestina, secara terbuka menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia. Pada bulan September 1944, al-Husaini melalui siaran Radio Berlin dalam bahasa Arab, secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia. Siaran ini terus disiarkan ulang selama dua hari berturut-turut, menyebarkan pesan pengakuan dan dukungan kepada seluruh dunia Muslim.
Dukungan ini bukanlah sekadar formalitas. Al-Husaini, seorang tokoh terkemuka di dunia Islam, memiliki pengaruh besar di Timur Tengah dan dunia Muslim secara keseluruhan. Dukungan yang ia berikan kepada Indonesia juga mencerminkan solidaritas yang dalam antara bangsa-bangsa Muslim yang saat itu juga berjuang melawan penjajahan dan mencari kedaulatan mereka sendiri. Dalam konteks tersebut, pengakuan Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia merupakan tindakan yang sangat signifikan, baik secara politik maupun simbolis.
Lobi dan Diplomasi al-Husaini di Timur Tengah
Setelah pengakuan resmi yang diberikan oleh Palestina, al-Husaini tidak berhenti di situ. Ia terus melakukan lobi intensif kepada negara-negara Arab dan Muslim lainnya untuk mengikuti jejak Palestina. Salah satu langkah penting yang diambil al-Husaini adalah menjalin hubungan erat dengan Mesir. Mesir, di bawah kepemimpinan Raja Farouk, kemudian menjadi negara pertama yang memberikan pengakuan de jure terhadap kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946. Pengakuan ini menjadi landasan penting bagi Indonesia dalam usahanya mendapatkan pengakuan internasional yang lebih luas.
Tidak hanya Mesir, al-Husaini juga berperan dalam meyakinkan negara-negara Arab lainnya, seperti Lebanon, Suriah, Arab Saudi, dan Yaman, untuk segera memberikan pengakuan terhadap Indonesia. Pengakuan ini sangat penting dalam konteks diplomasi global, karena membuka jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengakuan resmi dari negara-negara lain di dunia, termasuk di PBB.
Perjuangan Bersama Melawan Penjajahan
Perjuangan Palestina untuk mendukung kemerdekaan Indonesia tidak hanya terbatas pada pengakuan resmi. Pada tahun 1948, ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk mencoba merebut kembali kendali atas Indonesia, negara-negara Arab, atas pengaruh al-Husaini, mengambil tindakan tegas. Pelabuhan dan bandara di negara-negara Arab ditutup untuk kapal dan pesawat militer Belanda, sebagai bentuk protes terhadap upaya Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Tindakan ini merupakan bentuk solidaritas yang nyata dari dunia Arab terhadap perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya.
Selain itu, al-Husaini juga menggunakan posisinya sebagai Presiden Kongres Muslim Dunia untuk terus mendorong dukungan bagi Indonesia. Pada Oktober 1944, ia mengirim telegram kepada Duta Besar Jepang di Jerman, Oshima, menuntut agar Jepang segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, seperti yang telah dijanjikan oleh Kaisar Jepang sebelumnya. Telegram ini juga disampaikan kepada Hasyim Asy’ari, ulama besar Indonesia dan pendiri Nahdlatul Ulama, yang kemudian memainkan peran penting dalam menggalang dukungan dari ulama-ulama Muslim di seluruh dunia untuk kemerdekaan Indonesia.
Hubungan Erat antara Tokoh Indonesia dan Palestina
Perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh besar. Hubungan erat antara Muhammad Amin al-Husaini dan Hasyim Asy’ari adalah contoh nyata dari kerja sama internasional yang mendalam ini. Keduanya tidak hanya berbagi pandangan tentang pentingnya kemerdekaan dari penjajahan, tetapi juga bekerja sama dalam memperkuat jaringan ulama di seluruh dunia untuk mendukung perjuangan Indonesia.
Hasyim Asy’ari, yang merupakan kakek dari Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di Indonesia pada masanya. Sebagai pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia, Hasyim Asy’ari memiliki jaringan luas yang mencakup seluruh Indonesia dan dunia Muslim. Ia secara aktif berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Muslim internasional, termasuk al-Husaini, untuk memastikan bahwa perjuangan Indonesia mendapatkan dukungan yang diperlukan di arena internasional.
Dukungan Indonesia untuk Palestina
Setelah mendapatkan pengakuan internasional dan berhasil mempertahankan kemerdekaannya, Indonesia tidak pernah melupakan dukungan yang diberikan oleh Palestina dan negara-negara Arab. Sejak saat itu, Indonesia selalu konsisten dalam menyuarakan dukungan untuk kemerdekaan Palestina di berbagai forum internasional. Komitmen Indonesia terhadap Palestina terlihat jelas dalam kebijakan luar negerinya, yang selalu menempatkan isu Palestina sebagai salah satu prioritas utama.
Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada tahun 2017 mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Indonesia dengan tegas menentang langkah tersebut. Pemerintah Indonesia, bersama dengan negara-negara Muslim lainnya, mengecam keputusan tersebut sebagai tindakan yang melanggar hukum internasional dan resolusi PBB. Menteri Agama Indonesia saat itu, Lukman Hakim Saifuddin, menegaskan bahwa Indonesia memiliki hutang budi kepada Palestina dan bahwa isu Palestina akan terus menjadi bagian integral dari diplomasi Indonesia.
Dukungan Indonesia terhadap Palestina tidak hanya bersifat diplomatis, tetapi juga dalam bentuk bantuan kemanusiaan. Selama bertahun-tahun, Indonesia telah mengirimkan berbagai bentuk bantuan kepada rakyat Palestina, mulai dari bantuan medis hingga bantuan pembangunan infrastruktur. Dukungan ini merupakan wujud nyata dari komitmen Indonesia untuk selalu berada di sisi Palestina dalam perjuangan mereka untuk meraih kemerdekaan dan kedaulatan penuh.
Kesimpulan
Hubungan antara Indonesia dan Palestina adalah salah satu contoh paling kuat dari solidaritas internasional yang didasari oleh sejarah bersama dan nilai-nilai kemanusiaan. Palestina, sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, telah memberikan dukungan yang sangat berarti pada saat-saat kritis dalam sejarah Indonesia. Dukungan ini tidak akan pernah dilupakan oleh rakyat Indonesia, yang sebagai balasannya, berkomitmen untuk selalu mendukung Palestina dalam perjuangan mereka untuk meraih kemerdekaan.
Seiring dengan perjalanan waktu, hubungan ini terus berkembang dan semakin erat. Indonesia dan Palestina tidak hanya berbagi sejarah, tetapi juga harapan dan cita-cita yang sama untuk masa depan yang lebih adil dan damai bagi semua bangsa. Solidaritas yang telah terjalin selama lebih dari tujuh dekade ini akan terus menjadi landasan yang kokoh bagi hubungan bilateral yang kuat dan saling mendukung di antara kedua negara.
Sumber: https://observerid.com/palestine-the-first-to-recognize-indonesian-independence/