Peran menyampaikan, ada pada Pundak Zainab
Annisa Eka Nurfitria, M.Sos—— Untuk sepenuhnya memahami pesan dari Karbala, seseorang harus merenungkan dua pemikiran utama: kebangkitan Imam Husain dan kebangkitan saudara perempuannya, Sayyidah Zainab. Zainab binti Ali adalah sosok luar biasa dalam sejarah Karbala yang dianugerahi keteguhan dan ketabahan ilahi. Setelah syahidnya saudara laki-lakinya dan kedua putranya dalam pertempuran Karbala, Sayyidah Zainab berdiri tegak dan berkata: “Ya Tuhanku! Terimalah pengorbanan rendah hati kami untuk-Mu.” Kalimat ini bukan sekadar ungkapan kesedihan, tetapi juga penegasan dari keyakinan yang mendalam akan misi ilahi mereka.
Wanita agung ini terkenal karena kehidupannya yang penuh kebajikan dan pengabdian. Dalam karakternya, dia mencerminkan sifat-sifat terbaik yang diwariskan dari keluarganya. Dalam ketenangan dan ketegaran, dia disamakan dengan neneknya, Ibu Para Mukminin Sayyidah Khadijah, yang pertama kali menerima Islam dan mendukung Nabi Muhammad SAW dalam misi kerasulannya. Dalam kesucian dan kesopanan, dia menyerupai ibunya yang suci, Sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena kesalehan dan ketakwaannya yang luar biasa. Dalam kefasihan, dia menyerupai ayahnya yang suci, Imam Ali, seorang orator ulung dan ahli pidato yang kata-katanya masih menggema hingga hari ini.
Sayyidah Zainab bukan hanya seorang saksi mata dari tragedi Karbala, tetapi juga penyampai utama peristiwa tersebut kepada dunia. Perannya sangat penting dalam mengungkapkan kebenaran dan menyebarluaskan pesan pengorbanan Imam Husain kepada umat manusia. Setelah tragedi Karbala, Sayyidah Zainab berdiri sebagai juru bicara keluarga Nabi yang menyiarkan kisah duka ini, menginformasikan umat Islam dan seluruh dunia tentang kezaliman yang terjadi. Melalui khutbahnya yang berapi-api di Kufah, Damaskus, dan sepanjang perjalanan dari Karbala ke Syam, ia menggugah hati umat Islam dan membuka mata mereka terhadap kezaliman rezim Yazid.
Peran ini memiliki kesamaan yang kuat dengan para jurnalis dan wartawan di Gaza saat ini. Seperti Sayyidah Zainab, mereka adalah saksi mata yang memberitakan penderitaan dan penindasan yang dialami oleh rakyat Palestina. Mereka berani melaporkan kebenaran di tengah bahaya, melawan upaya untuk menutupi kekejaman yang terjadi, dan memastikan bahwa dunia mengetahui situasi yang sebenarnya. Dalam menghadapi ancaman dan kekerasan, mereka tetap teguh, persis seperti Sayyidah Zainab yang tak pernah gentar dalam menyuarakan kebenaran. Para wartawan di Gaza, seperti Sayyidah Zainab, memainkan peran penting dalam memperjuangkan keadilan dan memperjuangkan hak asasi manusia. Mereka adalah suara bagi yang tertindas dan mata bagi yang tidak dapat menyaksikan langsung. Seperti Zainab yang menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, para wartawan di Gaza juga berdiri sebagai benteng melawan penindasan, menyampaikan kebenaran meski harus menghadapi risiko yang besar.
Di sisi lain, para wanita dan anak-anak yang turut serta dalam perjalanan ke Karbala, meski menyaksikan kekerasan yang sangat tidak manusiawi dan kejam, tidak putus asa, tidak depresi, dan tidak hancur. Sebaliknya, mereka justru bangkit dan berdiri tegak, berbicara lantang, dan menuntut pertanggungjawaban atas kezaliman yang terjadi. Mereka tidak merasa takut atau cemas, melainkan sangat kuat dan tegas dalam sikap mereka. Ketabahan mereka ini menegaskan bahwa meskipun mereka adalah korban kekejaman, mereka tidak pernah menyerah pada penindasan.
Sebagian dari khutbah yang disampaikan Sayyidah Zainab dengan keberanian luar biasa dalam majelis Yazid bin Muawiyah di Suriah mengguncang majelis tersebut dan masih bergema hingga saat ini. Di hadapan Yazid, yang berusaha menutupi kejahatannya dan menghancurkan moral keluarga Nabi, Sayyidah Zainab dengan lantang berkata:
“Demi Allah (SWT), Anda tidak bisa menghapus kami dari ingatan (orang-orang), dan Anda tidak bisa memudarkan pesan kami. Anda tidak akan pernah mencapai kemuliaan kami dan tidak akan pernah bisa membersihkan noda kejahatan ini dari tangan Anda. Keputusan Anda tidak akan stabil, masa pemerintahan Anda akan singkat, dan populasi Anda akan tercerai-berai. Pada hari itu, sebuah suara akan berseru: “Sesungguhnya kutukan Allah (SWT) akan menimpa para penindas…”
Kata-kata ini bukan sekadar pernyataan marah atau dendam, melainkan sebuah peringatan ilahi tentang keadilan dan kebenaran yang akan datang. Sayyidah Zainab memperingatkan Yazid bahwa kekuasaannya tidak akan bertahan lama, bahwa tindakannya akan menjadi noda yang tidak akan pernah bisa ia bersihkan. Dan, benar saja, setelah beberapa waktu, dinasti Umayyah yang dipimpin oleh Yazid mengalami kejatuhan, dan pesan Husain serta Zainab terus hidup dalam hati umat Islam.
Sayyidah Zainab adalah model perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan. Sebagai seorang wanita dengan kesabaran dan ketabahan, dia menunjukkan bahwa tidak ada ibadah yang lebih besar daripada melanjutkan kebangkitan saudaranya, menyampaikan khutbah-khutbah yang membara di jalan menuju Kufah dan Suriah, serta membangunkan orang-orang yang tertipu oleh propaganda beracun Yazid bin Muawiyah. Khutbah-khutbahnya menciptakan gerakan di Kufah dan Damaskus yang mengguncang fondasi kerajaan Yazid. Bahkan, putra Yazid menolak untuk menggantikan ayahnya sebagai raja, dan setelah beberapa waktu, mengundurkan diri dari pemerintahan dengan mempermalukan dinasti penindas Umayyah.
Peran Sayyidah Zainab sangat teladan. Dia menunjukkan betapa beraninya wanita Muslim dan bagaimana mereka memainkan peran kunci dalam memperkuat ajaran Islam. Hari ini, meskipun telah banyak kemajuan dan tersebarnya pendidikan, banyak wanita Muslim yang masih ditindas. Di beberapa masyarakat yang mengaku Muslim, suara wanita dilarang untuk didengar di tempat umum; sementara itu, Zainab dari keluarga Imam menjadi pembicara publik untuk menyelamatkan nilai-nilai Islam. Keberanian Zainab ini memberikan inspirasi bahwa wanita memiliki peran penting dalam masyarakat, bukan hanya sebagai pendukung, tetapi sebagai pemimpin yang dapat menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan.
Wanita hari ini seharusnya memiliki peran penting dalam semua aspek kehidupan: di rumah, di tempat kerja, di masyarakat, di universitas, di pusat-pusat kita, dan di masjid-masjid. Dengan mengambil pelajaran yang kita peroleh sepanjang bulan Muharram dan Safar, kita dapat berusaha membangun komunitas yang lebih baik, yang inklusif dan menghargai satu sama lain. Kita dapat menciptakan lebih banyak peluang dan posisi bagi wanita untuk mengambil peran kepemimpinan agar komunitas kita terus berkembang. Sama seperti Sayyidah Zainab yang mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan pesan kebenaran, kita semua, terutama wanita, memiliki tanggung jawab untuk terus memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari kita. Peran Sayyidah Zainab dalam menyebarkan berita tragedi Karbala dan peran wartawan di Gaza menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dan penyampaian informasi dalam perjuangan melawan penindasan. Dalam kedua kasus, kebenaran tidak dibiarkan mati, meskipun ada upaya untuk menutupinya. Sebaliknya, kebenaran itu terus hidup dan menyebar, menginspirasi generasi demi generasi untuk melawan ketidakadilan.